BeritaPWM Jateng

Tafsir: Makna Idulfitri sebagai Syariat dan Fenomena Budaya

PWMJATENG.COM – Dalam acara Takbiran Kebangsaan yang digelar PP Pemuda Muhammadiyah Selasa (10/4), Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Tafsir, memberikan penjelasan mendalam mengenai makna Idulfitri sebagai bagian dari syariat dan fenomena budaya yang melingkupinya.

Tafsir menjelaskan, “Idulfitri dimaknainya sebagai kembali suci. Maka minal aidzin wal faizin. Selama Ramadan kita bersih-bersih kepada Allah. Tetapi bersih-bersih kepada Allah saja tidak cukup, melainkan bersih kepada sesama. Masuk Syawal maka kita juga harus bersih-bersih kepada sesama. Maka itu yang disebut dengan halal bihalal.”

Pernyataan tersebut menggarisbawahi pentingnya menjaga kesucian tidak hanya dalam hubungan vertikal dengan Allah, tetapi juga horizontal dengan sesama manusia. Halal bihalal, menurut Tafsir, menjadi wujud nyata dari pemahaman ini.

Tafsir menjelaskan bahwa Idulfitri tidak hanya sebatas momen syariat yang berakhir dengan salat Idulfitri. Namun, karena telah menjadi fenomena budaya, hari raya ini melahirkan agenda-agenda lain yang tak kalah penting. “Setelah salat Idulfitri masih banyak agenda-agenda lain seperti halal bihalal dengan tetangga, halal bihalal dengan teman, dan lain sebagainya,” tambahnya.

Baca juga, Euforia Salat Idulfitri: Ribuan Masyarakat Pati Meriahkan Stadion Joyo Kusumo!

Lebih lanjut, Tafsir menyampaikan bahwa konsep halal bihalal menjadi penting karena menjaga kesucian kepada Allah saja tidak mencukupi. “Kenapa halal bihalal? Karena bersih kepada Allah belum cukup, jadi harus bersih kepada sesama. Jadi setelah bersih kepada Allah, maka kita harus bersih kepada sesama. Itulah halal bihalal. Dihalalin, saling menghalalkan satu dengan yang lain melalui silaturahim,” terangnya.

Tafsir menyoroti bahwa bersuci kepada Allah merupakan hubungan satu arah, sedangkan bersih kepada sesama merupakan hubungan dua arah yang membutuhkan interaksi langsung. “Bersih kepada Allah cukup satu arah. Manusia tidak butuh jawaban Allah. Sementara Allah itu maha pemaaf,” ungkapnya. “Kita tidak cukup satu arah dari kita kepada Allah SWT, tetapi bersih kepada sesama harus dua arah, ketemu, jabat tangan, kalau tidak ketemu WA itu harus dibalas, kalau belum dibalas berarti belum saling maaf memaafkan tetapi harus dua arah,” tegasnya.

Penjelasan mendalam Tafsir mengenai makna Idulfitri sebagai syariat dan fenomena budaya memberikan pemahaman yang lebih luas bagi umat Muslim dalam merayakan hari raya dan menjalin hubungan yang harmonis dengan sesama manusia.

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE