Editorial

Hari Lahir Pancasila: Momentum Meneguhkan Semangat Gotong-Royong Membangun Peradaban dan Pertumbuhan Global

Oleh : Mustofa, S.H.*

PWMJATENG.COM – Penetapan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila merujuk pada momen Sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1 Juni 1945. Dalam sidang tersebut Presiden Soekarno untuk pertama kalinya menyebutkan kata Pancasila.

Melansir dari laman Kemenkumham RI, sejarah Hari Lahir Pancasila ditetapkan pada tanggal 1 Juni tahun 2016. Penetapan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila. Hal itu disebabkan pada sidang BPUPKI, Soekarno berpidato terkait konsep awal Pancasila. Adapun pidato tersebut berisi ide penamaan Pancasila yang diartikan sebagai Panca adalah lima dan sila merupakan prinsip atau asas. Soekarno juga menyebutkan lima dasar untuk negara Indonesia, yakni Sila pertama “Kebangsaan”, sila kedua “Internasionalisme atau Perikemanusiaan”, sila ketiga “Demokrasi”, sila keempat “Keadilan sosial”, dan sila kelima “Ketuhanan yang Maha Esa”.

Setelah melalui beberapa proses persidangan, Pancasila akhirnya dapat disahkan pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Dalam sidang tersebut disetujui bahwa Pancasila dicantumkan dalam Mukadimah Undang-undang Dasar 1945 sebagai dasar Negara Indonesia yang sah.

Namun tahukah anda bahwa pidato tersebut dibacakan Soekarno dengan aklamasi mulanya? Saat itu, pidato yang dibacakan Soekarno belum memiliki judul dan baru mendapat sebutan “Lahirnya Pancasila” oleh Mantan Ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh BPUPKI. (Sejarah Hari Lahir Pancasila 1 Juni serta makna dan cara meperingatinya. Detiksulsel. Selasa, 30 Mei 2023)

Makna Pancasila

Pancasila mengandung nilai-nilai dan keyakinan yang dapat menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila perlu ditanamkan dalam diri setiap individu semua komponen warga negara. Nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila adalah gotong royong. Gotong royong adalah merupakan warisan leluhur bangsa Indonesia sejak dulu kala. Gotong royong merupakan kerja sama ,gotong royong yaitu bahu membahu dan saling menolong adalah salah satu filsafat dasar masyarakat Indonesia.

Baca juga, Dewan Pakar LPP PP Muhammadiyah Silaturahmi ke Beberapa Tokoh di Bumiayu Brebes

Kegiatan gotong royong adalah konsepsi yang bisa membangun masyarakat rukun, toleransi, serta berakibat akan kekompakan semua komponen masyarakat Indonesia. Perwujudan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari adalah kerja bakti dan membantu sesama. Gotong royong banyak memberikan manfaat kepada semuanya ketika mereka terkena hal-hal yang berkaitan musibah kematian, bencana alam, sakit, dan lainnya.

Gotong royong termaktub dalam sila kedua Pancasila “ Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”. Hal tersebut menandakan bahwa Pancasila banyak memberikan makna tentang nilai kemanusiaan yaitu tentang gotong royong.

Gotong Royong dalam Konteks Global

Secara etimologis globalisasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu Globalize yang artinya universal atau menyeluruh. (Wikipedia)

Globalisasi menurut Selo Sumarjan Globalisasi adalah sebuah proses terbentuknya  sistem organisasi dan juga komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama.

Gotong royong merupakan perilaku yang patut di contoh bagi kalangan muda terutama gen Z atau milenial guna ada semangat gotong royong pada era digital yang bisa mempengaruhi nilai ideologi Pancasila akan tetapi dengan hadirnya negara terutama dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila pada tingkat PAUD sampai Perguruan Tinggi guna memberikan nilai-nilai Pancasila pada semua kaum pelajar sebagai filter akan budaya asing yang masuk ke Indonesia melalui media offline maupun online.

Kemdikbudristek sangat memberikan support pada Lembaga Pendidikan berkaitan Pendidikan karakter dan budi pekerti sebagai penanaman ideologi Pancasila.

Hubungan gotong royong dengan dunia global, Pancasila terutama sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Dengan gotong-royong secara global, masyarakat dunia dapat bersama-sama keluar dari kesulitan pada saat menghadapi Pandemi Covid-19 dan perubahan iklim.

Contoh lain pentingnya gotong-royong skala global adalah pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDG’s yang sejak awal sudah ditetapkan sebagai target untuk masyarakat dan untuk bumi.

Dari semua uraian di atas bahwa Pancasila masih punya nilai relevan dalam segala zaman yang bisa memberikan kontribusi kebaikan dan manfaat, baik di tingkat nasional maupun global.

*Ketua Majelis Hukum dan HAM PDM Kabupaten Pemalang

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE