BeritaTokoh

Mewujudkan Negeri Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur

PWMJATENG.COM, Temanggung – Muhammad Taufiq Ulinuha, Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Tengah, berkesempatan menjadi khatib Salat Idulfitri di Dusun Senden, Jambon, Gemawang, Temanggung, pada Senin (31/3/2025). Dalam khutbahnya, ia menyoroti pentingnya mewujudkan negeri yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur, sebuah konsep yang dicita-citakan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dalam doanya kepada Allah.

Ulinuha mengawali khutbahnya dengan mengulas kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang tercantum dalam Al-Qur’an. Dalam doanya, Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar keturunannya dijadikan sebagai umat yang beriman serta diberikan negeri yang aman dan sejahtera. Sebagaimana dalam firman Allah:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًا وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلأَصْنَامَ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, ‘Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala.'” (QS. Ibrahim: 35)

Keamanan, menurutnya, adalah elemen mendasar dalam membangun masyarakat yang sejahtera. Rasulullah ﷺ juga menegaskan bahwa seorang mukmin sejati adalah mereka yang menjaga kedamaian di sekelilingnya. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda:

وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ
“Demi Allah, tidak beriman! Demi Allah, tidak beriman! Demi Allah, tidak beriman!”
Ketika Rasulullah ditanya siapa yang dimaksud, beliau menjawab:
“Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari keburukannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Taufiq menekankan bahwa pemimpin yang amanah memiliki peran besar dalam menciptakan rasa aman bagi rakyatnya. Tanpa kepemimpinan yang kuat dan bertanggung jawab, ketentraman masyarakat akan sulit terwujud.

Aspek kedua yang disampaikan dalam khutbahnya adalah pentingnya menjauhi perbuatan syirik. Ia mengingatkan bahwa dalam berbagai peristiwa, masih banyak praktik-praktik yang bertentangan dengan tauhid, seperti penggunaan pawang hujan dalam acara kenegaraan. Padahal, Allah telah memperingatkan:

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)

Baca juga, Idulfitri: Momentum Silaturrahmi dan Rekonsiliasi

Ulin menekankan bahwa ketauhidan yang kuat akan membawa keberkahan bagi suatu negeri. Tanpa keimanan yang lurus, sebuah masyarakat akan rentan terhadap kemerosotan moral dan bencana sosial.

Khutbah berlanjut dengan membahas pentingnya shalat sebagai tiang agama. Shalat bukan sekadar kewajiban ritual, tetapi juga benteng bagi individu agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan. Sebagaimana firman Allah:

وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
“Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut: 45)

Taufiq menegaskan bahwa jika seseorang benar-benar menjalankan shalat dengan baik, maka ia tidak akan berbuat curang, korupsi, atau melakukan kezaliman. Oleh karena itu, pemimpin yang tidak berintegritas perlu dikaji kembali kualitas shalatnya.

Lebih lanjut, Taufiq menyoroti pentingnya membangun masyarakat yang memiliki kelembutan hati dan akhlak yang baik. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam kehidupan bermasyarakat, sikap saling menghormati dan menjaga hubungan baik adalah kunci dalam menciptakan harmoni sosial. Tanpa akhlak yang baik, suatu bangsa akan kehilangan identitas moralnya.

Aspek terakhir yang ditekankan dalam khutbahnya adalah pentingnya ketahanan pangan. Ia mencontohkan bagaimana Nabi Yusuf ‘alaihissalam mempersiapkan negaranya menghadapi masa paceklik dengan sistem pengelolaan pangan yang baik. Sebuah negeri yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur harus memiliki ekonomi yang kuat dan sumber daya yang cukup untuk menopang kehidupan warganya.

Sebagai kesimpulan, Ulin mengajak umat Islam untuk merefleksikan makna Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur dalam kehidupan nyata. Sebuah negeri yang aman, bebas dari syirik, teguh dalam shalat, berakhlak mulia, dan memiliki ketahanan pangan akan menjadi negeri yang diberkahi Allah. Ia menutup khutbahnya dengan doa agar umat Islam senantiasa diberi kekuatan untuk mewujudkan cita-cita luhur ini.

Editor : Ahmad

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE