Ramadan: Bulan yang Mengenyangkan bagi yang Kelaparan

Ramadan: Bulan yang Mengenyangkan bagi yang Kelaparan
Oleh : Dwi Taufan Hidayat (Penasehat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang, Sekretaris Korps Alumni PW IPM/IRM Jawa Tengah, & Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas Kabupaten Semarang)
PWMJATENG.COM – Di sebuah sudut masjid, seorang lelaki tua duduk bersandar, sesekali mengelus perutnya sambil tersenyum. Setelah meneguk seteguk teh hangat usai berbuka puasa, ia berbisik, “Puasa membuatku lebih gemuk.”
Aku menoleh, sedikit heran, lalu bertanya, “Bagaimana bisa, Pak?”
Ia tertawa kecil, matanya berbinar. “Karena aku makan teratur dua kali sehari. Saat berbuka dan sahur di masjid. Di luar Ramadan, makananku tergantung dari hasil memulungku yang tak seberapa. Kadang ada, kadang tidak.”
Jawaban itu menghantam batinku. Ramadan, yang sering kita anggap sebagai bulan menahan lapar, justru menjadi bulan yang mengenyangkan bagi mereka yang terbiasa kelaparan. Sebuah ironi yang mengajarkan banyak makna.
Puasa: Lebih dari Sekadar Menahan Lapar
Allah telah menetapkan puasa sebagai ibadah yang tidak hanya mendidik diri untuk menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatih kedisiplinan, kepedulian, dan ketakwaan. Sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Ayat ini menegaskan bahwa puasa bukan sekadar ibadah fisik, melainkan sarana mencapai ketakwaan yang hakiki. Salah satu hikmahnya adalah mengajarkan kita untuk memahami lapar yang dirasakan oleh orang-orang yang kurang beruntung. Jika kita yang sehari-hari mampu makan dengan cukup saja merasakan beratnya berpuasa, bagaimana dengan mereka yang setiap hari bertahan dalam ketidakpastian makanan?
Lelaki tua itu adalah contoh nyata bagaimana puasa membawa keteraturan dalam hidupnya. Saat Ramadan, ia tahu pasti akan ada makanan untuk berbuka dan sahur. Namun, di luar Ramadan, ia bergulat dengan ketidakpastian. Mungkin hari ini ia makan, mungkin juga tidak.
Ramadan: Bulan Keberkahan bagi Semua
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa untuk berbuka, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun.” (HR. Tirmidzi, no. 807)
Baca juga, Ketua PWM Jateng Tafsir Dorong Transformasi Ekonomi Muhammadiyah: Dari Konsumen Menjadi Produsen
Hadis ini mengajarkan bahwa Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar, tetapi juga tentang berbagi. Banyak orang yang merasa lebih terjamin makanannya di bulan ini, bukan karena mereka mendadak kaya, tetapi karena kemurahan hati mereka yang mampu berbagi.
Di masjid-masjid, di jalanan, dan di rumah-rumah, berbagi makanan berbuka telah menjadi budaya yang hidup. Ramadan menjadi bulan di mana mereka yang kelaparan bisa merasakan kepastian bahwa setidaknya dalam sehari ada dua waktu di mana mereka bisa makan dengan tenang.
Allah juga berfirman:
وَيُطْعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًۭا وَيَتِيمًۭا وَأَسِيرًا إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَآءًۭ وَلَا شُكُورًۭا
“Dan mereka memberikan makanan yang mereka sukai kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makan kepada kalian hanyalah mengharap wajah Allah, kami tidak menginginkan balasan dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insan: 8-9)
Ayat ini mengingatkan bahwa memberi makan bukan sekadar tindakan sosial, tetapi juga ibadah yang bernilai tinggi. Ramadan adalah saat di mana pintu-pintu berbagi terbuka lebar, dan setiap tangan yang memberi akan mendapat balasan langsung dari Allah.
Merayakan Ramadan dengan Rasa Syukur dan Kepedulian
Kisah lelaki tua tadi mengajarkan banyak hal. Betapa sering kita mengeluh karena merasa terbebani oleh puasa, padahal ada orang-orang yang justru merasa lebih baik di bulan ini karena mendapatkan kepastian makanan. Ramadan, yang bagi kita terasa penuh tantangan, justru bagi mereka adalah bulan keberkahan yang membawa kebahagiaan.
Sudah sepatutnya kita menjalani Ramadan ini dengan rasa syukur. Syukur karena kita masih diberi kesempatan untuk beribadah, syukur karena kita masih memiliki makanan yang cukup, dan syukur karena kita bisa berbagi dengan mereka yang membutuhkan.
Mari jadikan Ramadan ini sebagai momentum untuk lebih mendekat kepada Allah, bukan hanya dengan menahan lapar dan dahaga, tetapi juga dengan berbagi dan menumbuhkan rasa empati kepada sesama. Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapat keberkahan Ramadan dan mampu mengambil hikmah dari setiap kisah di dalamnya.
اللهم بلغنا رمضان وبارك لنا فيه
“Ya Allah, sampaikanlah kami ke Ramadan dan berkahilah kami di dalamnya.”
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha