Editorial

Kematian

Oleh : Ikhwanushoffa

PWMJATENG.COM – Selama ini citra dan pengajaran akan kematian adalah sesuatu yang mengerikan dan misterius. Namun sama sekali tidak memberikan kemungkinan. Habis mati tidak ada yang bisa diperbuat kembali. Padahal sudah menjadi ajaran Islam bahwa pasca kematian ada kehidupan yang lebih abadi. Tempat kita memanen segala amal. Maka logikanya sebuah panen adalah sesuatu yang amat dinanti bagi yang menanam.

Era kekinian makin sepi sosok-sosok agung yang dengan gagah menyambut kematian. Sayidina Husein Ra. ketika perjalan ke Karbala sudah diberi tahu bahwa akan dibantai dengan keji di sana, namun Beliau dengan anggun tetap menuju ke sana. Bukan saja Beliau tidak pengecut menghadapi para keji, namun senyatanya Beliau memang dengan sepenuhnya telah siap menuju perjumpaan dengan Sang Khalik-Nya.

Tentu semua ada ilmunya. Pun demikian dengan kematian. Bagaimana kematian bukan sebagai sesuatu yang horor namun sebagai perjumpaan yang agung antara perindu dengan Yang Dirindu?! Dan tentu pula ini sama sekali berbeda dengan kematian bunuh diri. Baik dengan bom maupun tali gantungan. Yang ditawarkan dalam ilmu kematian yang agung adalah kemungkinan yang membebaskan bukan mencederai.

Baca juga, Upayakan Dakwah Menggembirakan, Majelis Tabligh PWM Jateng Gelar Rapat Kerja

Hidup ini penuh sesak dengan segala nafsu dan kepentingan diri. Seakan tidak mungkin hidup yang tanpa pretensi. Padahal pesan surga sebenarnya cukup jelas, bahwa yang tak mungkin itu yang dicari. Dan seorang mukmin memang punya ciri mengubah yang tak mungkin menjadi mungkin. Hidup yang berhenti mengikuti keinginan ego kecil. Berpindah dalam ikhtiar menyelenggarakan kemauan ego besar, yakni amrullah.

Selalu berusaha mencerap apa kemauan Allah, apa perintah-Nya. Ketika itu menjadi awal titik kesadarannya maka di situlah ia telah menyongsong kematian. Bukan kematian fisik. Namun kematian dalam artian ruhani. Hidup adalah kematian akan segala damba, demikian kalam sufi. Maka hidupnya mulai yang menata adalah Tuhan. Identitasnya menjadi ahlullah. Urusan diri dan keluarganya menjadi jaminan Rabbul ‘Alamin.

Kematian fisik dan kehidupan setelahnya sejatinya hanyalah konsekuensi logis dari kehidupan dunia. Kematian adalah milik individual. Sangat aneh menakuti miliknya sendiri. Jika hidupnya plus maka kematian fisik dan hidup setelahnya akan plus. Bila di dunianya minus maka kematian fisiknya dan pascanya akan minus pula. Tak bisa dibolak-balik. Maka konsep kematian yang lebih mencerahkan adalah kematian sebelum mati.
Wallaahu a’lam.

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE