Mengembangkan Wasathiyah dalam Kehidupan Bermasyarakat

Mengembangkan Wasathiyah dalam Kehidupan Bermasyarakat
Oleh: Masyhuda Darussalam (Peserta Sekolah Tabligh PWM JATENG Angkatan 3 di UNIMMA Magelang)
PWMJATENG.COM – Wasathiyah, yang berarti “kesederhanaan” atau “tengahan,” merupakan nilai penting dalam ajaran Islam. Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 143, yang artinya: “Dan demikianlah Kami jadikan kamu sebagai umat yang tengah, supaya kamu menjadi penyaksi bagi umat manusia, dan supaya Rasul menjadi penyaksi bagi kamu.” Ayat ini menegaskan bahwa umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah, dipilih oleh Allah untuk menjadi umat yang seimbang, tidak berlebihan dalam beragama dan tidak pula mengabaikan ajaran agama.
Persyarikatan Muhammadiyah, yang selalu berpegang pada ajaran Islam yang moderat, mengutamakan sikap tegas dalam pendirian, luas dalam wawasan, dan terbuka dalam bersikap. Sikap ini mencerminkan umat Islam yang tidak ragu dalam pendirian mereka, namun tetap terbuka dan bijaksana dalam bergaul dengan sesama. Wasathiyah mengajarkan umat untuk tetap istiqomah dalam mengamalkan ajaran Islam, tanpa mencampuradukkan atau kehilangan arah.
Selain itu, umat tengahan, menurut Muhammadiyah, juga mengutamakan penghargaan terhadap perbedaan pandangan dan pendapat. Perbedaan ini adalah hal yang wajar karena setiap individu atau kelompok memiliki latar belakang sosial dan budaya yang berbeda. Oleh karena itu, umat Islam yang moderat tidak merasa dirinya paling benar, tetapi saling menghargai meskipun memiliki pandangan yang berbeda. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an, perbedaan itu adalah ketetapan Allah yang harus diterima dengan lapang dada.
Umat tengahan juga menghindari tindakan mengkafirkan sesama Muslim. Dalam pandangan Islam, mengkafirkan seseorang bukanlah hak manusia, melainkan kewenangan Allah. Oleh karena itu, umat Islam yang moderat tidak akan mengkafirkan sesama Muslim, meskipun mereka berbeda pandangan. Muhammadiyah menjunjung tinggi prinsip ini dengan menekankan bahwa tindakan mengkafirkan adalah hak prerogatif Allah, dan bukan kewenangan manusia.
Baca juga, Kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah
Selanjutnya, sikap umat tengahan adalah menggembirakan dan memajukan masyarakat. Wasathiyah mengajarkan umat Islam untuk selalu berpikir maju, tidak terjebak pada masa lalu, dan mengajak masyarakat untuk berpikir ke depan. Setiap individu, dalam kehidupan beragama, harus merasa senang dan tidak tertekan. Dalam berdakwah, kita diajak untuk membawa kegembiraan, bukan kesulitan, sehingga dakwah Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Selain itu, penting bagi umat tengahan untuk memahami realitas dan prioritas dalam masyarakat. Setiap masyarakat memiliki kondisi sosial yang berbeda-beda, dan oleh karena itu, dalam dakwah kita harus memahami situasi yang ada. Ada kalanya kita harus memprioritaskan pembahasan akidah, akhlak, atau ibadah, tergantung pada kondisi masyarakat yang ada. Hal ini mencerminkan sikap yang realistis dan bijaksana dalam menyampaikan ajaran Islam.
Wasathiyah juga mengajarkan umat Islam untuk menghindari fanatisme berlebihan terhadap kelompok atau paham agama tertentu. Fanatisme, baik dalam bentuk pembelaan atau penolakan, dapat membatasi pemahaman dan merusak kerukunan. Oleh karena itu, umat tengahan tidak akan terjebak dalam fanatisme yang buta dan selalu terbuka terhadap kebenaran, meskipun datang dari pandangan yang berbeda.
Selain itu, umat tengahan memudahkan pelaksanaan ajaran agama, bukan meremehkan atau menyulitkan. Dalam Islam, terdapat konsep rukhsah (keringanan), yang merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada umat-Nya. Oleh karena itu, umat Islam yang moderat akan memanfaatkan keringanan ini dengan bijaksana, misalnya dengan melaksanakan salat jama’ dan qashar saat dalam perjalanan. Begitu pula dalam dakwah, kita tidak boleh menyulitkan, tetapi memudahkan agar masyarakat semakin tertarik untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam.
Secara keseluruhan, prinsip wasathiyah dalam Islam menekankan pada sikap moderat, adil, dan bijaksana. Umat Islam yang teguh dalam pendirian namun tidak berlebihan, serta selalu mengedepankan nilai-nilai toleransi, kedamaian, dan kemajuan, adalah cerminan dari umat tengahan yang diperintahkan oleh Allah. Wasathiyah bukan berarti kita tidak memiliki pendirian, tetapi kita selalu istiqomah dalam meyakini ajaran Islam tanpa menyalahkan atau mengkafirkan orang yang berbeda pandangan. Inilah esensi dari Islam yang moderat, yaitu berada di posisi yang adil, tegak, dan tidak berlebihan, tetapi juga tidak mengabaikan prinsip-prinsip dasar ajaran agama.
Dengan mengikuti prinsip-prinsip wasathiyah ini, umat Islam dapat hidup berdampingan secara damai, meskipun memiliki perbedaan pandangan yang tajam. Sebagai umat Islam, kita diingatkan untuk selalu menjaga kesatuan, saling menghargai, dan terus berupaya memajukan masyarakat dengan penuh kegembiraan, sesuai dengan ajaran Islam yang moderat dan berkemajuan.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha