Kolom

Mentalitas Spiritual Islami Gen Z dalam Menghadapi Teknologi Digital

Mentalitas Spiritual Islami Gen Z dalam Menghadapi Teknologi Digital

Oleh: Muzaqi Nur Arifin (Mahasiswa T.I Politeknik Harapan Bersama Tegal)

PWMJATENG.COM – Teknologi digital telah membawa inovasi dan kemudahan dalam kehidupan manusia. Dari mulai zaman purba dengan teknologi batu, berlanjut era besi, revolusi industri 4.0, sampai tiba sekarang memasuki teknologi digital. Teknologi ini diawali dengan beralihnya dunia nyata ke dunia maya yang lebih luas dalam jangkauan penghubung manusia satu dengan yang lain.

Mahasiswa di era sekarang yang sering disebut gen z adalah subjek yang sedang gencar dibicarakan karena yang paling aktif dalam kontribusi di dunia digital. Menurut sejumlah penelitian terdahulu, Gen Z adalah mereka yang lahir setelah tahun 1995 (Sakitri, 2021). Pemanfaatan teknologi digital sangat dirasakan oleh mahasiswa gen z terkhusus pada teknologi AI dan sosial media. Namun, pemanfaatan ini sering disalahgunakan dan menyimpangkan tujuan teknologi dibuat.

Pembahasan

AI telah merubah cara kita bekerja, belajar, dan bahkan cara kita bersosialisasi. Banyak mahasiswa gen z yang teah memanfaatkan AI untuk alat kemudahan seperti mempercepat dalam pembuatan karay ilmiah, asisten coding, pencarian ide, dan pengembangan daya nalar dan kritis. Tentunya ini bisa menjadi perkembangan SDM yang sangat pesat.

Meskipun begitu, masih banyak juga mahasiswa yang salah menggunakan teknologi AI. Teknologi AI dianggap untuk agar cepat menyelesaikan tugas tanpa ada kontribusi dari mahasiswa itu sendiri. Contohnya seperti meminta AI untuk menyelesaikan coding yang kemudian langsung dikirimkan tugas tersebut tanpa dipahami isi dari coding tersebut, padahal dengan AI, kita dapat terbantu untuk memahami coding lebih cepat.

Surah Al-Mujadilah (58:11): “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

Surah Al-‘Alaq (96:1-5): “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Pada ayat tersebut, Allah SWT meminta manusia untuk terus berusaha dalam mencari ilmu pengetahuan. Kita harus bahas dahulu apa definisi dari pengetahuan. Menurut kamus terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, misalnya kepandaian, atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal, contohnya mata pelajaran. Pengetahuan juga bisa diartikan sebagai sebuah bentuk pengalaman (Ridwan, Syukri and Badarussyamsi, 2021). Hal yang sangat penting dalam ilmu adalah proses mengetahui. Proses Mengetahui dapat diartikan dengan kontribusi langsung oleh mahasiswa dalam memahami secara sadar apa yang sedang dicari tahu.

Kesalahan dalam penggunaan AI berdampak pada kebiasaan buruk mahasiswa, seperti ingin segalanya praktis dan cepat. Mahasiswa gen z cenderung menginginkan sesuatu hal dengan cepat dan praktis tanpa proses yang sulit. Padahal dalam hadist nabi yang diriwayatkan oleh Muslim menjelaskan bahwa mencari ilmu akan memudahkan manusia dalam menjalani hidup dunia dan akhirat.

Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Lalu faktor apa yang menyebabkan mahasiswa gen z ingin segalanya praktis dan cepat tanpa melalui proses yang sulit? Kita lihat dalam ayat al Quran.

Surah Al-Mujadilah (58:11): “Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Baca juga, Download Tanfidz Keputusan Musypimwil Muhammadiyah Jawa Tengah Tahun 2024

Pada ayat tersebut, Allah SWT memerintahkan kita untuk lapang dalam mencari ilmu. Lapang disini dapat diartikan sebagai ketulusan, keikhlasan dan kesabaran. Orang – orang yang sudah di titik sukses memiliki masa proses yang panjang dan meletihkan. Albert Einstein bahkan memberikan quote yang berbunyi “Orang berhasil bukan yang tak pernah gagal, tapi yang tak pernah menyerah!”. Ini artinya, Albert Einstein telah melalui ribuan gagal, namun beliau tidak menyerah dan terus sabar dalam menyelesaikan masalah. Dalam prosesnya, didapatkan banyak pengalaman yang dapat membentuk beliau menjadi bapak fisikawan yang dikenang sampai sekarang. Inilah hikmah dalam berproses. Pengalaman adalah bukti bahwa kegagalan adalah bagian dari keberhasilan.

Tidak hanya AI, sosial media juga menjadi teknologi penyebab kebiasaan buruk mahasiswa gen z. salah satunya adalah TikTok. Mirisnya, standar konten yang populer di TikTok sering kali tidak sejalan dengan ajaran Islam yang menganjurkan kesederhanaan, kehormatan, dan etika. Banyak remaja gen z yang terjebak dalam tren yang mempromosikan gaya hidup hedonis, konten vulgar, dan perilaku yang tidak pantas. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan degradasi moral dan spiritual di kalangan generasi muda Muslim.

Generasi Z sering kali menggunakan istilah “mental health” sebagai bentuk perlindungan dari masalah dan tanggung jawab. Hal ini, dalam banyak kasus, muncul karena terlalu sering mendengar bahasa-bahasa dari TikTok, menciptakan standar yang lemah dan ketergantungan pada pembenaran psikologis (kpi.iainpare.ac.id, no date). Hal ini juga berdampak pada penyembuhan “Mental Health” yang terus meminta validasi dari orang lain agar terus dikasihani dan pada akhirnya malah membuat terus “haus validasi”. Padahal Allah SWT telah menjelaskan pada ayat alquran mengenai bagaimana agar jiwa menjadi tenang.

Surah Ar-Ra’d (13:28): “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”

Ayat ini menekankan pentingnya berdzikir atau mengingat Allah sebagai cara untuk mendapatkan ketenangan hati.

Kesimpulan

Generasi Z perlu memperbaiki mindset Islami dalam menuntut ilmu dan kesadaran diri. Ketergantungan pada AI dan media sosial seperti TikTok sering kali tidak sesuai dengan ajaran Islam, mengutamakan hasil instan dan mengabaikan proses belajar yang tulus dan sabar. Islam menganjurkan kesungguhan dalam mencari ilmu dan mengingat Allah untuk ketenangan hati. Dengan mengontrol penggunaan teknologi dan tetap memegang nilai-nilai Islami, Generasi Z dapat meraih kesuksesan yang benar-benar bermakna, baik di dunia maupun akhirat.

Referensi

kpi.iainpare.ac.id (no date) ‘Antara Inspirasi dan Ketergantungan: Dampak Standar Tiktok pada Generasi Z’. Available at: https://kpi.iainpare.ac.id/2023/11/antara-inspirasi-dan-ketergantungan.html.

Ridwan, M., Syukri, A. and Badarussyamsi, B. (2021) ‘Studi Analisis Tentang Makna Pengetahuan Dan Ilmu Pengetahuan Serta Jenis Dan Sumbernya’, Jurnal Geuthèë: Penelitian Multidisiplin, 4(1), p. 31. Available at: https://doi.org/10.52626/jg.v4i1.96.

Sakitri, G. (2021) ‘Selamat Datang Gen Z , Sang Penggerak Inovasi’, Forum Manajemen Prasetiya Mulya, 35(2), pp. 1–10.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE