
PWMJATENG.COM – Dalam sebuah pengajian yang sarat makna, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Ibnu Hasan, menyampaikan refleksi mendalam mengenai strategi dakwah Muhammadiyah yang berkemajuan. Ia menegaskan bahwa keberhasilan dakwah bukan hanya bergantung pada kekuatan argumen teologis, melainkan juga pada konsistensi gerakan, kebersamaan, dan keikhlasan para pelakunya.
Ibnu Hasan menyampaikan bahwa dakwah Muhammadiyah harus mencerahkan, memberdayakan, menggerakkan, dan menggembirakan umat. Menurutnya, dakwah yang berhasil adalah dakwah yang mampu menyentuh akar kehidupan masyarakat, membangkitkan kesadaran sosial, dan menjadi motor perubahan. Untuk mencapai itu, diperlukan fondasi persatuan dan persaudaraan yang kuat di antara sesama warga Muhammadiyah.
“Persatuan dan persaudaraan adalah kunci penguatan dan peneguhan keimanan,” ungkapnya. Ia menekankan pentingnya silaturahmi dalam membentuk keteguhan hati dan keikhlasan dalam berdakwah. Dalam Islam, silaturahmi dipandang sebagai jalan pembuka keberkahan. Sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi ﷺ, “من أحب أن يُبسط له في رزقه، ويُنسأ له في أثره، فليصل رحمه” (Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturahmi).
Ibnu Hasan lalu merinci enam hal pokok yang menurutnya harus dipahami dan dijalankan oleh setiap warga Muhammadiyah. Pertama, warga Muhammadiyah harus mengenal secara utuh siapa pelaksana, penyelenggara, dan pemilik amal usaha Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Ini penting untuk membangun rasa memiliki dan tanggung jawab kolektif terhadap institusi yang telah banyak memberi kontribusi pada masyarakat.
Baca juga, Tembus Rp75 Miliar, Lazismu Jateng Cetak Rekor Penghimpunan pada Ramadan 1446 H!
Kedua, pemahaman terhadap struktur dan aturan organisasi menjadi hal yang tak bisa ditawar. Tanpa itu, gerakan dakwah akan mudah goyah dan kehilangan arah. Ketiga, ia menekankan pentingnya ketertiban, baik dalam beribadah, berorganisasi, maupun bermasyarakat. Ketertiban, menurutnya, mencerminkan kedewasaan spiritual dan sosial seorang kader.
Keempat, setiap warga Muhammadiyah harus menumbuhkan rasa percaya diri dan memantapkan niat dalam perjuangan dakwah. Dakwah bukan hanya soal menyampaikan, tapi juga soal keyakinan dan keteguhan dalam menjalani misi. Kelima, dakwah harus dilakukan dengan semangat saling menguatkan. “Saling bahu-membahu menjadi kunci dalam membangun ketahanan gerakan,” ujar Ibnu Hasan.
Adapun poin keenam, ia menekankan pentingnya totalitas dalam membesarkan amal usaha Muhammadiyah dan Aisyiyah. Amal usaha bukan sekadar aset, melainkan media dakwah yang hidup dan terus tumbuh bersama umat. Melalui pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga pelayanan sosial, Muhammadiyah telah membuktikan bahwa dakwah tidak hanya berkutat di mimbar, tetapi merasuk hingga ke sendi-sendi kehidupan.
Ibnu Hasan juga menegaskan bahwa masjid harus dikembalikan sebagai pusat peradaban Islam. Masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, melainkan menjadi simpul peradaban yang makmur dan memakmurkan. Hal ini hanya akan tercapai bila para pemimpin Muhammadiyah bersedia menjadi teladan. “Pemimpin harus menjadi role model yang bisa diteladani dalam akhlak, ibadah, dan kerja nyata,” tegasnya.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha