Berita

KH.Muslim Ingatkan Mengaji Versi Muhammadiyah Sebaiknya Membawa Uang

PWMJATENG.COM, KENDAL – Setelah kita berIslam maka perintah lebih lanjut diantaranya adalah belajar dan mempelajari lebih lanjut tentang agama Allah melalui sebuah pengajian agar lebih mengerti untuk dilaksanakan. Mengaji versi Muhammadiyah tidak sebatas mendengarkan apa yang disampaikan oleh penceramah tetapi jamaahnya lebih baik membawa uang. “ Setelah berIslam dilanjultkan dengan mangkat ngaji. Nek ngaji nggowo duit, berinfaq kanggo bareng – bareng besok mlebu swargo, anak putu, wayah yo di ajak, ben ngerti tentang ajaran Islam, sekaligus untuk mengimbangi dan menyelesaikan pembangunan PAY Hj. Suti’ah yang telah mewakafkan sebidang tanah dan biaya pembangunannya. “ Demikian kata ketua PDM Kendal, KH. Muslim ketika menyampaikan kata sambutan peresmian PAY Hj. Suti’ah di Desa Darupono, Kaliwungu Selatan Ahad siang (5/8)

Menurut Muslim, keluarga Hj. Suti’ah tidak sebatas mewakafkan tanah dan infaq uang untuk mempercepat pembangunan PAY. “ Berdirinya gedung PAY ini karena semangat dari keluarga Hj Suti’ah untuk masuk surga. Sebelah utara PAY ada musholla milik Ibu Sumini yang juga diwakafkan kepada Muhammadiyah “ ungkapnya. Muslim berharap PAY segera beroperasi, mengasuh anak – anak yatim atau mereka dari keluarga kurang mampu untuk diasuh dan dididik oleh Muhammadiyah melalui PAY tersebut.

Wakil ketua PCM Kaliwungu Selatan, H. Machsus mengatakan peresmian PAY Hj. Suti’ah diawali dengan kegiatan khitanan massal. “ Ada 11 anak yang tadi pagi kami khitankan secara gratis, bekerja sama dengan RSU Darul Istiqomah Muhammadiyah Kaliwungu, semoga mereka cepat sembuh, sehat dan menjadi anak sholeh, berguna bagi bangsa, negara, dan agama “ tuturnya. Terkait dengan pembangunan PAY Hj. Suti’ah, Machsus menilai masih membutuhkan infaq dari kaum muslimin untuk menyelesaikannya. “ Karena wakaf ini sifatnya wasiat agar lebih bermanfaat, maka kami bangun sebuah PAY, dan sampai saat ini pembangunan PAY sudah menghabiskan dana sebesar Rp 460 juta lebih, namun masih dibutuhkan infaq untuk menyempurnakan pembangunan ini “  kata Machsus. Beliau juga berharap bantuan kepada kaum muslimin agar PAY ini bisa segera bermanfaat. “ Jika diantara  warga Muhammadiyah menemukan anak dari keluarga kurang mampu, kami siap untuk menampung, membimbing dan memberi pendidikan yang layak di PAY Hj. Suti’ah “ pintanya.

Ketua Majelis Pelayanan Sosial (MPS) PDM Kendal, H. Slamet Prayitno ketika dihubungi pwmjateng.com mengatakan jumlah PAY Muhammadiyah/Aisyiyah di Kendal semakin bertambah. “ Sampai saat ini jumlah PAY milik Muhammadiyah ada 11 yang tersebar di seluruh Kabupaten Kendal. “ katanya. Ditambahkan dari jumlah itu terdapat sekitar 360 anak asuh putra dan putri. “ Kami jelas berkewajiban mengasuh dan mendidik mereka sesuai dengan tingkat pendidikannya, dan untuk biaya hidup setiap hari menghabiskan sekitar Rp 6.120.000 “ ungkap Slamet.

Peresmian PAY Hj. Suti’ah menghadirkan mualaf dari solo, Dewi Purnamawati. Di hadapan ratusan anggota jamaah pengajian beliau mengatakan dipilih dan masuk Islam sebagai agamanya, Dewi telah mempelajari agama lain untuk diketahui kebenarannya. “ Alhamdulillah saya diberi hidayah oleh Allah. Umur saya sekarang 19 tahun, artinya saya mengikrarkan kedua kalimat syahadat sebagai bukti memilih dan mengikuti Islam sejak tahun 1999. “ ujarnya. Dikisahkan, dalam mencari kebenaran agama beliau yang berasal dari keluarga penginjil dan belajar di SD sampai SMA berbasis Katolik, Dewi mengakui sebagai penginjil yang sukses, memurtadkan beberapa temannya yang Islam. Perempuan kelahiran 1962 tersebut saat itu Islam dinilai sangat rendah, pengikutnya bodoh, malas, dan melarat kehidupannya. Fakta itu dia peroleh hasil dari didikan ibunya yang aktifis gereja, dan dia juga sering mengajak teman – teman Islam untuk diajak sekolah Minggu, masuk Gereja. Guru yang mengajar listrik di salah satu SMK Solo itu awalnya meyakini ajaran Kristen. ‘ Apa yang telah dipersatukan Tuhan tidak boleh diceraikan manusia .‘ Dokrin itu berbalik 180 derajat ketika ia melihat pendeta penginjilnya bercerai, karena tidak punya solusi mengatasi keruwetan rumah tangganya. Sejak itu kasus gugatan perceraian rumah tangga Kristen semakin banyak. Hal itu yang membuat Dewi mulai ragu terhadap ajaran Kristen. Keraguan itu memuncak ketika pertanyaan – pertanyaan ajaran Kristen ia ajukan ke pendetanya, tetapi tidak mampu dijawabnya dengan memuaskan batin. Peristiwa yang hampir merenggut jiwanya terjadi, ketika ia melajukan mobilnya dengan kencang dan tiba – tiba ban mobilnya kempes, tertanjap potongan plat besi. Mobil Dewi oleng, wajahnya pucat pasi, jantungnya berdetak kencang, ketakutan akan kematian spontan menghantuinya. Untung Tuhan masih menyelamatkan Dewi, menepikan mobilnya. Perempuan itu berhasil di tepi persawahan yang sangat luas. Tiba – tiba ia mendengar suara adzan maghrib. Hati Dewi bergetar. Inikah jawabnnya ?…. Dewi Purnamawati 19 tahun berIslam dan salah satu aktifitasnya adalah sebagai mubalighot, mendakwahkan ajaran – ajaran Islam. ( Dyah Anggraeni/MPI Kendal )

 

Aji Rustam

Jurnalis MPI PWM Jateng, Wartawan Seniour TribunJateng

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE