BeritaEditorial

Eksistensialisme Pemimpin Organisasi dan Upaya Saling Jegal

Eksistensialisme Pemimpin Organisasi dan Upaya Saling Jegal

Oleh : Muhammad Taufiq Ulinuha*

PWMJATENG.COM – Setelah absen lama dari dunia tulis menulis, akibat terlalu nyaman menjadi pembaca, penulis mencoba kembali menuangkan sekelumit isi batang otak dalam menangkap realita sosial yang ada. Sebagai seorang cendekiawan dan instruktur Ikatan, penulis mengapresiasi para kader Ikatan yang telah memberikan sumbang saran dan kritik terhadap kinerja kepemimpinan Ikatan kita, wabil khusus di tingkat Jawa Tengah. Sebagai bagian dari objek yang kalian kritik, penulis sedikit bimbang untuk menanggapinya. Maka, perkenankanlah penulis memosisikan diri sebagai seorang instruktur, yang selama ini bersama-sama mengawal ruh perkaderan, yang semoga masih ada di tubuh Ikatan itu sendiri. Setidaknya lewat beberapa tulisan, penulis mencoba merespons sebait demi sebait, gagasan yang telah kalian tuangkan.

***

Saudara, pemimpin organisasi merupakan sosok yang memiliki tanggung jawab besar dalam mengelola dan mengarahkan jalannya suatu entitas. Namun, dalam konteks dunia bisnis dan kepemimpinan modern, eksistensialisme menjadi salah satu sudut pandang yang menarik untuk diperdebatkan. Eksistensialisme adalah pandangan filsafat yang menekankan pada eksistensi, kebebasan, dan tanggung jawab individu dalam mencari makna hidupnya. Dalam konteks pemimpin organisasi, eksistensialisme dapat memainkan peran penting namun juga menjadi sumber konflik dan upaya saling jegal di antara sesama pemimpin.

Pertama-tama, mari kita telaah konsep eksistensialisme dalam konteks kepemimpinan organisasi. Menurut pandangan eksistensialisme, seorang pemimpin tidak hanya dipandang sebagai seseorang yang memiliki otoritas dan kekuasaan, tetapi juga sebagai individu yang harus bertanggung jawab atas tindakan dan keputusannya. Dalam hal ini, pemimpin dihadapkan pada dilema moral dan etis yang mempertanyakan makna dan tujuan dari kepemimpinannya.

Baca juga, Mari Keluar dari Jurang Generasi Ketiga! Perubahan adalah Jawaban!

Kebebasan menjadi salah satu aspek kunci dalam eksistensialisme. Seorang pemimpin diharapkan untuk menggunakan kebebasannya secara bertanggung jawab dalam mengambil keputusan yang dapat memengaruhi arah dan keberlangsungan organisasi. Namun, di balik kebebasan tersebut, terdapat risiko bahwa pemimpin dapat terjebak dalam egoisme atau kepentingan pribadi yang dapat mengganggu keseimbangan dan keberlangsungan organisasi.

Selain itu, konsep tanggung jawab juga menjadi fokus utama dalam eksistensialisme. Seorang pemimpin harus menyadari bahwa setiap tindakan dan keputusan yang diambilnya memiliki konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan. Tanggung jawab ini mencakup tidak hanya terhadap organisasi dan stakeholders-nya, tetapi juga terhadap nilai-nilai moral dan etis yang dijunjung tinggi.

***

Namun, di tengah konsep-konsep tersebut, sering kali terjadi upaya saling jegal antara pemimpin organisasi. Upaya saling jegal ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari persaingan yang tidak sehat, sabotase, hingga perang ego di antara sesama pemimpin. Hal ini sering kali dipicu oleh perbedaan pandangan, kepentingan pribadi, atau ambisi untuk memperoleh kekuasaan yang lebih besar.

Upaya saling jegal antara pemimpin organisasi dapat berdampak negatif pada kinerja dan keberlangsungan organisasi secara keseluruhan. Persaingan yang tidak sehat dapat mengganggu kerja sama tim, menghambat inovasi, dan bahkan merusak reputasi organisasi di mata publik. Selain itu, upaya saling jegal juga dapat menciptakan lingkungan kerja yang tidak kondusif dan memicu konflik internal yang merugikan bagi semua pihak yang terlibat.

Baca juga, Sukses Memimpin ala Muqaddimah Ibnu Khaldun Al Hadrami

Di sisi lain, ketidakpuasan para anggota organisasi melihat pemimpinnya tidak mampu membawa bahteranya menuju goals yang diinginkan, menjadikan para anggota mulai lesu dalam menatap masa depan. Kepemimpinan semacam ini acapkali menjadikan organisasi sebagai kendaraan pribadi, bahkan batu loncatan. Tak jarang malah, ada pemimpin yang ‘menjual’ organisasinya untuk kepentingan sesaat. Sehingga, tatkala kita melihat sebuah pohon nampak kering kerontang hampir mati, coba amati apakah akarnya menghujam ke tanah dan berusaha menyerap nutrisi sebesar-besarnya. Bisa jadi, akarnya mulai tercerabut dari tanah, dan mengakibatkan batang hingga daun mulai layu dan perlahan mati. Lantas, jika demikian, siapa yang menjadi penyebab utama? Wallahu a’lam bis shawab.

*Instruktur Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Anggota Departemen Riset LAPSI PP IPM. Fasilitator MPKSDI PP Muhammadiyah. Wakil Sekretaris PWPM Jawa Tengah.

Editor : Ahmad

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE