Kolom

Sekolah Ala Mondok di Pesantren

SEKOLAH ALA MONDOK
Oleh: Marijo

Sudah menjadi kebiasaan di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, siswa memulai kegiatan pukul 06.30. maka tidak heran jika mulai pukul 06.00 lalu lintas sekolah sudah ramai kendaraan orang tua yang mengantar anak-anaknya.
Utamanya bagi siswa kelas VI yang harus datang 30 menit lebih awal dari adik-adik kelasnya. Tambahan jam pelajaran untuk persiapan menghadapi ujian akhir sekolah.

Memulai kegitan harian dengan pembiasaan tadarus, setoran hafalan quran, sholat Dhuha bersama. Kegiatan keagamaan tidak hanya sebatas dalam kegiatan pembelajaran, karena yang diharapkan nilai-nilai keislaman harus muncul dalam pembiasaan. Belajar dengan pembiasaan (Conditioning), belajar sambil melakukan (learning by doing). Pembiasaan itulah yang selama ini menjadi salah satu ciri khusus di sekolah ini.

Waktu belajar yang lebih lama dibanding dengan sekolah-sekolah negeri pada umumnya, tidak lantas menjadikan siswa merasa bosan dan terbebani dengan kegiatan yang begitu padat. Lingkungan sekolah yang nyaman, sarana belajar yang cukup, dan fasilitas ibadah yang memadai, didukung pendidik dan tenaga kependidikan yang ramah dan sabar menjadikan lingkungan sekolah berada dalam suasana keakraban tanpa beban dan tekanan pada psikologi anak. Semuanya muncul bukan secara tiba-tiba namun telah menjadi komitmen dan dipersiapkan.

Berbeda dengan hari-hari biasanya, hari ini kelas VI yang biasanya pulang pukul 16.00 setelah mengikuti jam tambahan. Kali ini mereka masih tetap bertahan di sekolah walau bunyi bel tanda waktu jam selesai sekolah berbunyi. Sejumlah 149 siswa bersama guru kelas VI, kepala sekolah dan juga para waka telah mempunyai agenda akan melakukan “Buka Puasa Bersama”. Puasa sunah Senin-Kamis yang telah mereka sepakati.

Jeda waktu kurang lebih dua jam menunggu Magrib berkumandang, tidak hanya dihabiskan larut dalam penantian tanpa makna, atau mereka terlihat lemas lunglai menahan lapar dan dahaga. Sang Kepala Sekolah, Ustad Ainul Huri memberikan motivasi dengan gaya khas yang kocak ala Kak Bimo membuat para siswa lupa dengan kondisi perutnya. Pesan yang diberikan cukup sederhana “jika kalian ingin nilainya baik, maka cintailah pelajaran dan gurunya dan jika kalian ingin sukses dalam hidup maka taatilah orang tua.”

Motivator andalan SD Muhammadiyah Ustad Rifa Asqowi pun tak ketinggalan turut memberikan petuah-petuah spiritual aliran tasawuf yang khas menentramkan jiwa. Kalimat demi kalimat yang keluar bak mantra yang menjadikan seluruh siswa terhipnotis mendengarkannya. Suara musik kitaro turut membuat hening suasana. Tidak banyak namun penuh makna untaian pesan yang diberikan “kita harus menghadirkan Allah dalam setiap langkah.”

Salah satu pintu berkah adalah bersedekah, sedekah bukan hanya diceramahkan. Para siswa kelas VI juga “ditantang” untuk membuktikan keikhlasannya untuk berbagi. Infaq yang mereka kumpulkan dalam program GREGED (gerakan gemar Shadaqah), hari ini ditasyasrufkan untuk wakaf pembangunan kanopi teras Masjid Al Muhajirin yang terletak dala area Kampus SD Muhammadiyah Plus. Sebagian uang yang terkumpul sejumlah tiga juta rupiah telah diserahkan kepada Kepala Sekolah, sedangkan sebagian yang lain biasanya akan ditasyrufkan ke Panti Asuhan atau atau orang-orang yang membutuhkan.

Waktu Adzan Magrib telah tiba, setelah membaca doa bersama seluruh siswa menuju ke Kantin Sekolah C-BerMu (kantin “Cerdas Berakhlaq Mulia.” Telah siap dengan sajian khusus menu buka puasa. Makanan kecil dan buah sebagai pembuka sebelum melahap soup dan ayam krispi yang lezat terasa. Tempat dan sarana C-BerMu yang komlit, bersih, dan, tertata rapi membuat semakin lahap dan nyaman santap buka puasa.

Sholat Magrib secara berjamaah dilaksanakan setelah anak-anak selesai makan. Karena bada Magrib kegiatan dilanjutkan dengan murojaah hingga waktu shalat Isya. Khusuk, setiap anak menyandang kitab suci Al-Quran dan membaca surah Ar-Rohman dalam satu nada dan lagu yang biasa dibawakan Muhammad Thoha Al-Juneid.

Tadarus berlansung hingga Isya, dan rangkaian kegiatan buka bersama ditutup dengan shalat lail. Sholat lail dilakukan di awal malam setelah melaksanakan sholat Isya. Sesuai dengan ketetapan dan kebiasaan pada Tarjih Muhammadiyah sholat lail dilaksanakan dengan sebelas rakaat dengan rincian empat rakaat salam, empat rakaat salam, ditutup tiga rakaat witir.
Serasa di pondok pesantren, seluruh kegiatan terprogram dalam ibadah.

Walaupun seharian beraktifitas dan beribadah di sekolah, namun tak tampak wajah lelah seluruh anak-anak. Tepat pukul 20.00 kegiatan selesai, orang tua pun telah berjajar dalam barisan parkir menunggu sang buah hati tercinta.(*)

*(Penulis adalah sekretaris PW. Pwmuda Muhammadiyah Jateng sekaligus Guru SD Muhammadiyah Plus Salatiga)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE