
PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) bersiap menyongsong era baru dengan meluncurkan program studi berbasis teknologi mutakhir. Rektor UMS, Harun Joko Prayitno, menegaskan bahwa kampusnya tengah menggagas pembukaan Program Studi Artificial Intelligence (AI) sebagai bagian dari respon institusional terhadap dinamika global.
“Karena bagaimana juga, itulah tren pengembangan keilmuan,” tegas Harun dalam program spesial di MTA TV, Kamis (24/4).
Menurut Harun, langkah ini bukan sekadar tren sesaat, tetapi bagian dari strategi jangka panjang UMS untuk menjadi institusi yang adaptif dan relevan dengan kebutuhan zaman. Ia mengatakan, komunikasi awal telah dilakukan dengan pimpinan Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Komunikasi dan Informatika (FKI) untuk menyiapkan program studi baru tersebut.
Selain AI, UMS juga memproyeksikan pembukaan Program Studi Sains Data dan Siber. Kedua program ini dirancang untuk menjawab tantangan revolusi industri 4.0 dan mendekatkan dunia pendidikan tinggi dengan minat serta kebutuhan generasi muda.
“Pengembangan program ini merupakan bagian dari tren keilmuan yang adaptif, prospektif, dan futuristik,” jelas Harun.
UMS, lanjutnya, ingin menunjukkan kelenturan dalam merespons tantangan era teknologi, termasuk kehadiran kecerdasan buatan yang kian mendominasi banyak sektor. Harun juga menanggapi kritik tentang AI yang dinilai tidak memiliki empati atau sisi emosional seperti manusia.
Baca juga, Paripurna! PWM Jateng Tutup Serangkaian Ibadah Ramadan dan Syawal dengan Halalbihalal bersama MLO, PDM-PDA, dan AUM
“Pasti lah dia, saat ini belum memiliki perasaan atau sisi emosional,” ungkapnya.
Namun, ia meyakini bahwa dengan inovasi tertentu, bukan tidak mungkin AI suatu hari dapat dirancang memiliki unsur emosional. Meski begitu, Harun menegaskan bahwa menyamai perasaan manusia tetap mustahil.

“Tetap tidak bisa menyamai manusia,” ujarnya menegaskan.
Meskipun demikian, Harun menyatakan bahwa pengembangan AI tetap harus dikawal dengan nilai-nilai moral. UMS, katanya, berkomitmen untuk menyelaraskan pembelajaran teknologi digital dengan prinsip etika dan kemanusiaan.
“Bukan berarti kita anti-AI. AI sebagai bidang ilmu tetap dipelajari sebagai teknologi tepat guna,” katanya lagi.
Ia menegaskan pentingnya membedakan antara aspek teknologi yang bisa disandingkan dengan nilai moral dan yang tidak bisa. Bagi UMS, teknologi bukan hanya soal kecanggihan, tetapi juga soal kebermanfaatan bagi umat manusia.
Rektor UMS itu juga menekankan bahwa institusinya tidak akan berhenti pada pengembangan AI dan teknologi digital. Berbagai program studi unggulan lainnya akan terus dibuka sesuai kebutuhan masyarakat.
“Semua program studi yang dibutuhkan masyarakat, semua ada di UMS,” tutupnya.
Kontributor : Maysali
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha