BeritaKabar Daerah

Fathurrahman Kamal: Puasa Bukan Sekadar Ibadah Ritual, Melainkan Proses Pembentukan Diri

PWMJATENG.COM, Kendal – Pada Salat Idulfitri 1445 H di Lapangan Sambongsari, Weleri, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal, menyampaikan khutbah yang mengungkap makna mendalam dari puasa yang telah kita lakukan selama sebulan penuh, Rabu (10/4).

Dalam khutbahnya, Fathurrahman menjelaskan bahwa puasa yang telah kita lakukan selama sebulan penuh semata-mata bukanlah menjadi tujuan pada dirinya. Meninggalkan aktivitas makan dan minum hanyalah satu sisi kecil dari puasa itu sendiri. Memaknai puasa hanya sebagai kemampuan untuk menahan rasa lapar dan dahaga di siang hari merupakan pemaknaan dangkal, parsial bahkan sekularistik, bias dan hakekat puasa sesungguhnya. Terdapat banyak riwayat yang shahih dari Rasulullah Saw. yang menafikan aktifitas meninggalkan makan-minum sebagai makna tunggal dari puasa tersebut. Di antaranya Rasulullah Saw. menegaskan:

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga saja. Betapa banyak pula yang melakukan shalat malam, hanya begadang di malam hari” (HR. Ahmad 2: 373.)

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903).

Baca juga, Tafsir: Makna Idulfitri sebagai Syariat dan Fenomena Budaya

“Dari keterangan Rasulullah Saw. tersebut, sekali lagi, dapat ditegaskan bahwa puasa, di samping sebagai ritual murni, juga fungsional sebagai media dan sarana pembentuk karakter moral dan keperibadian mulia seorang muslim baik sebagat individu, keluarga, warga masyarakat ataupun komponen bangsa yang besar. Mereka adalah masyarakat yang selalu berusaha memposisikan dirinya berada persis pada bingkai kepribadian yang telah didesainNya. Ibarat sebuah potret yang berada pada bingkainya sehingga tampak simetris dan indah. Itulah aktualisasi taqwa sejati yang menjadi visi utama shiyam Ramadan kita,” ucap Fathurrahman.

Dalam konteks sosial dan keadilan, Fathurrahman menegaskan bahwa Islam mengajarkan keadilan universal, tanpa pandang bulu terhadap siapapun. Menegakkan keadilan adalah bagian integral dari ajaran Islam, dan hal ini harus diterapkan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hubungan antarumat beragama.

Dakwah dalam Islam bukanlah soal pemaksaan atau intimidasi, tetapi lebih pada komunikasi persuasif dan elegan untuk menuju kebenaran. Islam menghormati keragaman keyakinan dan menjunjung tinggi martabat manusia, tanpa paksaan dalam masuk ke dalam agama.

Dengan penuh kebijaksanaan, Fathurrahman mengingatkan umat Muslim untuk menjalankan ajaran Islam dengan akhlak yang mulia, menghormati keragaman, dan menjaga keadilan dalam segala hal. Khutbahnya menjadi pengingat akan makna sejati dari puasa Idulfitri dan ajaran Islam yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE