Kolom

Tantangan Guru Muhammadiyah di Era Global

Oleh : Muhdiyatmoko, M.Pd *)

Kemajuan IPTEK telah merasuk di semua lini kehidupan. Hal ini ditandai dengan adanya penemuan berbagai alat yang memanfaatkan kemajuan IPTEK untuk melakukan interaksi dan komunikasi. Sehingga komunikasi dapat dilakukan dengan sangat mudah. Imbasnya pun telah menjadikan sekat-sekat dunia ini tidak kentara lagi. Dunia menjadi “sempit” dan seakan menjadi bola kecil. Berbagai informasi dan berita dapat diakses dengan mudah serta cepat dengan adanya penemuan IPTEK. Inilah yang oleh sebagian orang dinamakan era globalisasi.

Menyingsingnya fajar globalisasi telah membentuk subkultur-subkultur tertentu dalam masyarakat. Mereka yang tidak siap dengan menggelindingnya arus besar globalisasi ini akan terpinggirkan dalam pojok-pojok kehidupan. Bagaimana dengan pendidikan khususnya di persyarikatan Muhammadiyah ?

Guru adalah salah satu komponen penting dalam dunia pendidikan. Gurulah tafsir kurikulum di sekolah. Sebagus apa pun rancang bangun sebuah kurikulum tanpa sentuhan tangan seorang guru tidak akan berarti. Sebagus apa pun model bangunan sebuah sekolah, selengkap apapun sarana prasarana sekolah tanpa “uluran tangan” seorang guru tidak ada artinya. Sehingga peranan guru dalam dunia pendidikan sangat strategis. Apalagi di era globalisai ini.

Era globalisasi yang menuntut segalanya serba cepat, akurat, mudah didapat, hendaknya disikapi oleh guru di kalangan Muhammadiyah dengan arif dan bijak. Perkembangan teknologi yang dahsyat tersebut telah menjadikan anak didik kita tidak asing lagi dengan hal tersebut. Mereka saat ini begitu familier dengan HP, komputer, laptop, internet, dan berbagai produk teknologi yang lain. Hal ini didukung oleh lingkungan yang kondusif. Lalu apa korelasinya dengan guru ?

Menurut hemat penulis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru Muhammadiyah di era globalisasi ini. Pertama, visi pengajaran guru. Dalam penerapan suatu kurikulum, pengelola dan pelaksana pendidikan seharusnya memiliki pandangan kedepan yang kreatif dan inovatif. Sebab paradigma pendidikan juga turut berkembang, seperti sifat pengajaran berkembang menjadi pembelajaran; teacher centre berkembang ke student centre; guru bukan lagi penceramah tetapi guru fasilitator dan mediator; metode pembelajaran juga bervariasi. Adanya perkembangan paradigma ini, guru harus pula dapat merubah pola pikir dan pola pendidikan lama ke arah yang baru. Sifat pengajaran yang berkembang ke pembelajaran memberikan pesan bahwa saat ini guru bukan satu-satunya sumber belajar karena masih banyak sumber belajar yang lain. Tinggal bagaimana guru dapat memotivasi siswa agar dapat memanfaatkan sumber-sumber belajar tersebut. Usaha pencapaian tujuan pembelajaran, guru seharusnya sudah merancang sejak awal dan menatanya dalam silabus sehingga proses pelaksanaan pembelajaran lebih terarah. Silabus tersebut idealnya telah mengarah pada berbagai ranah, utamanya ranah kognitif, afektif, dan psikomotor melalui apa yang dilihat, diamati, didengar, dan dirasakan dalam aktivitas pembelajaran siswa.

Kedua, guru harus menjadi model bagi anak-anak didik ditengah perubahan nilai dan norma yang begitu cepat. Ini bukan pekerjaan mudah, karena guru pada dasarnya manusia yang juga tak lepas dari godaan yang datang dari berbagai penjuru.Banyaknya kasus yang menimpa beberapa guru selama ini hendaknya menjadi pelajaran bersama. Adanya guru yang berlaku kasar, asusila, amoral,dan indisipliner adalah kasus nyata yang tak perlu dicontoh dan  terulang lagi dalam dunia pendidikan. Meskipun kondisi luar tak lagi “nyaman” dan terjadi dekadensi moral, guru tetaplah menjadi sosok manusia yang paripurna dan manusia model. Mampu dijadikan teladan dan panutan bagi siswa khususnya dan masyarakat pada umumnya. Tanpa itu guru tidak akan lagi memiliki kewibawaan dan kehormatan diri dalam menyandang titel seorang guru.

Ketiga, guru harus memiliki sikap kemandirian dan confidence dengan profesinya. Seorang guru hendaklah bangga dengan profesinya tersebut. Pilihan profesi ( baca : menjadi guru ) bukanlah sebuah pelarian diri setelah gagal menggapai profesi yang lain. Perlu  tertanam dalam diri pribadi seorang guru bahwa profesi yang dipilihnya itu adalah profesi yang mulia yang pernah dilakukan oleh para nabi dan rasul. Yakni mengajar, mendidik,membimbing, mengajak, dan mengingatkan manusia untuk menjadi insan  yang beriman, berakhlak, berbudi,berilmu, dan berdaya guna. Sehingga tak perlu minder dan rendah diri. Pasalnya guru yang memiliki rasa minder tidak akan mampu mengembangkan kompetensi dan potensi yang dimilikinya di hadapan siswa, wali siswa maupun masyarakat. Apalagi jika melihat kondisi sekarang ini banyak guru yang mengidap penyakit inferiority complex. Penyakit tersebut ditandai dengan fenomena siswa diantar mobil –guru naik sepeda motor(sepeda,becak dll ) , siswa terbiasa dengan laptop –guru masih gagap dengan iptek, siswa terbiasa dengan Hp modern-guru Hp biasa, siswa familier dengan internet-guru masih asing, dan sebagainya. Realitas ini seharusnya tidak menjadikan guru merasa rendah diri ( inferior ). Guru hendaknya menyikapi dengan arif dan bijak. Perlahan namun pasti “kekurangan” ini dijawab dengan meningkatkan kompetensi guru. Sehingga guru menjadi manusia yang mampu berdiri tegak dihadapan siswa ketika proses belajar mengajar. Tak perlu ada yang di takutkan dan direndahdirikan. Kita harus pahami betul perkataan Manusia Agung Muhammad SAW bahwa Allah tidak melihat rupa, harta, pangkat,dan  yang dilihat Allah SWT adalah hatinya.

Keempat, guru hendaknya memiliki kemampuan pedagogis yang baik. Guru mampu mengembangkan model-model pengajaran terhadap murid. Bagaiamana guru mampu memahami berbagai latar belakang murid baik secara individu maupun kelompok adalah modal besar bagi guru untuk merancang sebuah model pengajaran. Berbagai cara membelajarkan siswa bagi guru perlu disertai dengan berbagai sikap yang menarik dan disenangi oleh para siswa. Di antara sikap-sikap tersebut antara lain: mempunyai pribadi yang menyenangkan; tidak suka mengomel, mengejek, mencela, menyindir; tidak pilih kasih, tidak mempunyai anak kesayangan; tegas, sanggup menguasai kelas, membangkitkan rasa hormat pada murid; menunjukkan perhatian pada murid dan memahami mereka (baik individu/ kelompok); riang gembira, mempunyai perasaan humor dan suka menerima lelucon atas dirinya; bersikap akrab seperti sahabat, merasa seorang anggota dalam kelompok kelas; suka membantu dalam pekerjaan sekolah, menerangkan pelajaran dengan tegas dan jelas serta mendalam dan menggunakan contoh-contoh dalam pembelajaran; betul-betul mengajarkan sesuatu yang berharga, bermakna bagi mereka; berusaha agar pekerjaan sekolah menarik, membangkitkan keinginan belajar.Selain hal-hal tersebut diatas, sebagai ujung tombak pendidikan, guru perlu memahami tentang tentang hakikat keilmuan bahwa ilmu atau keilmuan adalah bukan kumpulan fakta atau konsep yang harus dihafal tetapi segala sesuatu perlu dilogika dan dirasakan keberadaanya. Selain itu ilmu atau keilmuan akan selalu berkembang setiap saat yang sejalan dengan pemikiran dan peradaban manusia.

Untuk menuju ke sana diperlukan sebuah kerjasama yang baik antar berbagai unsur. Tidak mungkin seorang guru berjalan sendirian untuk meraih hal tersebut. Dibutuhkan sarana prasarana maupun dukungan dari berbagai pihak. Dan yang terpenting adalah bagaimana tingkat kesejahteraan guru meningkat. Adalah sulit untuk merealisasikan guru yang profesional manakala penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar yakni makan dan minum. Pasalnya, untuk memenuhi tuntutan profesioanal tadi guru perlu membaca buku, majalah, koran,mendengarkan televisi, jelajah internet, studi banding ke lembaga-lembaga sumber pengetahuan dan sebagainya. Penghasilan yang memadai – walaupun bukan jaminan sepenuhnya – minimal akan membantu guru mendorong menjadi guru yang profesional di era globalisasi ini.

*) Kepala SMP Muhammadiyah PK Kottabarat Surakarta.

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE