
PWMJATENG.COM, Tegal – Tegal Muhammadiyah University (TMU) kembali membuktikan diri sebagai kampus yang ramah disabilitas. Pada Wisuda Ke-1 yang digelar di Gedung Pertemuan Hanggawana, Kota Tegal, Kamis (17/4), sosok inspiratif bernama Arif Dwi Juliyanto mencuri perhatian publik.
Pemuda berusia 23 tahun asal Desa Pacul, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal itu berhasil menyelesaikan studi Program D3 Desain Produk dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,33. Arif merupakan penyandang disabilitas fisik, namun semangat dan tekadnya mengalahkan segala keterbatasan. Tak hanya lulus dengan nilai baik, ia bahkan telah diterima bekerja sebagai desainer di sebuah percetakan sebelum resmi diwisuda.
“Saya yakin, isi otak tidak boleh dibungkam oleh keterbatasan. Pendidikan itu hak semua orang, tanpa kecuali,” ujar Arif saat ditemui usai acara wisuda. Ucapannya yang penuh semangat mendapat sambutan hangat dari para wisudawan dan tamu undangan.
Arif menegaskan bahwa semua orang, termasuk penyandang disabilitas, memiliki hak untuk bermimpi dan berjuang meraih masa depan. Ia berharap kisahnya bisa memotivasi orang lain untuk tidak menyerah terhadap keadaan.
Rektor TMU, Jebul Suroso, dalam sambutannya juga menegaskan komitmen kampus untuk menjadi ruang inklusif bagi semua kalangan. “Kami membuka kesempatan seluas-luasnya bagi siapa pun untuk belajar, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan. TMU menyediakan berbagai fasilitas penunjang agar seluruh mahasiswa bisa meraih prestasi terbaiknya,” ungkap Jebul.
Baca juga, Salat Subuh Berjamaah: Menjemput Keistimewaan dan Menggerakkan Umat dari Masjid
Menurut Jebul, keberhasilan Arif adalah bukti bahwa akses pendidikan yang setara dan inklusif dapat menciptakan perubahan besar bagi individu dan masyarakat. Ia juga menyampaikan bahwa TMU telah menyediakan berbagai fasilitas aksesibilitas, mulai dari jalur khusus hingga program pendampingan yang dirancang agar mahasiswa disabilitas bisa belajar secara optimal.
Kisah perjuangan Arif makin menyentuh ketika melihat latar belakang keluarganya. Ia lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai buruh harian lepas, sementara sang ibu merupakan ibu rumah tangga. Namun, semangat belajar dan dukungan orang tua menjadikan Arif sosok yang tangguh dan pantang menyerah.
“Kalau orang tua saya saja tidak pernah berhenti memberi semangat, apalagi saya. Saya hanya ingin membuktikan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk menyerah,” tutur Arif.
Kisah Arif menjadi gambaran nyata bahwa pendidikan mampu mengubah masa depan siapa saja, tanpa melihat kondisi fisik maupun ekonomi. Prestasinya menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain, bahkan bagi para pendidik yang terus memperjuangkan sistem pendidikan yang inklusif.
Universitas Muhammadiyah Tegal sendiri terus berkomitmen memperkuat perannya sebagai institusi pendidikan tinggi yang adaptif dan progresif. Dengan mengedepankan prinsip inklusivitas, TMU berharap bisa melahirkan lebih banyak lagi sosok seperti Arif — yang tidak hanya berprestasi, tetapi juga menjadi teladan perjuangan dan harapan.
Kontributor : Riza
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha