BeritaKolom

Tinjauan Historis Wajah Pendidikan Muhammadiyah; Refleksi 101 Tahun Wafatnya KH. Ahmad Dahlan

Tinjauan Historis Wajah Pendidikan Muhammadiyah; Refleksi 101 Tahun Wafatnya KH. Ahmad Dahlan

Oleh : Hamid Hamzah*

PWMJATENG.COM – Senin 8 Zulhijjah 1930 H, bertepatan dengan tanggal 18 November 1912, didirikan sebuah organisasi bernama Muhammadiyah, bertempat di Yogyakarta. Organisasi yang lahir jauh sebelum Indonesia merdeka ini tidak pernah bisa lepas dari peran penting sang inisiator yang juga sebagai konseptor dalam merancang arah gerak Persyarikatan.

Dengan kiprah jiwa kepemimpinannya Ia turun langsung ke lapangan dengan turut menjadi eksekutor. Figur yang dimaksud adalah Muhammad Darwisy, yang dalam perkembangannya berganti nama menjadi KH. Ahmad Dahlan.

KH. Ahmad Dahlan (1868-1923), adalah Pahlawan Kemerdekaan Nasional Indonesia, pembaharu (reformer) ajaran Islam di Indonesia, pelopor dan pendiri Muhammadiyah di Indonesia. Ia lahir pada tahun 1868 dengan nama Muhammad Darwisy di Kampung Kauman Yogyakarta.

Ia berasal dari kalangan keluarga ulama terpandang. Ayahnya bernama KH. Abu Bakar, seorang imam dan Khatib terkemuka di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta dan pernah diutus ke Mekkah oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VII untuk menghajikan almarhum Sri Sultan Hamengkubuwono VI. Ibunya bernama Siti Aminah, puteri dari H. Ibrahim yang menjabat sebagai Penghulu Besar Kesultanan Yogyakarta juga. (Kuliah KeMuhammadiyahan: Muhammadiyah Tinjauan Historis, Ideologis, Organisatoris dan kiprah Gerakan. Hal 89).

KH. Ahmad Dahlan lahir pada tanggal 1 Agustus 1868, kemudian menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 23 Februari 1923, dengan demikian tepat pada 23 Februari 2024, sang revolusionis pendidikan Indonesia telah dikebumikan selama 101 tahun. Nama Haji Ahmad Dahlan sendiri diberikan oleh salah satu gurunya yang bermazhab syafi’i, yakni Sayyid Bakri Syatha. Sehingga sekembalinya Muhammad Darwisy dari haji pertamanya pada tahun 1990, Muhammad Darwisy lebih dikenal dengan nama Haji Ahmad Dahlan, lama-kelamaan Ia diberi sebutan Kiai oleh murid-muridnya, dengan demikian sampai hari ini jadilah Ia Kiai Haji Ahmad Dahlan atau KH. Ahmad Dahlan.

Muhammadiyah sejak dideklarasikan pada 1912 sangat terlihat jelas kiprahnya dalam berbagai aspek, salah satu yang paling mencolok ialah sumbangsih keikutsertaannya dalam memajukan pendidikan Indonesia, yang di mana konsep pendidikan yang ditawarkan begitu jauh melampaui zamannya pada waktu itu, dengan keterbatasan fasilitas dan unsur penunjang yang ada.

Keseriusan Muhammadiyah dalam melahirkan pola pendidikan yang revolusioner bertolak belakang dengan pola pendidikan pribumi yang pada waktu itu yang cenderung konservatif, karena enggan bersentuhan dengan corak westernis yang diterapkan oleh barat (Belanda). Selain konservatif, pendidikan pribumi pun pada waktu itu sangat reaksioner, yakni dengan mencoba memisahkan diri dengan pendidikan modern yang dibawakan oleh barat, bahkan menganggap siapa saja yang mendekati budaya barat maka Ia akan dikatakan kafir. Konotasi tersebut pun tidak bisa terhindarkan oleh KH. Ahmad Dahlan sendiri.

Percaya atau tidak, ketika membaca sejarah pertumbuhan dan perkembangan Muhammadiyah akan selalu identik dengan identik dengan narasi pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia. Sejak tahap perintisan pada masa KH. Ahmad Dahlan hingga memasuki fase perkembangan Muhammadiyah sampai keluar pulau Jawa, tradisi pengajaran (pengajian agama) terus dibangun hingga berbuah sekolahan.(Covering Muhammadiyah: Gerakan Islam Berkemajuan dalam Sorotan Media Massa pada Zaman Kolonial Belanda. Hal 144). Maka dengan begitu Muhammadiyah sangat identik dengan pendidikan, atau istilah yang paling tepat ialah Modernisasi Pendidikan.

Kedekatan Muhammadiyah dalam hal pendidikan dapat dilihat tepat satu tahun sebelum didirikannya (1911), yakni KH. Ahmad Dahlan selaku penggagas dari lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah, telah mengadakan sekolah “kyai” (madrasah) dengan nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah di kampung Kauman Yogyakarta, dengan terlibat aktif sebagai guru di dalamnya sehingga lewat dari pada itulah yang menjadi modal awal Ia mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah lebih lagi dalam hal melahirkan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah.

Juga dalam Statuten (Anggaran Dasar) pertama Muhammadiyah (1912) pada artikel 2 poin a terdapat rumusan tujuan sebagai berikut: “menjebarkan pengadjaran Igama Kandjeng Nabi Moehammad shallallahoe alaihi wasallam kepada pendoedoek bumipoetra di dalam residensi Djokjakarta…” (Covering Muhammadiyah: Gerakan Islam Berkemajuan dalam Sorotan Media Massa pada Zaman Kolonial Belanda. Hal 145).

Fakta historis yang tidak dapat terelakkan ketika melihat pesatnya perkembangan pendidikan Muhammadiyah dalam tataran pendidikan sekolah maupun dalam ruang lingkup perguruan tinggi, sebagaimana artikel yang ditulis oleh Haryono Kapitan (jejak perjuangan dan pendidikan Muhammadiyah), “Tercatat Muhammadiyah telah mendirikan banyak lembaga pendidikan hampir di seluruh wilayah Indonesia berjumlah total 3.334 dengan rincian jumlah SD 1.904, SMP 1.128, SMA 558, SMK 554, dan Perguruan Tinggi berjumlah 172 yang terdiri dari 83 Universitas, 28 Institut, 54 Sekolah Tinggi, 6 Politeknik, dan 1 Akademi.” Ujarnya. Belum lagi jika dihitung lembaga pendidikan Muhammadiyah di luar negeri.

Lembaga pendidikan yang dibangun Muhammadiyah bukan semata-mata menang dalam kuantitas dengan berusaha memperbanyak dalam bentuk fisik bangunan saja, melainkan dalam perguruan tinggi misalkan, kualitasnya dapat disetarakan dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi negeri yang ada di Indonesia. Lebih lagi apabila disejajarkan dengan sesama perguruan tinggi swasta, kualitas perguruan tinggi Muhammadiyah menempati posisi yang strategis sebagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Dengan konsistensinya dalam mempertahankan dan mengembangkan pendidikan yang reaktif terhadap perkembangan kebutuhan yang ada, lembaga pendidikan Muhammadiyah sampai hari ini menjadi kawah candradimuka bagi embrio emas yang akan menjadi putra putri terbaik Bangsa ke depannya.

*Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Mataram

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE