Editorial

Setengah Abad Salat Id di Lapangan

Oleh : Khafid Sirotudin

PWMJATENG.COM – Kurang lebih 5.000 orang mengikuti Salat Iduladha di Lapangan Sambongsari Weleri, Rabu 28 Juni 2023. Angka itu hasil estimasi jumlah jamaah berdasarkan panjang saf (50 meter) dan jumlah saf (40 baris). Ditambah “Blok M”, yakni space khusus di belakang kiri lapangan (di luar saf) bagi para ibu yang berhalangan salat karena M (datang bulan), tempat menyusui bayi, dan momong anak batita/balita.

Kami belum menemukan pengaturan lapangan untuk Salat Id yang menyediakan “Blok-M” seperti di Weleri. Hal ini tidak terlepas dari “ajaran” yang diberikan para asabiqul awwalun PC Muhammadiyah dan Pemuda Muhammadiyah Weleri selaku penyelenggara dan panitia pelaksana Salat Id.

Saya kurang tahu persis sejak kapan Salat Id di Lapangan Sambongsari Weleri kali pertama diadakan. Seingat saya, ketika masih sekolah di MI/SD Muhammadiyah Weleri (1975-1981) sudah ada. Saat itu masih sedikit umat yang menjalankan Salat Id di lapangan. Masih lebih banyak masyarakat yang melihat “pertunjukan” Salat Id dari pinggir jalan.

Letak lapangan kebetulan berada di tepi jalan raya nasional dan terlihat jelas dari jalan lama Daendels. Kalau sekarang, pandangan orang terhalang oleh banyaknya bangunan berdiri di atas DMJ (Daerah Milik Jalan).

Jumlah peserta Salat Iduladha lebih sedikit ketimbang Idul Fitri. Karena banyak warga pulang mudik dari berbagai kota ketika lebaran. Apabila hari raya yang ditetapkan PP Muhammadiyah lebih awal dari Pemerintah, biasanya ada penambahan sekitar 10-15% dan dapat mencapai 10.000 orang jamaah.

Indikator empiris yang bisa dijadikan tolok ukur, antara lain : jumlah mobil dan kendaraan, jumlah sat yang tidak mampu menampung jamaah serta hasil kotak infak naik signifikan. Kebetulan kami pernah menjadi panitia selama 10 tahun ketika aktif di Pemuda Muhammadiyah.

Tradisi yang Terjaga

Selain disediakan area “Blok M” terdapat beberapa tradisi keagamaan yang melingkupi Salat Id di lapangan Sambongsari Weleri, yaitu :

  1. Sejak tahun 1979–sebelum Salat Idulfitri dilaksanakan–Ketua/Sekretaris PCM selalu mengingatkan jamaah untuk segera menunaikan Zakat Amwal melalui BAPELURZAM (sekarang LAZISMu). Sebagian besar aktivis Pimpinan Cabang Muhammadiyah Weleri adalah pedagang/pelaku bisnis yang terbiasa melakukan tutup buku setelah “mremo” pasar rakyat Ramadan. Diinformasikan pula agenda organisasi (Muktamar/Musywil/Musyda/Musycab), program pembangunan AUM dan perolehan infak Salat Iduladha tahun sebelumnya.

    PCM selaku penyelenggara Salat Id selalu mengingatkan agar jamaah tidak beranjak meninggalkan lapangan sebelum khotbah Id selesai. Kedisiplinan dan ketertiban mengikuti rangkaian Salat Id di lapangan telah teruji meski dilaksanakan saat musim penghujan. Seingat kami baru 4 kali lokasi dipindahkan ke Masjid Al-Huda, Masjid An-Nur, Halaman Pasar Weleri, dan Halaman SMKM 3 Weleri. Disebabkan hujan deras, kondisi lapangan banjir dan tidak memungkinkan ditempati.
  2. Sebelum Salat IdulAdha dilaksanakan, PCM Weleri mengumumkan hasil perolehan infaq Salat Idulfitri beserta jumlah sementara himpunan Zakat Amwal. Diumumkan pula jumlah hewan kurban (sapi/kambing/domba), lokasi (PRM/Masjid/Musala/AUM), dan waktu penyembelihan hewan kurban (10/11/12/13 Dzulhijjah). Tradisi Rapat/musyawarah pentasyarufan Zakat Amwal oleh Bapelurzam Weleri dilakukan pada akhir bulan Dzulhijjah. Buku laporan Zakat Amwal diberikan kepada seluruh Muzakki, Amil, dan Struktur Muhammadiyah dari Pusat hingga Ranting.
  3. Tradisi literasi diwujudkan dalam bentuk Buku Khotbah berisi materi dari Khatib yang dicetak dan dibagikan ke seluruh jamaah Salat Id. Pada dua dasawarsa terakhir, buku materi khotbah dilengkapi “promosi” dari beragam AUM dan iklan sponsorship produk barang dan jasa dari puluhan pelaku usaha (UMKM) warga persyarikatan Weleri dan sekitarnya.
  4. Khatib Salat Idulfitri didatangkan dari Pimpinan Wilayah/Pusat Muhammadiyah atau Pemuda Muhammadiyah. Sedangkan khatib Salat Iduladha diambilkan dari mubaligh PDM/PDPM Kendal atau PCM/PCPM Weleri. Hajriyanto Y. Tohari, Imam Addaruqutni, Abdul Mu’ti, dan Ibnu Hasan adalah sebagian nama yang pernah menjadi Khatib Salat Idulfitri.
  5. Menggerakkan ekonomi kerakyatan terlihat dari banyaknya pedagang kecil yang menjual aneka makanan/jajanan, minuman dan mainan anak-anak. Kami menyaksikan sendiri sejak dini hari, beberapa PKL dari Pegandon, Rowosari, Gemuh datang ke lokasi untuk menata peralatan dan perlengkapan jualan di pinggir lapangan, lokasi gratis yang telah disediakan panitia.

Kebiasaan Salat Id di Lapangan Sambongsari dimulai pukul 06.30 WIB. Sinar matahari pagi terasa menghangatkan punggung kami sesaat sebelum khatib mengakhiri khotbahnya. Bertindak sebagai Khatib Salat Id kali ini Nostalgiawan Wahyudhi, ASN Peneliti di BRIN. Adapun imamnya Galuh Andi Luxmana, Pengampu PAYM dan Guru SD Muhammadiyah 1 Weleri. Keduanya aktivis Pemuda Muhammadiyah Weleri dan relatif masih berusia belia. Sebuah proses perkaderan kultural mubaligh di akar rumput dalam menyiapkan kader umat dan kader Persyarikatan yang tangguh. Kader penerus, penyempurna dan pengelola organisasi dan Amal Usaha Muhammadiyah. Wallahua’lam.

*Ketua PDPM Kendal, 1999-2004.

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE