Makna Syawalan Jadi Strategi “Memanusiakan Manusia” dan Kunci Hidup Penuh Berkah

PWMJATENG.COM, Surakarta – Syawalan bukan sekadar tradisi tahunan, tetapi strategi menjaga hubungan baik antar manusia sekaligus menjalin kedekatan spiritual dengan Sang Pencipta. Hal itu ditegaskan oleh Da’i Champions Standardisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Dwi Jatmiko, saat memberikan tausiah dalam acara Silaturahmi dan Halalbihalal warga RT 04 RW 07 Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Minggu (20/4/2025).
Acara berlangsung di Aula SMK Negeri 9 Surakarta, Jalan Tarumanegara, dan dihadiri ratusan warga setempat. Dalam kesempatan itu, Dwi Jatmiko mengingatkan pentingnya merawat silaturahmi sebagai jalan menuju keberkahan hidup dan kebaikan akhirat.
“Jangan pernah memutus tali silaturahmi, terutama kepada orang tua dan mertua. Menjaga hubungan baik bisa membawa keberkahan dan membuka pintu rezeki,” ucapnya.
Menurutnya, manusia hidup di dunia membawa dua jenis hubungan yang tidak boleh diabaikan: habluminallah (hubungan dengan Allah) dan habluminannas (hubungan dengan sesama). Ia mengutip hadis riwayat Shahih Muslim, yang menyebutkan bahwa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir harus berkata baik atau diam, menghormati tamu, serta memuliakan tetangga.
“Syawalan menjadi wadah praktis dari nilai-nilai itu. Kita belajar memuliakan tamu, berbagi makanan dan minuman, serta menghidupkan tradisi saling memaafkan,” jelas Jatmiko sambil tersenyum.
Baca juga, Tren Fashion Muslimah: Antara Syariat dan Gaya Hidup Modern
Tradisi saling memaafkan usai Hari Raya Idulfitri, lanjutnya, menjadi sarana untuk mempererat hubungan yang mungkin sempat renggang akibat kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak.
“Syawalan juga menjadi momen menutup ibadah puasa enam hari di bulan Syawal. Ini adalah perwujudan rasa syukur atas limpahan nikmat,” tambahnya.

Tak hanya itu, budaya mudik juga menjadi salah satu hikmah dari momen Halalbihalal. Jatmiko menjelaskan bahwa mudik bukan sekadar pulang kampung, melainkan bentuk nyata dari keinginan menjaga ikatan kekeluargaan. Ia menyebut, tradisi ini mengandung nilai akhlakul karimah.
“Mudik bukan hanya untuk melepas rindu, tapi juga bentuk tanggung jawab moral menjalin silaturahmi dengan orang tua, kerabat, dan teman lama,” katanya.
Dalam pandangannya, momentum Halalbihalal bisa membangun kesadaran tentang pentingnya menjaga kesehatan dan keamanan sebagai modal hidup satu tahun ke depan.
“Ketika kita berkumpul dalam keadaan sehat dan aman, itu bukan hal sepele. Itu nikmat luar biasa yang perlu disyukuri,” ujar anggota Korps Mubalig Muhammadiyah Surakarta tersebut.
Acara ditutup dengan pembacaan ikrar halalbihalal oleh Yarham. Sri Hartono selaku sesepuh kampung dan Arbain selaku Ketua RT turut menyampaikan sambutan. Keduanya mengajak warga untuk terus menjaga kekompakan dan semangat kebersamaan di lingkungan masing-masing.
Kontributor : Jatmiko
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha