Ziarah ke Masjid Al-Aqsa dan Cita Rasa Palestina

Ziarah ke Masjid Al-Aqsa dan Cita Rasa Palestina
Seri 6: Perjalanan Spiritual dan Perselisihan
Oleh : Dwi Taufan Hidayat (Penasehat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang, Sekretaris Korps Alumni PW IPM/IRM Jawa Tengah, & Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas Kabupaten Semarang)
PWMJATENG.COM – Usai menunaikan shalat di Masjid Al-Aqsa, rombongan jamaah masih larut dalam suasana spiritual yang mendalam. Beberapa di antara mereka berdoa dengan khusyuk, sementara yang lain duduk dalam diam, menyerap ketenangan yang begitu langka ditemukan di tempat lain.
Fauzan dan Farhan sibuk mengatur jadwal kegiatan selanjutnya. Mereka berencana membawa jamaah mengunjungi beberapa situs penting di sekitar Al-Aqsa, termasuk Masjid Qibli dan Kubah Shakhrah. Namun, suasana sedikit berubah ketika salah satu jamaah, Pak Fadli, mulai melontarkan pertanyaan tajam.
“Saya ingin tahu, apakah perjalanan ini benar-benar untuk ibadah, atau lebih ke arah bisnis?” tanyanya dengan nada serius.
Arif yang tengah berbincang dengan beberapa jamaah lain, menoleh. “Maksud Bapak?”
“Saya perhatikan, sebagian besar perjalanan kita diatur sedemikian rupa, termasuk tempat belanja dan restoran yang kita kunjungi. Apakah ini murni perjalanan spiritual, atau ada kepentingan lain di baliknya?” lanjut Pak Fadli.
Beberapa jamaah saling bertukar pandang. Farhan yang biasanya tenang, terlihat sedikit tegang.
Arif tersenyum sabar. “Pak Fadli, saya memahami kekhawatiran Bapak. Namun, perjalanan ini telah kami rancang agar jamaah tidak hanya mendapatkan pengalaman ibadah, tetapi juga memahami kehidupan masyarakat di Palestina. Bagian dari kunjungan kita ke pasar dan restoran lokal adalah untuk membantu perekonomian mereka yang terdampak konflik.”
Baca juga, Menyeimbangkan Hidup: Tausiyah Tafsir dalam Ngaji The Rock
“Tapi tetap saja, kesannya seperti bisnis terselubung,” gumam Pak Fadli, meski nada suaranya mulai mereda.
Fauzan berusaha mencairkan suasana. “Pak, kalau kita bisa membantu saudara-saudara kita di sini sambil menjalankan ibadah, bukankah itu juga bagian dari keberkahan?”
Pak Fadli terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. “Baiklah, saya hanya ingin memastikan bahwa perjalanan ini tidak hanya sekadar wisata religi, tetapi benar-benar membawa keberkahan.”
Ketegangan mereda, dan rombongan melanjutkan perjalanan ke berbagai situs bersejarah lainnya. Namun, di benak Arif, perbincangan tadi masih membekas. Ia tahu, di dunia bisnis, kepercayaan adalah segalanya.
Saat sore menjelang, mereka kembali ke hotel untuk beristirahat. Namun, sebelum masuk ke kamar masing-masing, Farhan menerima pesan dari kontak lokalnya.
“Besok mungkin ada pembatasan akses ke beberapa titik di sekitar Al-Aqsa,” ujarnya dengan nada hati-hati.
Arif menghela napas. Tantangan di perjalanan ini tampaknya belum selesai.
Bersambung ke seri 7: Kunafa dan Keajaiban Kuliner
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha