BeritaKolom

Moderasi dalam Beragama

Moderasi dalam Beragama

Oleh : Rudi Pramono, S.E.*

PWMJATENG.COM – Di era pemerintahan sekarang ini radikalisme diburu, dikejar, khilafah, radikalisme identik dengan terorisme, khilafah dan selalu ditujukan ke Islam, sementara komunisme dan liberalisme tidak di kejar- kejar, peristiwa intoleransi, di Tolikara, Nduga, Papua bukanlah radikalisme, kelompok bersenjata di Papua bukanlah makar, teroris tapi kelompok kriminal bersenjata (KKB)

Radikal selalu ke arah umat Islam, padahal agama yang lain juga melakukan radikalisme juga, intoleran juga terjadi di umat agama lain, makar juga dilakukan kelompok bersenjata di Papua, khilafah yang selalu diserang sementara komunisme dan liberalisme tidak dilawan.

Program deradikalisme, menghilangkan radikalisme dengan menghapus pelajaran tentang jihad, khilafah, menjadikan pendidikan agama sebagai bagian dari pendidikan kewarganegaraan bahkan ingin menghapus pendidikan agama, adalah sikap melawan radikalisme secara radikal.

Tidak hanya pemerintah sebagian umat Islam sendiri juga menggebu menyerang khilafah tapi tidak jelas sikapnya menghadapi komunisne dan liberalisme.

Dalam konteks inilah perlunya moderasi dalam beragama, moderat no ekstrim, no eksesif, no ghuluw tapi mencari titik tengah, adil, tidak berlebihan, temporer, median, titik rata-rata, moderasi merupakan oposisi to ekstrim, melawan radikalisme kiri dan kanan, melawan yang mungkar dengan amar ma’ruf

Deradikalisasi harus secara moderat yang salah bukan agamanya, Islamnya, jihadnya atau khilafahnya tapi penafsiran agamanya, pemahaman jihad dan khilafahnya

Pelaku radikal tidak hanya umat islam tapi juga agama lain dan golongan-golongan dalam setiap agama.

Harus diakui, secara internal memang ada pemahaman dan pengamalan umat islam yang ghuluw addin, berlebihan dalam beragama salah satu contohnya : cadar, terorisme global harus dilawan dng teror juga dengan mengutip ayat Al Qur’an, merembet ke bentuk negara yang sesuai syariah : khilafah

Ada golongan Islam yang begitu getol melawan khilafah tapi tidak jelas sikapnya terhadap komunisme dan liberalisme, melawan ekstrim kanan tapi tidak ke ekstrim kiri, ini juga radikal.

Baca juga, Plus dan Minus Adopsi KHGT oleh Muhammadiyah

Jadi pemerintah dan sebagian umat islam sendiri juga radikal dalam menyikapi persoalan tentang radikalisme itu sendiri.

Sekali lagi dari persoalan-persoalan tersebut perlu ada yg mengambil pilihan ditengah-tengah, itulah yang disebut moderasi dalam beragama dengan tujuan agar tepat dalam menyikapi persoalan yang ada sehingga akan didapatkan keadilan, keseimbangan dan terbebas dari kepentingan apapun.

Namun moderasi beragama memang terasa tidak agresif atau jihadis bahkan terkesan lunak, pelan dan butuh waktu lama namun insyaallah tepat untuk terus diperjuangkan, dipahamkan dan didakwahkan, meski tidak mudah.

Dalam moderasi beragama : cadar tidak disyariatkan dalam Al Quran dan Hadist (MTT) dan cadar adalah pakaian yg kenakan orang Arab untuk melindungi diri, sekarang situasi sudah berbeda, menurut Prof. Syamsul Anwar Ketua Majelus Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, berpakaian juga untuk ta’aruf, mengenal saudara kita, sementara itu soal khilafah adalah khalifatul fil ardl dan merupakan ijtihad karena tidak ada konsep negara yang baku dalam Islam, Arab Saudi negara Islam berbentuk monarkhi absolut, ada yg berbentuk republik dan kerajaan, Pancasila adalah ijtihad para pendiri bangsa dana merupakan konsep kekhalifahan islam di Indonesia bagi Muhammadiyah Pancasila merupakan Darul Ahdi Wa Syahadah (Negara Perjanjian dan Persaksian).

Moderasi beragama juga bisa terjerumus pada radikal pula bila yg diserang terus ekspresi ekspresi keagamaan, namun tidak peka terhadap ekspresi-ekspresi kemaksiatan, cadar yang dikritik tapi pakaian ‘you can see’ tidak dan membiarkan terus perjudian, kemaksiatan, korupsi dan lainnya.

Moderatisme juga harus memperkaya dirinya yaitu dengan konsep Islam Berkemajuan, Islam yang mengikuti jaman, mampu melahirkan Ulama-ulama berkemajuan yang jadi ulama karena tidak geneologis ulama tapi selain mengusai ilmu agama juga ilmu-ilmu umum dan membuktikan dengan karya nyata untuk generasi dan peradaban ke depan.

(Disarikan dari Kajian Moderasi dalam beragama Perspektif Muhammadiyah oleh Prof. Dr. Haidar Nashir, 26 September 2020)

*Ketua MPI PDM Wonosobo.

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE