Nobar Film Buya HAMKA, KH. Tafsir : Teladani HAMKA Dakwah Harus Menyesuaikan Perkembangan Zaman
PWMJATENG.COM, Banyumas – Sepekan pasca lebaran Idul Fitri 1444 H Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), mengadakan silaturahim dengan wartawan dan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM), Senin, (1/5/2023).
Usai silaturahim dan makan siang bersama di salah satu rumah makan di dekat taman kota Andang Pangrenan, kegiatan dilanjutkan Nonton Bareng (Nobar) Film Buya Hamka Episode 1 (vol. I) di gedung Bioskop Rajawali Purwokerto.
Film Buya Hamka menceritakan perjalanan hidup seorang sastrawan sekaligus ulama bernama Haji Abdul Malik Karim Amrullah, kerap dipanggil dengan nama Hamka.
Perjalanan hidup Buya Hamka di kehidupan nyata penuh dengan perjuangan. Hal tersebut membuat dia dikenal sebagai tokoh inspiratif oleh masyarakat.
Dalam vol 1 film tersebut, menceritakan Hamka seorang pengurus Muhammadiyah di Makassar yang berhasil memberikan kemajuan pesat pada organisasi tersebut. Dia juga menulis sastra koran dan cerita roman yang disukai oleh para pembaca.
Diangkat menjadi pemimpin redaksi majalah Pedoman Masyarakat, membuat Hamka dan keluarganya pindah ke Kota Medan. Jepang menganggap posisinya tersebut sebagai suatu ancaman hingga akhirnya terjadi benturan antara kedua pihak.
Tak hanya itu, keluarga Hamka pun terguncang saat salah satu anaknya meninggal karena sakit.
Pendekatan yang dia lakukan pada pihak Jepang juga dianggap menjilat. Akibatnya, Hamka diminta mundur dari jabatan pengurus Muhammadiyah.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah Dr. KH. Tafsir M.Ag., usai Nobar Film Buya Hamka mengatakan, walaupun filmnya belum tuntas sebenarnya, episode serunya belum masuk, tetapi paling tidak mengilhami spirit semangat untuk kita teladani kehidupan Buya Hamka, Tapi episode berikutnya masih kita tunggu.
“Tapi sekali lagi patut kita teladani, harus kita teladani bagian memperjuangkan Islam, masyarakat dan memperjuangkan Indonesia di tengah-tengah penjajahan dan kebutuhan, dan itu yang sudah menjadi bagian dari keteladanan beliau yang harus kita ambil. Maka sekali lagi nonton bareng seperti ini ada spirit yang kita ambil meneladani keteladanan dari Buya Hamka,” katanya.
Baca juga, Tunaikan Janjinya, UAH Berangkatkan 10 Anggota KOKAM ke Tanah Suci
Dikaitkan dengan kondisi sekarang film tersebut, menurut KH. Tafsir, adalah semangat nasionalismenya, semangat dakwahnya.
“Waktu itu kan sudah luar biasa modern, dakwah dengan menulis, dakwa dengan media, itulah yang yang bisa kita transwer di era sekarang, nah dakwah harus dengan sesuai dengan perkembangan zaman. Dan itulah yang dibangun oleh Buya Hamka. Dengan tidak sekedar ceramah tetapi juga kemampuan menulis, itu yang jarang kita temui. Kebanyakan kita hanya pinter ceramah dan tidak pintar nulis. Kalau beliau pinter nulis, pintar ceramah dan pintar berpikir. Nah Dia penulis juga seorang orator, itu yang mungkin tidak mudah kita tiru, tapi itu ada pada diri beliau,” pungkasnya.
Sementara itu, terkait dengan nonton bareng film Buya Hamka, Rektor UMP Assoc Prof Dr Jebul Suroso kepada wartawan mengatakan, tentu kembali kepada masa lalu, bahwa pejuang dan tokoh Muhammadiyah yang besar, itu sangat kekinian. Model dakwah yang dikembangkan sangat keren.
“Dan ini mestinya teman-teman wartawan terilhami betul dengan hal itu, dengan sebuah tulisan ternyata bisa merubah mindset. Roman, itu bisa mengoyak perasaan hati dan semangat untuk bisa berjuang, ini keren!” Tegasnya.
Melalui film Buya Hamka, Rektor mengatakan ingin menghidupkan Buya Hamka baru melalui pembelajaran yang baik di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Editor : M Taufiq Ulinuha