Editorial

Nonton Film Buya Hamka

Oleh : Ikhwanushoffa*

PWMJATENG.COM – “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih”; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fussilat: 30)

Yang masih bergelut dalam pergerakan di Persyarikatan Muhammadiyah akan kerasa dengan film ini. Bagaimana ada orang tua yang sejak muda rela terus beradu ujian dalam perjuangannya?! Berkali ketemu dilema yang dikhawatirkan salah pilih atau orang salah paham akan pilihannya. Pun, berkali pula kekhawatirannya terbukti. Tetapi Insya Alloh bukan karena salah pilih, tetapi tidak pahamnya sebagaian kawan. Sehingga terjadi mis bahkan fitnah. Atau paling tidak terdapat dua pilihan sulit yang masing-masing mengandung kebenaran dan risikonya sendiri.

Film yang saat ini release baru sequel pertama dari tiga sequel yang rencana ditayangkan. Terasa sekali hadirnya dilema ketika Belanda kalah dan Jepang datang. Sebagai Konsul Muhammadiyah Sumatera Timur, dengan berat hati Beliau berijtihad percaya janji Jepang demi keamanan pergerakan Muhammadiyah. Ketika giliran Jepang kalah, badai sesungguhnya baru datang yakni tuduhan Buya Hamka sebagai antek Jepang yang berujung diturunkannya Beliau dari Ketua Cabang Muhammadiyah Medan dan Konsul Muhammadiyah Sumatera Timur sekaligus dilarang berceramah lagi. Buya Hamka dan keluarga memilih pindah dari Medan kembali ke tempat tinggal sebelumnya di Padang Panjang.

Dilema pasti dialami tiap pemimpin. Yang paling membedakan adalah apakah kepentingan pribadinya mendominasi dalam pengambilan keputusan? Kiranya Buya Hamka bukanlah sosok semacam itu. Ketika kembali di Padang Panjang Buya Hamka juga merasa handai taulan sekitar juga membecinya. Ternyata salah. Mereka sangat paham Buya Hamka. Maka kembalilah Beliau berdakwah dari masjid ke masjid seperti layaknya da’i kampung. Dari sanalah Buya Hamka bangkit kembali dan bersiap dengan ujian perjuangan berikutnya.

Baca juga, Jangan Notorius : Jika Ingin Terkenal

Keras kepala betul orang tua ini. Kita jadi malu. Baru ujian-ujian alit saja dalam perjuangan, kita udah surut. Baru ketika banyak fasilitas, ramai dalam perebutan. Indahnya kalau kita diizinkan meniru salah satu saja keteladanan Beliau, karena kalau semua kok rasanya terlalu besar kepala. Seperti keteladanan mau menerima amanah berat walaupun tidak enak, pun rela bila amanah itu diambil kembali tanpa babibu minta perlindungan bahkan fitnah sana-sini.

Demikianlah Buya Hamka. Orang tua yang tidak lulus SD namun mendapatkan gelar Profesor dan Doktor bukan karena anak Presiden atau Ketua Partai, tetapi karena kapasitasnya. Meminjam istilah Soekarno, terlanjur cinta. Setahunan tinggal kembali di Padang Panjang Beliau berkenan diamanahi menjadi Pimpinan Majlis Muhammadiyah Sumatera Barat. Itulah cinta, pasti identik dengan pengorbanan.

Tak lama kemudian clash Belanda datang. Beliau bergerak memimpin perang gerilya. Hidupnya penuh keyakinan. Tujuan telah hadir dalam dirinya. Ketenangan menjadi sandangan hidupnya.

“Untuk melewati badai kita harus terus berjalan, bukan terhenti. Dan untuk terus berjalan hanya ada dua hal yang harus terus kita bawa, KEYAKINAN dan CINTA” (Buya Hamka)

Wallaahu a’lam.

*Manager Area Lazismu PWM Jawa Tengah

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE