Kolom

Puasa Adalah Anti Penjajahan

Hidup adalah kelindan suka dan duka. Silih berganti antara naik-turunnya Iman. Nafsu setia mengawal dan menyertai tiap tarikan nafas. Enggan berlepas dari tiap aktifitas. Keputusan-keputusan hidup yang menentukan arah adalah titik krusial dimana dalam pengambilan keputusan mesti jelas keberpihakan diri, apakah karena iman atau sebaliknya nafsu?

Tidak mudah mengawal diri hingga selalu terarah. Hidup demikian kompleks kadang dilematis. Menjadi manusia yang tetap dalam mawas, yang tegap dalam badai, yang dermawan dalam kesempitan tentulah bukan sesuatu yang langsung ada. Ia adalah proses panjang yang kadang hingga nafas terakhir hal tersebut belum diperoleh. Batu uji-batu uji demikian terjal dan tajam. Siap merobek mereka yang abai akan keselamatan.

Islam adalah rumah keselamatan sesuai dengan makna bahasanya. Ia tak menginginkan pemeluknya celaka dunia akhirat. Pribadi-pribadi agung telah menjadi gambaran jelas bagaimana sang pemeluk mampu dengan tenang melampaui segala sesuatu. Jadi ini bukanlah dongeng. Islam adalah konsep hidup yang solutif. Suka dan duka boleh datang silih berganti. Kawan dan lawan boleh berganti peran. Namun Islam tetaplah menjadi panduan.

Baca juga, Tiga Tahun IBTimes.ID, Kiprah yang Harus Diteladani Media Official Muhammadiyah

Bulan Ramadan dikatakan bulan yang suci, bulan yang sedemikian istimewa. Bulan yang dalam semua usia menanti dan berharap diperjumpakan dengannya. Semua memupuk niat akan tampil prima di dalamnya. Hampir tak ada yang berburuk niat dalam menyambut bulan mubarok ini. Masing-masing umat Islam bermimpi bila memungkasi Ramadan besok telah melakukan hal-hal yang terbaik dalam hidupnya. Sehingga lebaran akan hadir dengan segenap kebahagiaannya.

Padahal Ramadan menyuruh kita untuk puasa. Disuruhnya kita berlapar dan haus. Disuruhnya kita keluar harta banyak-banyak untuk sedekah. Disuruhnya kita berlama-lama dalam tarawih dan iktikaf meningalkan anak-istri dan kawan ngopi. Disuruhnya kita menahan amarah pada saudara atau kawan yang melawan. Disuruhnya kita untuk menghilangkan dendam karena Ramadan menyuruh kita untuk jadi pemaaf.

Demikian Ramadan mencetak kita untuk menjadi raja bagi diri sendiri. Kita bukanlah hamba nafsu. Manusia hidup bukan untuk makan dan kemewahan apalagi amarah. Kita bebas makan minum, tapi puasa menahannya. Walaupun hidangan itu milik kita yang halal. Istri sah kita boleh kapanpun dikumpuli, namun puasa membentenginya. Kita dianggap wajar kalau membalas bila disalahi, namun puasa melarangnya. Demikianlah kita diarahkan bahwa kita bukan hamba itu semua. Puasa mendidik kita menjadi manusia merdeka. Puasa adalah anti penjajahan.

Penulis : Ikhwanushoffa (Manajer Area Lazismu Jawa Tengah)

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE