Editorial

Toilet PWM dan Pedagang Kaki Lima

Oleh: Khafid Sirotudin*

PWMJATENG.COM – Jika sempat singgah di PWM Jawa Tengah di jalan Singosari Raya 33 Semarang pada waktu malam, kita tidak akan kesulitan mencari tempat makan dan minum. Mulai perempatan depan kantor ke arah Tegalwareng banyak resto, kedai kuliner, warung kopi, toko retail modern, hotel atau sekedar lokasi nongki. Juga Pedagang Kaki Lima (PKL) dan angkringan di halaman dan pinggir jalan sekitar PWM. Tinggal pilih sesuai selera dan isi kantong kita.

Terdapat 10-an tenda UMKM Pangan dengan beragam menu berlokasi di depan dan samping kantor. Buka sore hari sekitar jam 17.00-an, tutupnya ada yang sampai larut malam. Ada 2 angkringan yang banyak pengunjung, yaitu di halaman PWM (17.00-23.00) dan samping PWM (17.30-03.00).

Jika nasib lagi mujur kita akan menyaksikan beberapa komunitas hadir di Angkringan depan PWM Jateng. Salah satunya adalah Pewaris, yaitu Komunitas Waria kota Semarang. Salah satu obyek dakwah komunitas dan Lembaga Dakwah Khusus Muhammadiyah. Setahu kami Ketua PWM, Dr. KH. Tafsir, M.Ag. sering diundang untuk mengisi pengajian komunitas ini.

Problem utama bagi pengunjung angkringan, PKL dan warung tenda adalah ketika tiba-tiba terpapar HIP (Hasrat Ingin Pipis) atau BAB. Jika kita makan di warung tenda sekitar Simpang Lima Semarang tidak masalah. Sebab Pemkot sudah memfasilitasi Toilet Umum yang representatif di sisi utara dan selatan. Atau masuk area Masjid Raya Baiturrahman yang buka 24 jam.

Baca juga, Solo dan Muhammadiyah di Era Kolonial

Di banyak lokasi PKL UMKM Pangan sekitar alun-alun Kabupaten/Kota seringkali kita jumpai fasilitas toilet ini kurang diperhatikan. Untung sejak dulu Walisongo di Jawa Tengah telah mengkonsep dan mengaplikasikan Arsitektur Ibukota Kabupaten dengan sangat baik. Memperhitungkan aspek kebutuhan masyarakat, fasilitas umum dan lingkungan yang sempurna.

Bangunan Pendopo Kadipaten selalu menjadi kesatuan yang integral dengan Alun-alun (public space), Masjid Besar (sarana ibadah), Makam (pengingat kematian) dan Lembaga Permasyarakatan (pengingat untuk penguasa agar tidak dzalim dan bagi rakyat untuk ketertiban umum). Sebuah peradaban unggul yang futuristik, simbol “trihita karana” : hablu mina-Allah, hablu minan-Nas dan hablu minal-Alam.

Toilet PWM

Saya tidak tahu sejak kapan toilet PWM yang berada di luar itu dibangun. Seingat kami sejak pak Tafsir menjadi Ketua PWM (2015-2022) toilet umum itu diperbaiki lebih baik dan bersih. Meski hanya untuk keperluan buang air kecil, tetapi sangat membantu pengunjung Angkringan dan PKL/UMKM Pangan di sekitar kantor PWM. Sebuah fasilitas umum yang sengaja dihadirkan untuk mereka yang berhajat buang air.

Di depan toilet ada beberapa kran untuk wudu. Sarana bagi jamaah Salat Jumat dan salat fardu warga di musala lantai dasar kantor PWM. Jamaah Salat Jumat selain berasal dari staf dan karyawan PWM, staf Majelis dan Lembaga, aktivis Ortom serta karyawan dari kantor/lembaga sekitar PWM.

Sebuah contoh peradaban Muhammadiyah dalam menyediakan fasilitas publik. Semua kantor Muhammadiyah dan AUM selalu menyediakan ruang untuk beribadah (musala). Sekolah, Madrasah, PTM, Rumah Sakit, Poliklinik, PAYM dan PAY-Aisyiyah selalu menyediakan fasilitas (ruang) untuk bersujud (salat). Meski fasilitas itu tidak begitu luas dan tak cukup untuk 40 orang. Seakan ingin memberikan pesan semesta : “jadikan setiap tempat menjadi sarana untuk bersujud”.

Berbeda dengan sebagian kalangan yang berlomba-lomba membangun masjid megah di pinggir jalan raya, meski jumlah jamaah dari warga sekitar (mukimin) minimalis. Sebagian pembangunan masjid jami’ (besar) mengabaikan ketersediaan lokasi parkir. Kami sering menjumpai masjid jami’ megah di pinggir jalan raya tapi minim jamaah (hanya 1 saf) tatkala jamaah Salat Fardu, khususnya Subuh. Namun ketika Salat Jumat, jamaahnya membludak hingga teras masjid dengan mobil parkir di kanan kiri jalan raya.

Baca juga, Beda Manhaj Fikih Salafi-Muhammadiyah (1)

Kami juga sempat mengamati mengapa toko-toko retail milik Muhammadiyah, seperti Toko-Mu, Surya-Mu, Mentari-mart, dll. yang jumlahnya 90-an se-Jateng kalah bersaing dengan Toko Retail Modern. Selain aspek pengadaan dan distribusi barang, pelayanan, harga lebih mahal, barang yang kurang komplit (termasuk rokok dan obat2an label hijau) juga tiadanya fasilitas toilet buat pengunjung.

Tentu tidaklah elok pengunjung toko, warung, kedai, PKL dan Angkringan ketika buang hajat di sembarang tempat. Kalau anak kecil barangkali kita masih maklum melihat pipis sambil berdiri di ruang yang kosong di pinggir jalan. Bagaimana dengan pengunjung dewasa, terutama wanita. Tentu bisa menjadi pemandangan yang kurang berkeadaban.

Maka fasilitas toilet untuk mendukung berkembangnya usaha UMKM menjadi sebuah keniscayaan peradaban. Dan toilet PWM Jateng bisa menjadi inspirasi bagi para pemangku kepentingan dan kebijakan di lingkungan Persyarikatan dan pemerintah daerah ketika akan membangun sebuah kawasan ekonomi. Terutama untuk membangun-kembangkan UMKM di suatu wilayah. Wallahua’lam

*Ketua LP-UMKM PWM Jateng

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE