Editorial

Menjadi Pelajar Pancasila di Era Digital

Penulis : Tati*

PWMJATENG.COM – Kurikulum Merdeka yang diluncurkan Mendikburistek pada Februari 2022 adalah salah satu program Merdeka Belajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Fokus programnya pada materi yang esensial dan pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila.

Profil pelajar adalah pembentukan proses pembelajaran yang menekankan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan, mengembangkan keterampilan dengan enam dimensi profil pelajar Pancasila. Enam dimensi tersebut di antaranya: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.

Dalam pembentukan profil pelajar Pancasila ini, peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari secara mendalam tema-tema atau isu penting seperti gaya hidup berkelanjutan, toleransi, kesehatan mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi. Kemudian melatih peserta didik untuk melakukan aksi nyata sebagai respon terhadap isu-isu terkini sesuai dengan perkembangan dan tahapan belajar mereka. Lalu bagaimana pelajar saat ini?

Karakteristik Pelajar

Pelajar saat ini masuk kategori gen Z dan generasi post gen Z atau disebut juga dengan gen Aplha. Kategori usia gen Z adalah generasi yang lahir tahun 1997 – 2012. Perkiraan usia saat ini berada pada usia 8 – 23 tahun. Sedangkan gen Alpha lahir tahun 2013 ke atas, yang saat ini masuk kategori usia bayi hingga 7 tahun ke atas.

Generasi Z ini memiliki ciri terbiasa menggunakan teknologi digital sejak usia muda dan merasa nyaman dengan internet dan media sosial. Pun generasi Alpha yang harus hidup sangat dekat dengan gadget karena kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ)/Belajar dari rumah (BDR). Meskipun sebenarnya mereka belum sepenuhnya terlibat dalam pengembangan teknologi.

Kedua generasi ini tumbuh dan berkembang dengan dikelilingi oleh teknologi. Kebanyakan dari orang tua mereka adalah pengguna teknologi dan media sosial juga. Sehingga generasi ini akan mengenali masa kecil mereka dengan tren-tren yang terjadi. Generasi Alpha akan melekatkan daya ingat pada sejarah mereka menghadapi situasi tak terduga; seperti pandemi misalnya. Belajar dan bermain dengan protokol kesehatan dengan segala dinamikanya.

Baca juga, Jejak Awal Muhammadiyah di Surakarta; Refleksi Jelang Muktamar 48
Pembelajaran Digital

Pembelajaran digital dikembangkan menuju pada terwujudnya sistem pendidikan terpadu yang dapat membangun konektivitas antar komponen yang ada dalam pendidikan. Sehingga, pendidikan menjadi lebih dinamis dan fleksibel bergerak dalam mengadakan komunikasi guna memperoleh dan meraih peluang-peluang yang ada untuk pengembangan pendidikan.

Digital learning atau pembelajaran digital berkembang sebagai upaya dalam mewujudkan sistem pendidikan terpadu dengan membangun konektivitas antar komponen dalam bidang pendidikan sehingga pendidikan akan lebih fleksibel dan dinamis.

Pembelajaran digital memberi kontribusi secara kuantitas terhadap interaksi belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik. Dahulu, sebagian besar pembelajaran dilaksanakan dengan tatap muka langsung (pembelajaran konvensional) dengan pembelajar.

Akan tetapi, seiring dengan perkembangan teknologi, informasi, komunikasi yang semakin pesat dan canggih trend juga berubah.

Ruang lingkup kompetensi bagi seorang pendidik dalam pembelajaran digital meliputi perencanaan serta pengorganisasian pembelajaran, keterampilan penyajian baik verbal maupun non verbal, team work, keahlian dalam penguasaan materi pembelajaran, melibatkan pembelajar dalam pembelajaran serta koordinasi aktivitas lainnya, pengetahuan tentang teori belajar, pengetahuan tentang pembelajaran digital, pengetahuan tentang perencanaan pembelajaran, dan penguasaan media pembelajaran.

Menjadi Pelajar yang Ramah Bermedia Sosial

Menjadi pelajar yang tidak bisa menghindari teknologi; yang di dalamnya termasuk juga media sosial, maka peserta didik di semua satuan pendidikan haruslah bijak dalam menggunakan teknologi dan media sosial.

Yang perlu peserta didik perhatikan adalah tentang budaya bermedia digital (digital culture). Contohnya manajemen waktu untuk menggunakan teknologi juga media sosial mana saja yang dapat kita gunakan. Kemudian aman bermedia (digital safety), peserta didik perlu mengetahui situs atau media yang cenderung penipuan, kebohongan, dan hal-hal buruknya yang juga dampaknya untuk peserta disik itu sendiri.

Pelajar juga perlu membangun cara berinteraksi yang responsive namun tetap beretika sebagaimana tata karma berinteraksi dengan orang lain secara langsung; atau dalam hal ini kita kenal dengan (digital ethics), dan cakap bermedia digital (digital skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. Contohnya dengan menggiatkan kampanye dan respon kritis terhadap situasi terkini. Sehingga postingan di media sosial tetep edukatif juga menginspirasi.

Di samping itu semua, untuk membudayakan peserta didik ramah bermedia sosial maka ada pendampingan orang tua dan guru agar proses pembelajaran di luar jam belajar pun dapat terjadi.

*Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung. Surel : [email protected]

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE