KesehatanKolom

Penggolongan Obat

Penggolongan Obat
(Bagian Kelima)

Oleh : Khafid Sirotudin*

PWMJATENG.COM – Obat-obatan digolongkan berdasarkan : nama, bentuk sediaan, cara penggunaan, penandaan, dan efek farmakologi.

Berdasarkan nama terbagi menjadi obat paten dan obat generik (generik berlogo dan bermerek). Berdasarkan bentuk sediaan, ada bentuk padat, setengah padat, cair dan gas. Adapun menurut cara penggunaan, ada obat luar dan obat dalam.

Berdasarkan ‘penandaan’ obat-obatan terbagi atas: obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat psikotropika, obat narkotika, obat jamu, obat herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka.

Obat Jamu yaitu obat tradisional yang disediakan secara tradisional berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran) dan digunakan secara tradisional, secara turun temurun oleh beberapa generasi. Obat jamu ini belum diteliti secara ilmiah dan digunakan hanya berdasar bukti empiris.

Obat Herbal Terstandar (OHT) yaitu obat yang diekstrak dari bahan alam seperti tanaman, hewan maupun mineral, yang umumnya ditunjang dengan bukti ilmiah, yaitu secara penelitian pra-klinik (menggunakan hewan percobaan) dan pemrosesannya membutuhkan ketrampilan dan teknologi tinggi.

Adapun Fitofarmaka yaitu obat tradisional yang sudah ditunjang oleh bukti ilmiah secara penelitian klinik (sampai ke manusia) sehingga dapat ‘disetarakan dengan obat modern’.

Jamu, OHT dan Fitofarmaka Jateng

Industri jamu sudah menjadi tradisi/budaya di lingkungan masyarakat Jawa Tengah. Kebanyakan diproduksi dalam skala rumah tangga dan usaha kecil menengah. Masyarakat tentu sangat akrab dengan beberapa merek jamu antara lain: Jago, Air Mancur, Nyonya Meneer, Leo, Dua Putri, Bintang Toejoe, dan Sidomuncul.

Sidomuncul saat ini menjadi market leader di industri jamu dan herbal (OHT) Indonesia. Bahkan salah satu produknya ‘tolak angin’ telah mendunia.

Beberapa daerah di Jateng sejak lama dikenal menjadi sentra industri jamu hingga sekarang. Di antaranya Solo, Wonogiri, Karanganyar, Sukoharjo dan Semarang. Sementara di wilayah selatan Jateng, jamu Cilacap pernah booming pada tahun awal era 2000-an.

Menariknya industri jamu di Jawa Tengah, yaitu meskipun berbagai macam jenis jamu tradisional berasal dan berakar dari budaya Jawa lama, namun di sektor industri jamu skala menengah dan besar justru banyak ditekuni, diseriusi, dan dikembangkan oleh warga keturunan non Jawa.

Baca juga, Pak Oles

Bila kita mempelajari jejak sejarah industri jamu tradisional dari masa ke masa, bahwa akulturasi budaya adiluhung antara warga pribumi dan non pribumi sudah terjadi secara baik sejak kakek-nenek moyang kita. Bhinneka Tunggal Ika benar-benar sudah menjadi aksi nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Jawa Tengah. Bahkan salah satu Walisongo, juga seorang Muslim keturunan bangsa seberang.

Bagi kami yang hidup di kota kecil Weleri, Kendal tradisi minum jamu sudah menjadi budaya masyarakat sejak kami berusia belia. Yang cukup terkenal dan masih kami kenal adalah toko jamu ‘Nyah Lemprak/Deprok’ yang menjual berbagai ramuan jamu godhogan/seduh. Saat ini usaha jamu tersebut masih diteruskan salah satu cucunya di kios pasar Weleri-II atau pasar hasil bumi Weleri.
Berbagai jamu gendong (sekarang sudah pakai sepeda/kendaraan bermotor) juga masih eksis. Kebanyakan penjual jamu gendong/keliling di Weleri, berasal dari daerah Sukoharjo dan Wonogiri.

Sentra Jamu dan Peran PTM

Sejalan dengan ditemukannya teknologi probiotik siklus (PS) yang mudah dan murah dalam aplikasinya, kami berharap beberapa Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Jateng bisa bersinergi dengan pemda dan komunitas industri jamu yang dekat.

Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) misalnya, bisa bekerjasama dan mengamalkan ilmunya sebagai bagian dari Tri Dharma-nya dalam mengedukasi, membangkitkan dan mengembangkan kembali jamu Cilacap yang dulu pernah mengalami masa kejayaan. Apalagi UMP memiliki fakultas kedokteran, farmasi dan pertanian yang erat hubungannya dengan industri jamu, herbal dan obat-obatan.
Begitu pula dengan UM Surakarta dan 5 Universitas Muhammadiyah lainnya di Jawa Tengah.
Wallahualam

*)Ketua Umum Asosiasi Ekspor Impor Buah-Buahan dan Sayuran Segar Indonesia (Aseibssindo), 2012-2019

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE