Malam Takbiran: Ibadah Berbalut Budaya yang Penuh Kebahagiaan

Malam Takbiran: Ibadah Berbalut Budaya yang Penuh Kebahagiaan
Oleh : Lukman Hakim, S.Pd., M.Pd. (Sekretaris MPI PWM Jawa Tengah; Kepala SMK Mutu SMART)
PWMJATENG.COM – Malam takbiran merupakan momen istimewa yang menandai datangnya Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha. Di Indonesia, malam ini tidak hanya menjadi waktu untuk mengumandangkan takbir, tetapi juga dipenuhi dengan berbagai tradisi budaya yang mempererat kebersamaan umat Islam. Berbeda dengan negara-negara lain, termasuk Arab Saudi, malam takbiran di Indonesia memiliki nuansa yang unik dengan kemeriahan yang terasa hingga ke pelosok desa.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an:
وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Takbir Keliling: Tradisi yang Selalu Dinanti
Salah satu tradisi yang menjadi ciri khas malam takbiran di Indonesia adalah takbir keliling. Masyarakat berbondong-bondong turun ke jalan dengan membawa obor, lampion, serta miniatur masjid yang dihiasi lampu warna-warni. Suara takbir menggema dari pengeras suara, menambah semarak suasana. Di beberapa daerah seperti Demak, tradisi ini dikenal dengan sebutan “Horeg”, di mana masyarakat mengarak patung berukuran besar yang menggambarkan manusia, hewan, hingga simbol-simbol keislaman.
Kemeriahan ini melibatkan semua kalangan, dari anak-anak hingga orang tua, yang larut dalam euforia kemenangan setelah menjalani ibadah puasa atau wukuf di Arafah. Tradisi ini sempat dilarang di beberapa daerah demi menjaga ketertiban umum, tetapi kini kembali diperbolehkan dengan pengawasan agar tetap berjalan tertib dan aman.
Malam Penuh Keberkahan di Masjid dan Musholla
Selain takbir keliling, banyak umat Islam yang menghabiskan malam takbiran di masjid dan musholla. Mereka mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid sepanjang malam melalui pengeras suara, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا غَدَا إِلَى الْمُصَلَّى يَوْمَ الْعِيدِ يُكَبِّرُ حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى، وَحَتَّى يَقْضِيَ الصَّلَاةَ، فَإِذَا قَضَى الصَّلَاةَ قَطَعَ التَّكْبِيرَ.
“Dari Ibnu Umar, ia berkata bahwa Nabi ﷺ apabila pergi ke tempat shalat pada hari raya, beliau bertakbir hingga tiba di tempat shalat dan hingga selesai shalat, lalu setelah itu beliau menghentikan takbirnya.” (HR. Abu Dawud)
Baca juga, Ketupat dan Bedug: Simbol Islam dalam Akulturasi Budaya Jawa
Meskipun sebagian masyarakat non-Muslim mungkin merasa terganggu dengan suara takbiran yang menggema sepanjang malam, banyak di antara mereka yang memahami dan bahkan turut merasakan kebahagiaan Idul Fitri. Ini juga berpengaruh pada peningkatan konsumsi masyarakat, dari pakaian baru hingga hidangan khas lebaran yang dinikmati oleh semua kalangan.
Perpaduan Ibadah dan Budaya yang Unik
Yang menarik, tradisi malam takbiran seperti ini tidak ditemukan di banyak negara Muslim lainnya. Di Arab Saudi, misalnya, takbiran lebih bersifat ibadah syariah tanpa unsur budaya yang mengiringinya. Namun, di Indonesia, dakwah Islam tidak bisa dilepaskan dari unsur budaya. Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, Dr. KH. Tafsir, M.Ag., menyatakan bahwa tanpa budaya, sulit bagi organisasi Islam untuk berkembang dan memiliki pengaruh luas di masyarakat. Oleh karena itu, Muhammadiyah melalui Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) turut mengembangkan dakwah yang lebih membumi dan akrab dengan masyarakat.
Kerinduan Diaspora Indonesia Akan Malam Takbiran
Bagi diaspora Muslim Indonesia di luar negeri, malam takbiran menjadi salah satu momen yang paling dirindukan. Takbir yang berkumandang bukan hanya di masjid-masjid, tetapi juga di jalanan, menghadirkan suasana religius yang akrab dan penuh kegembiraan. Perpaduan antara ibadah dan budaya inilah yang membuat malam takbiran di Indonesia menjadi begitu khas dan membekas di hati umat Islam.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى…
“Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Malam takbiran di Indonesia adalah bukti bahwa kebahagiaan dapat dirayakan dalam dzikir, cahaya, dan semangat persaudaraan. Sebuah tradisi yang tidak hanya mempererat hubungan sosial, tetapi juga memperkuat nilai-nilai keislaman di tengah masyarakat.
Selamat Hari Raya! Minal Aidin wal Faizin!
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha