Kolom

Menyampaikan Sebuah Jawaban

Menyampaikan Sebuah Jawaban

Oleh : Rumini Zulfikar (Gus Zul) (Penasehat PRM Troketon, Anggota Bidang Syiar MPM PDM Klaten, Anggota Majelis MPI & HAM PCM Pedan)

PWMJATENG.COM – Dalam kehidupan, setiap permasalahan sering kali melibatkan dua hal penting: pertanyaan dan jawaban. Dalam konteks yang lebih luas, “menyampaikan” memiliki berbagai makna. Kita dapat menyampaikan barang, pesan, saran, kritik, atau unek-unek. Dalam dunia dakwah, menyampaikan juga dikenal sebagai tabligh.

Namun, cara menyampaikan dan menjawab berbeda-beda tergantung pada kondisi, tempat, dan momen. Sebagai contoh, suatu hari Pak Sastra mengirim pesan kepada Pak Karto, dan Pak Karto membalas pesan tersebut dengan mengatakan, “Ya, nanti kita wedangan, Mas.” Pak Sastra langsung membalas dengan, “Ya, Pak, siap.” Ini adalah gambaran sehari-hari dari komunikasi kita.

Dalam hal ini, kita perlu berhati-hati dalam menyampaikan jawaban, terutama ketika berhubungan dengan masalah yang bersifat pribadi, seperti percintaan anak muda. Jawaban yang diberikan haruslah jujur, apa pun hasilnya.

Sejak awal, seorang anak harus dididik, dilatih, dan diberikan kemerdekaan yang bertanggung jawab, mandiri, serta diajari nilai-nilai untuk bersikap dewasa dengan arif dan bijaksana. Penting untuk tidak berlebihan agar semua pihak dapat menerima dengan baik dan legowo tanpa menggantungkan harapan yang tidak realistis.

Baca juga, Mitsaq: Jejak Perjanjian Agung di Relung Jiwa Manusia

Pemahaman konteks masalah sangat penting, baik dalam hal keagamaan, ekonomi, budaya, politik, maupun urusan pribadi. Setelah menguasai pokok masalah tersebut, kita harus mengemasnya dengan baik. Jika tidak hati-hati, hasilnya bisa menjadi tidak baik. Hal ini sudah ditegaskan dalam Surat Al-Fusilat Ayat 33:

“وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ إِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ”

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan kebajikan, dan berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri).'”

Dari ayat ini, kita bisa memahami bahwa ada dua hal: perkataan dan seruan. Perkataan adalah aktivitas manusia sehari-hari, sedangkan seruan adalah ajakan dakwah, baik dalam skala kecil maupun besar, melalui ucapan atau tulisan, baik di mimbar maupun dari hati ke hati.

Menghayati makna dari ayat tersebut, sangat penting untuk memberikan alasan yang logis dan berdasarkan nilai agama, bukan hanya berdasarkan nafsu. Selain itu, cara penyampaian harus rileks, tidak emosional, dan ditempatkan di tempat yang tidak banyak orang mengetahui.

Setelah semua langkah tersebut dilakukan, kita harus berserah kepada Allah. Apapun hasilnya, entah itu pahit atau manis, diterima atau ditolak, adalah bagian dari dinamika kehidupan yang pada akhirnya menguji tingkat keimanan kita. Seperti yang diungkapkan dalam Surat Al-Ankabut Ayat 2:

“Jangan mengira bahwa kamu akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ padahal kamu belum diuji.”

Semoga kita senantiasa menjaga keimanan kita dalam menjalani kehidupan ini.

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE