Khutbah

Khutbah Jum’at: Awas, Haji Prestise!

Oleh : Pujiono*

PWMJATENG.COM

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِي اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ .يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛

Kaum muslimin yang dirahmati Allah!

Pada Bulan Zulhijah  ini kita saksikan bersama hiruk pikuk pemberangkatan para calon jemaah haji. Betapa kebahagiaan telah menghiasi wajah mereka, manakala saudara-saudara kita tadi meninggalkan kampung halamannya terbang menuju Kakbah umat Islam sedunia, memenuhi panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana Firmanya Dalam Al Hajj : 27 :

وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ

Artinya: “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.”

Berbagai persiapan para jamaah siapkan dengan ragam acara sesuai dengan kekuatan dan motivasi masing-masing. Sehingga tak bisa dipungkiri bila menambah biaya perjalanan haji. Pernah terjadi jamaah mengadakan pamitan besar-besaran, namun ternyata tidak jadi berangkat. Ada yang menyikapi biasa saja, namun ada pula yang malu dan menggerutu karena tertunda “mendapatkan” gelar haji. Maka, jamaah rahimakumullah pada kesempatan hari ingin kami ketengahkan Khutbah Jum’at dengan tema Haji.

Melihat berbagai fenomena yang terjadi di tengah masyarakat Muslim, terdapat beberapa jenis haji, jika dilihat dari motivasi para calon jemaah.

Pertama, Haji Prestisi. Jenis haji ini ialah keberangkatan dan motivasi haji seseorang hanya untuk mendapatkan atau meningkatkan wibawa strata sosial dengan gelar Haji ataupun Hajjah. Jika melihat KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), istilah “prestise” ini memiliki definisi sebagai ‘wibawa yang berkenaan dengan prestasi atau kemampuan seseorang’. Sementara dalam ilmu sosiologi, istilah “prestise” ini dianggap sebagai ‘status sosial, kehormatan, dan kedudukan yang dimiliki oleh suatu individu dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Sedangkan  definisi dari “wibawa” adalah pembawaan untuk dapat menguasai, mempengaruhi, dan dihormati oleh orang lain.

Maka keberangkatan Haji yang hanya dilandasi motivasi prestise di atas, di antara tipikal manusia jenis ini bila sepulang haji akan marah bila tidak dipanggil Pak Haji atau Bu Hajjah. Hal tersebut disebabkan target dari prestise yang diharapkan tidak terpenuhi. Pernah kami jumpai di lingkungan masyarakat, terdapat seseorang yang telah menunaikan ibadah haji kemudian mendapatkan undangan/ulem tidak diberi tambahan huruf “H” di depan namanya. Yang bersangkutan kemudian tidak mau menerima undangan tersebut. Terjadi juga dalam sebuah acara, hanya karena MC tidak menyebut Haji dan langsung menyebut namanya, yang bersangkutan kemudian marah dan protes pada pembawa acara.

Beberapa kejadian tersebut merupakan fenomena nyata yang ada di lingkungan masyarakat. Ibadah haji hanya ingin mendapatkan gelar Pak Haji atau Bu Hajah. Padahal ijazah haji ini menurut beberapa literasi sejarah ada yang menyebutkan bahwa gelar Haji merupakan warisan belanda yang menandai orang-orang pribumi agar tidak melakukan provokasi terhadap penduduk pribumi. Sehingga bisa dipastikan Haji Prestisi tak akan mampu memperbaiki diri sebagaimana harapan ibadah haji yang mabrur.

Namun pada kenyataannya masih jauh dari harapan. Masih banyak yang tidak mengambil manfaat dari ibadah haji selain menambah gelar Pak Haji atau Bu Hajjah. Perilaku korup tetap korup, yang suka porno tetap porno, yang lintah darat tetap lintah darat, yang jahat tetap jahat. Maka tidak heran jika Rofats, Fusuq dan Jidal marak di mana-mana sampai terjadi krisis moral di mana mana. Haji hanya sebagai ibadah artificial keindahan belaka.

Kedua, Haji sebagai Panggilan Ilahi. Ibadah Haji jenis ini merupakan ibadah yang benar-benar mengharap rida Allah semata. Ibadah dilakukan sewajarnya. Takut riya’ yang menjadikan hilangnya pahala. Tiada lain bekalnya ketakwaan kepada Allah Swt.

وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.

Artinya : “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah taqwa.” (Al-Baqarah:197).

Karena hajinya panggilan Ilahi, dan mengharap penilaian Allah, maka sepulang menunaikan ibadah haji tidak akan marah ketika tidak dipanggil Pak Haji maupun Bu Hajjah.

Tentu saja kita tau bahwa takwa itu tidak bisa dicapai kecuali dengan bertobat dan meninggalkan segala jenis perbuatan maksiat. Jika calon haji sudah bertobat maka ia akan mampu memahami dan menjiwai syiar haji yang teramat indah itu, yakni لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ.

Ia akan menghayati ucapanya, “ Ya Allah aku datang, aku datang, memenuhi panggilan-Mu, lalu aku berdiri di depan pintu-Mu. Aku singgah di sisi-Mu. Aku pegang erat kitab-Mu, aku junjung tinggi aturan-Mu, maka selamatkan aku dari adzab-Mu, kini aku siap menghamba kepada-Mu, merendahkan diri dan berkiblat kepada-Mu. Bagi-Mu segala ciptaan, bagi-Mu segala aturan dan perundang-undangan, bagi-Mu segala hukum dan hukuman tidak ada sekutu bagi-Mu. Aku tidak peduli berpisah dengan anak dan istriku, meninggalkan profesi dan pekerjaan, menanggalkan segala atribut dan jabatan, karena tujuanku hanyalah wajah-Mu dan keridaan-Mu bukan dunia yang fana dan bukan nafsu yang serakah maka amankan aku dari adzab-Mu.”

Ma’asiral muslimin rahimakumullah.

Jika calon haji sudah bertobat maka ia pasti akan mampu mencapai hakikat haji yang telah digariskan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya,

“Barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan Haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.” (Al-Baqarah: 197)

Seorang yang beribadah haji tidak boleh melakukan rofats yaitu jima dan segala ucapan dan perbuatan yang behubungan dengan seksual. Tidak boleh melakukan Fusuq yaitu segala bentuk maksiat. Dan tidak boleh melakukan jidal yaitu perdebatan yang mengikuti hawa nafsu, bukan untuk mencari kebenaran.

Maka barang siapa yang telah sukses memenuhi perintah Allah tersebut ia akan mendapatkan haji yang mabrur. Yang di antara tandanya adalah sepulang haji ia tidak akan mengulang maksiat, dosa-dosa yang lalu. Ia akan tampil sebagai muslim yang saleh. Maka, sebuah negara semakin banyak muslim dan muslimah yang taat, negara itu akan semakin aman, makmur, dan sentosa. Maksiat dan kemungkaran akan menepi, perjudian dan pencurian akan sepi, perzinaan dan pembunuhan akan mudah diatasi. Apalagi jika yang pergi haji adalah  pejabat tinggi negeri ini. Dengan Haji yang mabrur, sepulangnya berziarah ke Baitullah yang kikir akan menjadi dermawan, yang kasar akan menjadi lembut,  yang biasa menyebar kejahatan berubah menebar salam. Itu semua manakala hajinya mabrur.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Demikianlah sekelumit tentang jenis Haji, semoga Allah menjadikan haji kita yang dahulu dan yang akan datang menjadi haji yang mabrur, dan semoga dijauhkan dari Haji Prestisi yang hanya maghrur (tertipu) tak bernilai dihadapan Allah Swt.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.

Khutbah Kedua dan Doa

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمْ تَسْلِمًا. أَمَّا بَعْدُ:

إِنَّ اللهَ وَمَلآَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُواْ صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمَا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِدٌ مَجِيْدٌ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُونَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفُ رَّحِيْمٌ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَاْرحَمْهُمَا كَمَا
رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

*Kepala SD Muhammadiyah PK Banyudono Boyolali

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE