Rakorwil dan UMKM Perempuan
Rakorwil dan UMKM Perempuan
Oleh : Khafid Sirotudin*
PWMJATENG.COM – Rapat Koordinasi UMKM Wilayah Pantura dilaksanakan di Aula lantai satu SMK Muhammadiyah 1 Pemalang. Jaraknya sekitar 400 meter dari kantor PDM Pemalang, lokasi upacara pembukaan Rakorwil yang dibarengkan dengan launching Business Owner School Muhammadiyah (BOS MUDA). Selain Ketua Lembaga Pengembang UMKM PWM dan Ketua MEK (Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan) PW Aisyiyah Jawa Tengah, forum Rakorwil UMKM dihadiri utusan dari LPUMKM PDM, MEK PDA dan Bidang UMKM MEBP PDM dari tujuh kota/ kabupaten se-eks karesidenan Pekalongan. Tujuh orang pimpinan harian dan bidang LPUMKM PWM Jateng ikut membersamai kegiatan Rakorwil yang diadakan pada hari Sabtu Pon, 23 Desember 2023.
Rakorwil UMKM merupakan salah satu amanat program hasil Rakerwil dan konsolidasi Muhammadiyah Jawa Tengah di Semarang beberapa waktu lalu. Intinya, aneka kegiatan UPP (Majelis, Lembaga, Biro), Ortom dan AUM hendaknya dilaksanakan dengan berkolaborasi antar UPP, ORTOM dan AUM tingkat wilayah. Selain alasan efisiensi juga lebih efektif dan efisien bila dilaksanakan berjamaah, berjamiyyah dan saling bersinergi.
UMKM merupakan skala usaha yang terdiri atas usaha mikro (include ultra mikro), kecil dan menengah. Berdasarkan data (2021-2022), persentase skala usaha di Jawa Tengah terdiri dari 90,48% usaha mikro (mikro dan ultra mikro), usaha kecil 8,50%, usaha menengah 0,94% dan usaha besar 0,08%. Dengan kata lain sebanyak 99 persen lebih usaha berada dalam skala UMKM dan usaha besar sedikit jumlahnya, hanya sebesar 0,08%. Jumlah UMKM di Jateng sebanyak 1,45 juta unit, terbesar kedua di Indonesia setelah Jawa Barat.
Dilihat dari pelaku UMKM berbasis gender, sebagian besar terdiri dari UMKM Perempuan. Sehingga menjadi suatu pilihan yang tepat, manakala LP-UMKM PWM Jateng telah, sedang dan akan melakukan program kegiatan bersinergi dengan MEK PWA Jateng selama periode Muktamar ke-48. Beberapa progam yang akan kami lakukan secara sinergi dengan MEK PWA Jateng, antara lain : pemberdayaan UMKM dan IKM berbasis keluarga, UMKM Pangan dan Sandang, Sertifikasi dan Standarisasi Produk, Pendidikan dan Pelatihan, Pengembangan Usaha bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) Perempuan, Pengembangan Jaringan Pasar Produk UMKM, serta Media Komunikasi dan Informasi bagi UMKM di jawa Tengah.
Baca juga, Rakerwil dan Musywil Tarjih Muhammadiyah Jateng Sukses Digelar di UMP
Sejak dikukuhkan oleh PWM Jateng pada bulan Mei 2023, kami telah melakukan beberapa program kegiatan bersama MEK PWA Jateng, diantaranya : Workshop UMKM Perempuan dan Pangan di SMAM 1 Klaten dan fasilitasi sertifikat halal gratis bagi 40 produk makanan dan minuman milik UMKM Aisyiyah alumni SWA (Sekolah Wirausaha Aisyiyah) dan BUEKA (Badan Usaha Ekonomi Aisyiyah). Kemudian pengiriman peserta Pelatihan Koperasi Modern di Balatkop UKM Jateng, pengajian rutin bulanan Majlis Taklim Wolulasan (mulai Agustus 2023) yang menampilkan Ketua PWA, Waket PWA, Ketua MEK, Rektor PTM Perempuan dan Wakil Ketua LP-UMKM Perempuan. FGD UMKM Sandang, pelaksanaan Rakerwil dan Temu Bisnis UMKM-pun kita laksanakan bersama MEK-PWA Jateng di Seamarang.
Isu dan Permasalahan
Dalam paparannya, Ketua MEK PWA Jateng Dr. Eka Handriani, MM. menyampaikan beberapa isu serta beberapa permasalahan ekonomi dan ketenagakerjaan bagi perempuan. Problem yang dihadapi, yaitu : akses perempuan dalam perekonomian; inklusi ekonomi perempuan; teknologi informasi; perempuan Pekerja Migran Indonesia (PMI); kedaulatan pangan; dan akses lingkungan. Dengan berseloroh bu Eka menyatakan : ”Bapak-bapak harus tahu bahwa ibu-ibu MEK Aisyiyah untuk dapat hadir di Rakorwil siang hari ini, sejak kemarin sore sudah berpikir, menyiapkan, melakukan berbagai aktivitas yang wajib diselesaikan sebelum meninggalkan rumah. Mulai menyiapkan baju seragam yang hendak dipakai, sarapan buat suami/anak-anak, membersihkan rumah, ‘makani kucing’ peliharaan, dan berdandan biar kelihatan cantik”.
Ketua MEK PWA Jateng menyampaikan terima kasih telah diajak mengikuti berbagai kegiatan bersama LP-UMKM Jateng. Dengan bersinergi dalam beragam kegiatan, beban yang ditanggung oleh MEK PWA menjadi lebih ringan, apabila dibandingkan mengadakan kegiatan atau acara sendiri. “Kami tinggal hadir di forum. Semua persiapan, perlengkapan, peralatan dan akomodasi sudah dilakukan bapak-bapak dari LP-UMKM. Sekali-kali ibu-ibu dilayani bapak-bapak, karena setiap hari ibu-ibu sudah biasa melayani suami dan anak-anak”, katanya sambil tersenyum.
Adapun Ketua LP-UMKM PWM Jateng, menyampaikan paparannya tentang peta jalan (road map) dan program kerja hasil Rakerwil di Semarang. Setidaknya terdapat 6 masalah yang dihadapi oleh UMKM, meliputi : Data, SDM atau Sumber Daya Insani, Produk, Jejaring dan Kelembagaan, Infrastruktur, dan Kebijakan (policy). Dengan mengenali ke-enam rumusan masalah tersebut, maka bisa direncanakan bentuk aksi (action plan) dan tingkat pencapaian yang hendak diraih (output-outcome).
Sedangkan terkait program kerja, Khafid menerangkan bahwa meskipun LP-UMKM Jateng merumuskan 1 program umum dan 10 program per Bidang (sesuai SOTK), namun dalam pelaksanaannya cukup mengambil satu program per bidang yang sesuai dengan local genius setiap daerah. LPUMKM sebagai lembaga baru, apabila setiap Bidang dapat melaksanakan 1 kegiatan, maka nilai KPI (Key Performance Indicator) sudah 100 persen. Jika mampu dan dapat melaksanakan 2 program nilainya 200 persen, dan seterusnya. Tidak usah muluk-muluk dalam merumuskan program kerja berdasarkan keinginan. Mulailah dengan program sesuai kebutuhan lokal, yang paling mudah, murah dan berkah untuk dilakukan. Misalnya mengadakan pengajian ekonomi atau mengikuti pengajian rutin bulanan Majelis Taklim Wolulasan, mengadakan rapat dan pertemuan rutin, berjualan di Pengajian Ahad Pagi, aktif mengikuti pelatihan serta kursus ketrampilan yang diadakan oleh LP-UMKM Jateng dan stakeholders, dan sebagainya.
Pada sesi laporan dan dialog, ada peserta yang bertanya : ”Apakah LP-UMKM harus ada di setiap PDM/PCM, ataukah cukup menjadi bagian dari MEBP? Haruskah proker diseragamkan dari Pusat hingga Daerah dan Cabang?”. Menjawab beberapa pertanyaan tersebut, Khafid menjelaskan bahwa salah satu karakter UMKM adalah keragaman jenis, kualitas dan kuantitas produk (barang dan jasa), skala usaha (investasi, modal dan omset), jangkauan pasar (market share) dan ketersediaan SDM. Kemudian soal Legalitas dan Badan Hukum (UD, Perorangan, Koperasi, CV, PT), kapasitas dan ketersediaan kader dan warga Muhammadiyah setiap daerah bervariasi. Juga keluwesan dan adaptif dengan situasi, kondisi, toleransi, pantauan dan keterjangkauan usaha menjadi pertimbangan utama yang harus dipikirkan secara matang.
Mendata, menghimpun, melatih, memberdayakan, mendampingi, mensinergikan berbagai jenis usaha mikro dan kecil yang telah lama berdiri dan hadir di lingkungan warga persyarikatan, umat dan masyarakat jangan sampai dimatikan. ”Ojo mateni dalan pangane liyan (jangan mematikan sumber penghidupan sesama : warga persyarikatan/masyarakat/umat”. Jangan sampai terjadi kita mendirikan BUMM (Badan Usaha Milik Muhammadiyah) berupa toko retail modern seperti TokoMu-SuryaMart dan sejenisnya di suatu tempat, sementara kehadirannya justru mematikan puluhan bahkan ratusan toko kelontong dan warung sembako yang telah lama dimiliki warga dan simpatisan persyarikatan, umat dan masyarakat di sekitarnya.
Apalagi selama ini para pemilik toko dan warung kelontong tersebut telah membayar zakat, menunaikan infaq dan sedekah melalui masjid dan LazisMu, serta terbukti memberi manfaat dan keuntungan yang banyak bagi perkembangan Muhammadiyah di wilayah itu. Jangan terjadi pembiaran seperti selama ini, dimana kehadiran sebuah toko retail modern milik konglomerat, mematikan puluhan toko kelontong dan warung milik rakyat di pedesaan. Semangat berbisnis di kalangan kader dan warga persyarikatan, musti dijauhkan bagi munculnya kompeni baru berupa Kapitalisme Syariah, yaitu sebuah ideologi neo-kapitalisme yang dilabeli syariah. Wallahu’alam
*Ketua LP-UMKM PWM Jawa Tengah
Editor : M Taufiq Ulinuha