Kabar Daerah

Upaya Digitalisasi Gerakan IMM di Era 4.0

PWMJATENG.COM, Surakarta – Kegiatan bedah buku yang berjudul “IMM di Era 4.0” dilaksanakan di Sekretariat PC IMM Ahmad Dahlan Kota Surakarta. Kegiatan ini diselengarakan oleh PK IMM A.R. Fachruddin. Dihadiri secara luring oleh 11 kader, dan online sejumlah 36 kader. Pemantik bedah buku oleh Wahyu Jatmiko Aji aktif sebagai Kabid RPK PK IMM AR Fachruddin sekaligus sedang menjabat Presiden Mahasiswa di Universitas Nahdlatul Ulama. Buku ini mendapatkan antusias tinggi dari kader PC IMM Kota Surakarta. Dan memotivasi kader IMM untuk berdakwah di dunia digital yang praktis dan modern. Dengan kesadaran hal ini, maka tingkat efisien, efektif dan akuntabilitas gerakan tajdid IMM akan lebih luas lagi dalam mewujudkan tujuan muhammadiyah.

Buku IMM DI ERA 4.0 Refleksi & Harapan yang diusung Oleh DPP IMM dan terbit pada Maret 2021 adalah buah karya untuk Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam Milad Ke-57. Buku ini di awal bagian terdapat sambutan Ketua Umum DPP IMM yaitu Najih Prasetyo, yang mengharapkan bahwa dengan kehadiran buku ini untuk dijadikan bukti “bahwa ikhtiar melalui gagasan-gagasan itu terus bergulir dan lahir dari para kader. Tinggal bagaimana kemudian, ke depannya bisa gagasan itu menjadi sebuah tindakan. Karena sejatinya, gagasan dan gerakan dalam kehidupan ber-IMM merupakan dua hal yang tidak bisa kita tinggalkan”.

Kemudian untuk isi dari buku ini termasuk disambut dengan Prolog oleh Ari Susanto yang berjudul “Misi Profetik, Media Sosial, dan Keindonesiaan”, dalam menarasikan Islam Berkemajuan dan memelihara keindonesiaan, membutuhkan moral yang kuat, intelektual yang unggul, dan IMM memiliki modal itu, ruang media sosial harus menjadi ajang persemaian karya bukan kebencian. Dan diakhiri dengan epilog oleh Robby Rodliya Karman yang berjudul “Merawat Etos Gerakan IMM”, diharapkan IMM perlu menjaga etos dalam rangka meneladani Nabi Muhammad SAW, yaitu etos kenabian, etos literasi dan etos gerakan untuk mencapai cita-cita umat Islam sebagai khairu ummah dan rahmat bagi semesta alam. Buku ini terdari dari empat bagian, diantaranya :

  • Bagian I – Memaknai 57 Tahun IMM
  • Bagian II – Aktualisasi Nilai-Nilai Ikatan
  • Bagian III – Membumikan Gagasan IMM
  • Bagian IV – Ikhtiar IMM di Era 4.0

Dari empat bagian di atas tentunya di masing-masing bagian tersebut terdapat artikel yang sesuai dengan judul bagian. Di sini saya tidak menceritakan semua yang ada di buku ini tetapi akan sedikit memberikan beberapa bagian-bagian saja. Di bagian pertama yang ditulis oleh Prei Yulianto berjudul IMM Di Ruang Cyber. Bahwa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di ruang cyber tidak begitu populer dari data yang diambilnya dari Google Trends. Dibandingkan dengan gerakan organisasi lain IMM tidak menempati di urutan pertama, yaitu pada popularitas website, penelususaran gambar, penelusuran berita. Tetapi IMM mendapatkan peringkat di urutan pertama di penelusuran Youtube. Maka dari itu Prei Yulianto menganggap bahwa “bagi organisasi membangun opini publik melalui narasi informasi digital sangat penting maupun secara langsung membuat gebrakan gerakan.” Sehingga aktualisasi organisasi harus dilakukan upaya viralisasi gerakan secara masif itu sangat penting.

Baca juga, Presma BEM STIKES Muhammadiyah Tegal Peduli Kesehatan Masyarakat

“IMM dan Program TPA/TPQ Binaan” oleh Nizam Zulfa. Melihat tujuan dari IMM yaitu mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berahklak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Dan tujuan Muhamadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dari program TPA/TPQ IMM yang akan berkontribusi dalam mencetak generasi Qur’ani yang kelak akan menjadi aktor masyarakat yang Islami.

Baca juga, IMM Jenderal Soedirman Sukses Adakan Webinar Beasiswa

Terdapat manfaat dari program TPA/TPQ seperti Kader IMM dapat melatih ketrampilan mengajar, skill bersosial, memahami dunia anak-anak dan menjadi ladang amal kebaikan. Dalam eksekutor pengaplikasian program ini tentu di tingkat cabang dan komisariat. Mitra kerjasamanya yaitu terdapat dua model yaitu di masjid atau di luar masjid. Terkadang yang menjadi hambatan adalah Uang Transport, terdapat pertanyaan “Dari mana uang transport kader IMM yang mengajar ?” Seharusnya hal ini yang menjadikan bahan untuk direnungkan. Dengan pernyataan Kiai Ahmad Dahlan “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah”. Dan perkataan Jenderal Soedirman “Berjuang di Muhammadiyah itu berat, ragu atau bimbang, lebih baik pulang”.

Lanjut pada tulisan “Membumikan Narasi Humanitas” oleh Annisya Kurniasih. Salah satu TKD IMM adalah humanitas yang kader IMM mampu menciptakan hubungan antar sesama manusia yang lebih baik. Dalam aksi humanitas tidak hanya sebatas aksi lingkup sosial, tidak terlepas dari intelektualitas dan religiusitas. Landasan pengilmuan harus cukup agar arah gerak tidak sia-sia. Dan pengilmuan IMM tentu tidak terlepas dari nilai yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits. Maka dari itu, tri kompetensi dasar tidak bisa dipisahkan.

Dalam realitas gerak masing-masing individu kader IMM jangan sampai hanya paham teori yang ada, membaca puluhan buku kemanusiaan, dan mahir berbicara dalam berbagai forum. Tapi semua tidak ada artinya, jika dalam kenyataannya saja belum peduli dengan teman terdekat, tetangga yang kelaparan, dll. Keresahan penulis adalah tolok ukur nilai dan kualitas seorang kader IMM hanya dilihat dari jabatan, atribut yang dikenakan, dan aktif di berbagai forum serta kegiatan IMM. Sebagai kader IMM tugas dan tanggung jawab bukan sekedar menggunakan jas merah atau menduduki jabatan tinggi. Tetapi membawa juga tujuan Muhammadiyah yang orientasi ruang gerak dan tanggung jawabnya besar dan luas.

Baca juga, Lazismu Kota Magelang Bantu Pembangunan Masjid Taufiqul Huda

“Menggagas LBH IMM” oleh Muhammad Azharuddin Fikri. Dipaparkan bahwa Muhammadiyah organisasi Islam yang berfokus pada dakwah melalui amal usaha di bidang sosial, pendidikan, dan kesehatan. Tetapi dakwah ini harus dilebarkan lagi yaitu di bidang hukum atau jihad konstitusi. Kegiatan ber-IMM di bidang masyarakat seperti galang dana bencana alam, santunan kepada tukang becak, pengemis, mengajar di TPQ dsb. Disisi lain kebiasaan demonstrasi masih dekat dengan mahasiswa yang terkadang suasana menjadi anarkis dan berujung di kepolisian. Dan ketika IMM sudah memiliki LBH mandiri yang suatu saat kejadian penangkapan menimpa kader IMM, maka proses advokasi akan lebih cepat dan efisien.

Gagasan ini sebenarnya ada gagasan pada Muktamar XVIII tentang pembentukan LBH IMM di bawah Bidang Hikmah, Politik dan Kebijakan Publik. Karena LBH IMM merupakan proyek jangka panjang. Yang sebenarnya LBH IMM jika diisi dari produsen intelektual PTM dan kader IMM yang di luar PTM berpendidikan hukum, maka seharusnya hal ini bisa dilakukan. Bukan bermaksud membandingkan HMI sudah memiliki Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum Mahasiswa Islam (LKBHMI).

Semoga dengan kehadiran buku ini dapat tercapai dan tersampaikan pesan-pesan penulis untuk kader IMM di seluruh Indonesia. Perlunya untuk di jadikan renungan serta memaknai tentang berjuang di IMM. Buku yang hadir sebagai kado Milad IMM Ke-57 tahun dan tanggal 18 November 2021 Muhammadiyah Milad ke -109 Tahun. Sehingga “Buku IMM di Era 4.0” dapat menjadikan harapan sekaligus refleksi untuk kader IMM agar semakin mencapai gerakan yang tajdid dan tidak terlepas dari trilogi serta tujuan IMM.

Fastabiqul khairat! Abadi Perjuangan!

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE