Muhammadiyah Jateng dan Spirit Perdamaian ala Buya Syafii
Beberapa waktu yang lalu, Muhammadiyah Jawa Tengah berhasil mengumpulkan donasi untuk Palestina. Aksi sekaligus manifestasi frasa pada pembukaan UUD 45 “mewujudkan perdamaian abadi” ini dilakukan sebagai upaya untuk tetap mengadirkan harapan hidup di tengah tragedi darurat kemanusiaan.
Buya Syafi’i Ma’arif pernah berpesan “Di tengah-tengah padang sahara kekerasan, ekstremisme, sektarianisme dan kekacauan yang sedang melanda dunia lslam, kehadiran Islam Indonesia yang direpresentasikan oleh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama mampu menjadi oase dan kiblat baru bagi masa depan Islam di dunia.”
Prahara Palestina dan Israel
Beberapa pekan lalu, kita dibuat tercengang dengan aksi saling balas antara kelompok pejuang kemerdekaan, Hammas, dan Israel. Gaza dan beberapa kota lain di Palestina menjadi saksi atas peperangan yang konon sudah terjadi sejak zaman nubuwwah itu.
Mengutip kompas.com, konflik yang terjadi beberapa waktu yang lalu berawal dari penutupan tempat berbuka puasa yang ada di sekitar Masjidil Aqsa oleh Polisi Israel. Penutupan tersebut membuat warga setempat meradang dan melancarkan aksi yang berbuntut pada pembukaan blokade oleh Polisi Israel.
Namun beberapa hari kemudian, pertikaian kembali pecah karena Israel mengancam akan mengusir puluhan warga dari kawasan Sheikh Jarrah. Tercatat, bahwa bentrok yang terjadi di Sheikh Jarrah berakibat pada korban luka dari masing-masing pihak (205 warga Palestina dan 17 aparat keamanan Israel).
Seperti percikan api dalam sekam, konflik tersebut kemudian menjalar menjadi konflik bersenjata yang mengacaukan “perdamaian” yang seharusnya hadir, apalagi saat itu konflik terjadi di Bulan Ramadan. Terkait seluk beluk konflik kedua negara tersebut, akan penulis bahas secara komprehensif pada pembahasan lainnya.
Buya Syafi’i Serukan Perdamaian
Prof. Dr. KH. Ahmad Syafi’i Ma’arif, bagi kita dan hampir sebagian masyarakat Indonesia sangat tidak asing dengan nama tersebut. Laki-laki yang akrab dengan sapaan Buya Syafi’i ini baru kemarin memasuki usia 86 tahun, usia yang sudah tidak muda memang. Namun perlu kita ketahui bahwa spirit dan keilmuan beliau cukup membuat kita yang muda-muda ini malu sendiri.
Di tengah usia sepuhnya, Buya Syafi’i masih terus produktif dalam berbagai bidang, mulai dari pendidikan; literasi; ilmu pengetahuan; perdamaian; keagamaan; toleransi; dsb. Oh ya, beliau merupakan Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1998-2005, periode yang tidak mudah ya kawan-kawan, karena saat itu sedang terjadi pergolakan bangsa.
Dalam buku Merawat Kewarasan Publik dijelaskan bahwa bagi Buya Syafi’i, Islam yang damai adalah Islam yang konstruktif, dan Islam yang dapat mengayomi bangsa tanpa membeda-bedakan suku, agama dan lain sebagainya. Selain itu, dalam pandangan Buya Syafi’i humanism sebenarnya berangkat dari konsep keadilan. Jika keadilan sudah dimiliki oleh seorang secara individu maka akan mudah untuk menciptakan kedamaian bersama dengan sesama manusia.
Lantas, bukankah perdamaian adalah salah satu spirit bangsa ini? Pertanyaan ini secara jelas telah dijawab oleh Buya Syafi’i selaku guru bangsa ini. Humanisme Buya Syafi’i menyatakan persaudaraan universal yang mampu menciptakan kedamaian yang solid dalam menerima realitas yang plural melalui sikap yang toleran.
Dan masih banyak lagi konsep pemikiran dan praksis gerakan yang telah dilakukan oleh Buya yang tidak bisa penulis paparkan secara menyeluruh di sini. Pada intinya, spirit perdamaian yang Buya Syafi’i serukan sudah seharusnya kita tiru dan aplikasikan dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara.
Muhammadiyah Jateng; Amal Ilmiah
Beberapa pekan yang lalu, jagat media sosial khususnya twitter ramai dengan tagar Muhammadiyah yang bercokol pada urutan atas tranding topic. Banyak publik yang merespon kepedulian Muhammadiyah terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi di Palestina. Respon yang disampaikan citizen dan netizen cukup beragam, mulai dari respon positif hingga respon negatif.
Seperti yang penulis sampaikan di awal, bahwasanya “mewujudkan perdamaian abadi” adalah salah satu spirit yang menjadi dasar dari ideologi bangsa kita. Muhammadiyah yang merupakan salah satu komponen bangsa, mencoba mengelaborasikan spirit berbangsa diatas dan kemudian melakukan aksi nyata.
Sejarah bangsa Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan dukungan dari Palestina. Kepedulian kepada Palestina yang diperlihatkan Muhammadiyah, khususnya Jawa Tengah merupakan bentuk realisasi keimanan dalam Islam dan spirit ideologi bangsa Indonesia. Belum ada satu bulan gerakan kemanusiaan untuk Palestina berjalan, Muhammadiyah Jawa Tengah telah berhasil mengumpulkan Rp. 8.614.048.754. Dan Ahad lalu, sebagai penyaluran bantuan ini, Muhammadiyah Jawa Tengah telah merealisasikannya dalam bentuk mobil ambulans untuk RS Dar Al-Shifa, Gaza.
Penyaluran bantuan ini akan dilaksakan dalam beberapa tahap, bekerjasama dengan Lazismu PP Muhammadiyah, MuhammadiyahAid dan pemerintah Palestina. Semoga spirit perdamaian yang menjadi nafas hidup bangsa ini mampu kita hembuskan kepenjuru dunia, agar perdamaian yang sesungguhnya mampu direalisasikan oleh masyarakat dunia secara keseluruhan, aamiin.