Khazanah Islam

Surat Al-Alaq Sebagai Titik Awal Wahyu

PWMJATENG.COM, Surakarta – Kajian Tafsir rutin yang digelar Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menghadirkan topik menarik. Acara ini, yang berlangsung daring setiap Kamis, kali ini menyoroti Surah Al-Alaq ayat 1-5 sebagai surah pertama yang diturunkan, bukan wahyu pertama.

Kajian tersebut diikuti oleh seluruh tenaga pendidik (tendik), dosen, dan sivitas akademika UMS. Pada Kamis (28/11), Ainur Rha’in, narasumber yang diundang, mengawali paparannya dengan menyatakan bahwa Surah Al-Alaq memiliki peran penting dalam sejarah Islam.

“Saya tegaskan bahwa surah tersebut adalah surah pertama yang turun, namun bukan wahyu pertama,” ujarnya.

Ainur menjelaskan bahwa wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW sebenarnya adalah mimpi yang benar. Ia memaparkan, mimpi tersebut hadir sebagai permulaan turunnya wahyu sebelum Surah Al-Alaq.

“Awal dari turunnya wahyu adalah mimpi yang benar dalam tidur, di mana Nabi Muhammad SAW melihat cahaya subuh yang terang,” jelasnya. Mimpi ini, menurutnya, terjadi secara berulang-ulang dan menjadi awal kecintaan Nabi untuk menyendiri.

Kecintaan untuk menyendiri membawa Nabi Muhammad SAW ke Gua Hira. Di tempat itu, beliau bertahannuts, yaitu beribadah di malam hari, untuk beberapa waktu sebelum kembali ke rumah untuk mempersiapkan bekal dan kembali bertahannuts.

Ainur menekankan bahwa ayat pertama yang turun adalah “Iqra'” yang bermakna bacalah, belajarlah, atau risetlah. “Agama Islam adalah agama ilmu pengetahuan. Makna ‘Iqra’ di sini adalah ajakan untuk belajar dan meneliti,” katanya.

Baca juga, Back to Back! Lazismu Jawa Tengah Dinobatkan Sebagai Lazismu Terbaik Nasional 2024

Belajar dalam Islam tidak terbatas pada ilmu keagamaan saja. “Pelajarilah apa pun ilmu itu, asalkan membawa kita lebih dekat kepada Allah SWT,” tambah Ainur.

Lebih jauh, ia menyoroti bahwa Islam menempatkan ilmu sebagai fondasi utama. Ayat pertama yang turun tidak mengajak untuk langsung beribadah, seperti salat atau puasa, tetapi untuk belajar terlebih dahulu. “Tanpa ilmu, ibadah akan menimbulkan kesesatan. Dunia tanpa ilmu pengetahuan juga akan menciptakan kesengsaraan,” tegasnya.

Menurut Ainur, ilmu adalah identitas Islam, identitas peradaban, dan kunci kemajuan. “Ketika ilmu tidak ditempatkan pada tempatnya, maka kehancuran akan datang,” ujarnya. Ia juga mengingatkan bahwa menghormati para pendidik seperti guru, dosen, dan ustaz adalah bagian dari membangun peradaban Islam yang kuat.

Ia mengutip, “Mengilmui diri dengan ilmu adalah hal pertama yang dilakukan sebelum melakukan apa pun.” Pernyataan ini menegaskan bahwa ilmu menjadi dasar segala aspek kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat.

Sebagai penutup, Ainur mengingatkan bahwa umat Islam harus menjadikan ilmu sebagai landasan ibadah dan kehidupan sehari-hari. “Tanpa ilmu, seseorang tidak hanya mengalami kesesatan di dunia, tetapi juga di akhirat,” pungkasnya.

Kontributor : Habibah
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE