Kajian Khusus Pimpinan PCM Blimbing Bahas Zakat Berbasis Masjid dan Ideologi Muhammadiyah
PWMJATENG.COM, Sukoharjo – Kajian Khusus Pimpinan “Ketarjihan dan Kemuhammadiyahan” edisi ke-3 sukses digelar pada Ahad, 5 Januari 2025, di Aula Islamic Center Muhammadiyah ‘Aisyiyah (ICMA) Sukoharjo. Acara yang diinisiasi oleh Majelis Pembinaan Kader dan Sumberdaya Insani (MPK-SDI) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Blimbing ini dihadiri oleh sekitar 200 peserta yang terdiri dari utusan Majelis/Lembaga PCM Blimbing, Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (PCA) Blimbing, organisasi otonom tingkat cabang, serta delegasi dari 32 Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) dan 33 Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah (PRA) se-Cabang Blimbing.
Turut hadir dalam acara tersebut beberapa tokoh penting, di antaranya Ketua PCM Blimbing Andi Asadduddin, Ketua PCA Blimbing Nur Husna, serta Ketua dan Sekretaris Badan Pengurus Lazismu Daerah Sukoharjo, Yusuf Aziz Rahma dan Giyarto. Acara yang dimulai pukul 09.00 WIB ini menghadirkan dua pembicara utama: Sholakhuddin Sirizar, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sukoharjo, dan Muslih Nur Wahid, Manajer Operasional Lazismu PDM Sukoharjo.
Dalam sesi pertama, Sholakhuddin Sirizar mengulas tentang “Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM)” dengan menekankan pentingnya pemahaman mendalam terhadap ajaran Muhammadiyah. “Setiap Muslim seharusnya mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW, meskipun tidak semua harus menjadi warga Muhammadiyah,” ungkapnya. Sholakhuddin yang juga merupakan alumni S2 Jurusan Syariah Universitas Bagdad, Irak, menjelaskan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang dinamis. “Gerakan ini harus terus bergerak sesuai dengan syariat Islam,” tambahnya.
Baca juga, Keputusan Musypimwil Muhammadiyah Jateng Tahun 2024
Lebih lanjut, Sholakhuddin menjelaskan konsep tajdid dalam Muhammadiyah, yang terdiri dari dua jenis: tajdid salafi (purifikasi) dan tajdid khalafi (pengembangan). Tajdid salafi fokus pada penyucian aqidah dan ibadah, sementara tajdid khalafi berfokus pada pengembangan di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Sesi kedua kemudian dilanjutkan oleh Muslih Nur Wahid, yang membahas tentang “Optimalisasi Pengelolaan Zakat Berbasis Masjid”. Muslih menegaskan pentingnya mengikuti regulasi yang ditetapkan negara dalam pengelolaan zakat dan mendorong takmir masjid binaan Muhammadiyah untuk mendirikan Kantor Layanan Lazismu berbasis masjid. “Ini adalah langkah strategis untuk mendekatkan pelayanan zakat, infak, dan sedekah kepada masyarakat,” jelasnya.
Muslih juga mengungkapkan bahwa prosedur pendirian Kantor Layanan Lazismu cukup mudah. “Para takmir masjid hanya perlu mengajukan surat permohonan resmi kepada Lazismu PDM Sukoharjo, disertai tanda tangan, stempel pengurus takmir masjid, dan susunan pengurus,” tegasnya. Ia juga mengungkapkan bahwa pengajuan bisa dikoordinasikan oleh masing-masing PRM setempat untuk mempermudah prosesnya.
Dengan pendekatan berbasis masjid, Muslih optimistis bahwa penghimpunan dana umat dapat meningkat secara signifikan. Dana tersebut nantinya dapat digunakan untuk berbagai program pemberdayaan masyarakat. Acara yang berlangsung hingga pukul 11.00 WIB ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih dalam mengenai ideologi Muhammadiyah serta optimalisasi zakat sebagai salah satu pilar penguatan ekonomi umat.
Kontributor : Andika Rahmawan
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha