Kolom

Seni Menyampaikan Pesan (SMP)

Oleh : Rachamat Agung Cahyo, S.E.
Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Kebakkramat

Dengan Bertanya, Mengajak Hati Merasakan

Suatu hari, seseorang pemuda menghadap Rasulullah, menyampaikan bahwa meskipun dia sudah mau menerima Islam tetapi belum bisa meninggalkan zina, ia meminta izin kepada Rasul belum bisa meninggalkan zina. Sahabat yang mendengar hal tersebut tentu merasa geram, pernyataan seperti itu oleh sahabat dirasa tidak pantas, apalagi disampaikan langsung di hadapan Rasulullah.

Namun Rasulullah tidak marah, Ia menenangkan sahabat, bahkan menyuruh pemuda tersebut untuk lebih mendekat, di dalam perbincangan tersebut Rasul memberikan jawaban dengan sebuah pertanyaan “Apakah engkau rela jika perzinaan terjadi pada ibumu?” pemuda tadi menjawab “tidak, demi Allah”, Rasulullah melanjutkan “demikian pula orang lain, mereka tidak suka jika perzinaan terjadi pada ibu-ibu mereka” kemudian Rasulullah melanjutkan bertanya bagaimana jika perzinaan terjadi pada putri-putri mereka, hingga saudara perempuan mereka.

Retorik cerdas dari Rasulullah mampu membuat pemuda tersebut mampu mengolah rasa, menganalisa dengan jernih hingga menghasilkan kesadaran dan taubat. Hatinya merasakan sendiri mana yang baik dan yang tidak.

Dengan Bertanya, Mengajak Berpikir

Sahabat pun juga pernah menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, suatu ketika Umar Bin Khathab bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang taqwa. Ubay tidak langsung menjelaskan diskripsi tentang taqwa dengan panjang lebar begitu saja, ia menjawab dengan sebuah analogi dan pertanyaan juga. Ubay bertanya “Bukankah kamu pernah melewati jalan yang penuh duri” Ka’ab bertanya lagi “Apa yang akan kamu lakukan ketika melintasinya?” salah satu jawaban dari Umar adalah “Aku akan berhati-hati”, “itulah taqwa” sahut Ubay. Jawaban arti dari taqwa tersebut tidak keluar dari lisan orang yang ditanyai, tetapi justeru keluar dari pihak si penanya sendiri.

Dengan Hikmah

Bagaimana yang dimaksud menyampaikan dengan hikmah? Tentu banyak versi dalam mendiskripsikan kata hikmah. Saya ingin memakmai “bil hikmah” dengan cara yang lain pula, yaitu membandingkan dengan kata “bil hukmi” yang artinya “dengan hukum” sebagai lawan daripada bil hikmah.

Narasi pesan dengan bil hukmi identik dengan “ini boleh dan ini tidak boleh, ini harus dilaksanakan dan ini jangan pernah dilakukan”, tetapi jika pesan tersebut diiringi dengan hikmah, artinya kita tidak sekedar memberi perintah dan larangan saja, tetapi mengajak hati merasakan, mengajak kepala ikut berfikir.

misalkan ketika kita sedang melihat anak bermain benda tajam dan berbahaya, pisau misalnya, kita tidak sekedar melarang nya dengan meghukumi saja dengan sekedar berteriak “Jangan bermain pisau, tidak boleh” lalu merebut paksa pisau tersebut dari si anak dan membiarkan ia menangis.

Tetapi menyampaikam bil hikmah adalah memberikan pemahaman kepada anak, contohnya dengan bertanya “Nak, pisau ini tajam tidak? Coba pukulkan ke benda itu! Tuh kan bendanya jadi sobek, nanti kalau kena tangan adik gimana?” anak akan berkata “nanti tangannya bisa berdarah ya bunda”. dengan anak mengerti dan memahami alasan kita melarang bermain pisau, sehingga baik ketika ada maupun tanpa adanya kita di rumah, anak tidak akan bermain pisau jika pemahaman sudah tertanam.

Ketika kita menyampaikan pesan atau nasehat, kita tidak hanya sedang berusaha menggerakkan badan orang lain, tidak sama dengan memberi perintah kepada anggota badan orang lain untuk melakukan sesuai apa yang kita minta. Tetapi kita sedang menggerakkan hatinya. Jika menasehati adalah pekerjaan hati, maka menasehatilah dengan hati. Dengan menngajak pikiran untuk berfikir dan mengajak hati untuk merasakan. Apalagi sebagian manusia tidak benar benar mencari kebenaran, tetapi mencari pesetujuan, ingin pendapatnya disetujui.

Dengan Bercerita

Di dalam Al Qur’an, dalam menyampaikan kebenaran sering sekali disajikan cerita-cerita, kisah penuh hikmah agar manusia “menggalih” yaitu berfikir dan merasakan hingga menemukan simpulan hikmah.

Dewasa ini, seni menyampaikan pesan lebih dinamis lagi. Para guru ngaji tak sedikit yang mengasah kemampuan bercerita. Karena kadang-kadang orang tidak benar-benar sedang menolak nasehat kita, barangkali yang mereka tolak hanyalah cara kita menyampaikan.

Dengan bercerita dan berkisah, orang tidak merasa dinasehati dan tidak merasa digurui, bahkan mereka jadi senang hingga malah butuh dengan pesan tersebut.

Kontributor, Jatmiko.

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE