Nasyiatul Aisyiyah Siap Bersinergi Tingkatkan Kualitas Pendidikan
PWMJATENG.COM, Yogyakarta – Kasus perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi masih banyak terjadi di dunia pendidikan. Kasus kekerasan seksual pada anak menempati urutan tertinggi sepanjang tiga tahun terakhir. Data lain menunjukkan bahwa kasus intoleransi juga cukup tinggi. Pada rentang waktu 2020- 2022 terjadi 435 kasus intoleransi pada lingkungan pendidikan, seperti pelarangan atau pemaksaan peserta didik menggunakan atribut keagamaan, diskriminasi kesempatan peserta didik dari agama minoritas untuk menjadi Ketua OSIS dan tidak terpenuhinya proses belajar mengajar pada mata pelajaran agama minoritas (KumparanNews, 2023)
Sebagai bentuk kepedulian terhadap permasalahan tersebut, Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) bekerja sama dengan FKIP Universitas Ahmad Dahlan menyelenggarakan Webinar “Semarak Merdeka Belajar: Stop Tiga Dosa Besar Pendidikan”. Acara yang diselenggarakan pada Sabtu (13/5) secara daring ini juga sekaligus memperingat Pendidikan Nasional Tahun 2023 yang bertepatan pada 2 Mei 2023.
Suyatno, Wakil Dekan FKIP UAD, dalam sambutanya menyatakan bahwa banyak organisasi dan gerakan yang punya perhatian pada kasus 3 dosa besar pendidikan, tetapi kasus tersebut tidak mungkin bisa langsung selesai dalam waktu yang singkat.
“Masih harus tetap mempunyai concern yang sama bahkan harus lebih ditingkatkan lebih besar dari sebelumnya. Sumber daya yang kita alokasikan ke situ juga harus lebih besar, pikiran kita,waktu kita, harus lebih lagi terkait kasus-kasus yang menjadi perhatian kita bersama,” jelas Suyatno.
“Semoga semakin tumbuh kesadaran untuk turut menjadi aktivis-aktivis yang punya perhatian dalam rangka mnyelesaikan berbagai macam persoalan yanng terkait dengan bullying, intoleransi dan kekerasan seksual di dunia pendidikan,” tutur Suyatno saat mengakhiri sambutannya.
Baca juga, Temui Jaringan Media Muhammadiyah, Abdul Mu’ti Harapkan Insan Media Memberikan Informasi yang Valid dan Akurat
Sementara itu Risni Julaen Yuhan, Ketua Bidang dan Penelitian PPNA menyampaikan bahwa masalah sosial seperti kekerasan seksual, intoleransi dan perundungan apabila tidak segera diatasi sedini mungkin akan berdampak panjang kepada anak didik kita. Baik fisik ataupun psikis.
“Jika psikis anak sudah terganggu, perkembangan motorik, IQ anak juga terganggu. Bila perkembangan anak ini terganggu lalu siapa yang akan meneruskan estafet negara ini? Siapa yang mengisi pembangunan dan menghadapi tantangan di negara ini?” jelas Risni.
Semua tantangan dan hambatan itu, kata Risni, bisa dikendalikan ketika kita mempersiapkan anak didik kita agar menjadi insan yang tangguh. Sektor pendidikan harus dikendalikan karena menjadi institusi sosial kedua setelah keluarga.
“Bahkan hari ini sekolah sudah menjadi tempat terlama anak-anak ada di luar rumah. Sekolah juga mengganti peran orang tua dalam hal pengasuhan dan pendidikan anak. Sehingga sektor pendidikan harus dikondisikan menjadi ruang yang aman, nyaman bagi anak didik yang ke depan akan mengisi roda estafeta pembangunan bangsa Indonesia,” tambahnya.
Gerakan Nasyiatul Aisyiyah sejak periode 2012 memilikik tagline “Ramah Anak dan Perempuan”, maka isu 3 dosa besar pendidikan ini sudah dikawal sejak lama. Namun untuk mengawal isu ini, kader Nasyiah harus selalu mengupgrade diri, memperbaiki sistem yang ada, dan bersinergi dengan pemerintah. Menurut Risni, Nasyiah bisa bersinergi, berkolaborasi, dan juga memperbaiki sistem gerakan untuk bersama-sama mengendalikan tiga dosa besar pendidikan ini.
Kontributor : Mona Atalina/PPNA
Editor : M Taufiq Ulinuha