Editorial

Nobel Kemuliaan Ramadan

Oleh : Gus Zuhron Arrofi*

PWMJATENG.COM – Pukul 01.10 WIB dini hari kami singgah di Masjid Ad Da’wah Bojonegoro Jawa Timur, setelah 4 jam lebih melakukan perjalanan dari Magelang. Ukuran Masjid tidak terlalu besar namun bersih dan menarik. Dilihat dari aksesorinya masjid ini jelas milik persyarikatan Muhammadiyah. Letaknya di ujung perbatasan dengan Cepu, Blora. Ada beberapa jama’ah yang sedang khusyuk menjalankan misi iktikaf di dalam masjid. Salah satu ibadah yang sangat digemari nabi, bahkan Rasulullah sampai menghususkan pada 10 hari terakhir mengkhidmatkan diri untuk fokus pada Iktikaf.

Ikut nimbrung dalam larut syahdunya iktikaf. Zikir, baca Al-Qur’an, qiyamul lail dan sebagian lagi istirahat memejamkan mata adalah deretan pemandangan saat Iktikaf berlangsung. Ramadan tanpa iktikaf rasanya ada cita rasa spiritual yang kurang sempurna. Hari-hari terakhir Ramadan memang momentum krusial, seseorang dianggap berhasil melewati Ramadan dengan predikat mumtaz salah satunya ditentukan bagaimana performa yang ditampilkan saat berada dipenghujung Ramadan. Sebab Nabi pernah mendapatkan bisikan dari malaikat Jibril, “Ya Rasulullah sungguh celaka di antara ummatmu jika sampai di penghujung Ramadan sedangkan dosanya belum diampuni oleh Allah Swt.” Mendengar ucapan Jibril semacam itu nabi hanya menjawab singkat dengan kalimat, “Amin”

Praktik yang dilakukan Rasulullah saat Ramadan memberi isyarat akan pergi adalah dengan memeluknya erat-erat. Semua unsur keduniaan diabaikan, semua hal yang bersifat materialis ditinggalkan, segala aktivitas yang tidak berfokus pada pencapaian kualitas iman disingkirkan. Semua energi dilipatgandakan hanya untuk menciptakan momen romantis penuh cinta di sisa waktu Ramadan. Nabi begitu khawatir jika ada rongga yang tidak tertutup dan itu menjadi celah bagi tidak sempurnanya ibadah.

Baca juga, Berbeda dengan Pemerintah, Muhammadiyah : 1 Syawal Jatuh pada 21 April

Sekelas nabi saja sampai seperti itu menghawatirkan kualitas dirinya di hadapan Tuhan. Padahal manusia paling mulia dan surganya sudah jelas di depan mata. Bagaimana dengan kita? Bukankah surga kita belum jelas, amal belum banyak, hisab masih menegangkan, maaf Tuhan belum tentu di dapatkan. Namun semua itu seperti tidak mampu menggerakkan hati untuk berbenah diri. Tanpa sadar banyak di antara kita yang dunianya lebih menguasai, THR lebih dinanti ketimbang lailatul qadar, bagi parsel lebih ditunggu daripada sempurnanya rindu, ngedit proposalnya lebih diminati daripada lisan yang terucap kata ya rabbi. Pasar berjibun manusia hanya untuk membeli sesuatu agar tampak pantas dihadapan manusia.

Kumandang azan Subuh menyadarkanku dari lamunan, suara merdu muazin memecah keheningan pagi. Setelah Subuh ditunaikan ada beberapa jama’ah yang melanjutkan dengan tadarus Al-Qur’an. Para pejuang Ramadan ini sadar betul bahwa tamu mulianya akan segera berlalu. Mereka bertekad mengisi sisa waktunya dengan segala bentuk kebajikan yang dapat menghadirkan ridho Tuhan. Sayup-sayup terdengar salah satu di antara para jama’ah itu membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata, usianya sudah senja namun semangatnya dalam melafalkan syair-syair Tuhan itu pantas mendapatkan apresiasi. Nabi pernah bersabda bahwa mereka yang tebata-bata dalam membaca Al-Qur’an tetap mendapatkan pahala kebaikan.

Rasanya sejuk dan damai melihat mereka yang menyadari bahwa dunia yang megah dan ditaburi segala kemewahan ini hanya sementara. Perjalanan panjang yang nanti pasti dilewati oleh setiap manusia mestinya harus lebih dipersiapkan. Menjadi manusia produktif dengan segala kreativitasnya adalah sebuah keharusan, namun mencari bekal untuk perjalanan menuju keabadian adalah sebuah kemulian. Mereka yang tidak menyimpan dendam, yang tidak tergerus dengan dunia tipu-tipu dan mereka yang sudah selesai dengan dirinya adalah orang-orang yang berpotensi mendapatkan nobel kemuliaan Ramadan.

*Sekretaris Majelis Pendidikan Kader dan Sumber Daya Insani (MKPSDI) PWM Jawa Tengah

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE