Khazanah Islam

Ketika Amal Jadi Konten: Apakah Riya Bisa Tervalidasi secara Digital?

PWMJATENG.COM – Di era digital, media sosial telah menjadi panggung baru untuk menunjukkan eksistensi, termasuk dalam urusan keagamaan. Aksi membagikan video sedekah, dokumentasi saat beribadah, hingga menyebarluaskan kegiatan dakwah pribadi, menjadi tren yang kian menjamur. Pertanyaannya, ketika amal menjadi konten, apakah riya—yang secara syariat dikecam—dapat tervalidasi atau bahkan dibenarkan secara digital?

Islam menekankan keikhlasan sebagai syarat mutlak diterimanya amal ibadah. Allah berfirman:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama…” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Ayat ini menegaskan bahwa inti dari ibadah adalah keikhlasan. Maka, jika niat dalam beramal adalah untuk dipuji, atau mencari pengakuan di media sosial, amalan tersebut terancam sia-sia di sisi Allah.

Riya sendiri didefinisikan sebagai melakukan amal ibadah dengan tujuan agar dilihat dan dipuji oleh manusia. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ، قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya’.” (HR. Ahmad)

Namun, pada sisi lain, media sosial juga bisa menjadi alat dakwah dan inspirasi. Banyak konten kebaikan yang mendorong orang lain untuk meniru dan berlomba dalam amal saleh. Maka muncul dilema: apakah setiap amal yang dipublikasikan otomatis bernilai riya?

Baca juga, Abduh Hisyam: Muhammad Saw. Nabi Agung dan Negarawan Ulung, Teladan Sepanjang Masa

Jawaban atas pertanyaan ini kembali kepada niat. Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin menjelaskan bahwa bila seseorang menampakkan amalnya dengan niat mengajak dan memotivasi orang lain, maka itu termasuk amal yang terpuji. Tapi jika niatnya berubah demi popularitas dan pujian, maka amal tersebut tercampur riya.

Media sosial, dengan algoritmanya yang menilai berdasarkan “likes”, “views”, dan komentar, secara tidak langsung menciptakan jebakan eksistensi. Banyak orang terdorong bukan karena semangat berbagi kebaikan, tetapi karena ingin dilihat baik. Inilah yang berbahaya, karena sifat riya bisa tumbuh secara halus tanpa disadari.

Di sinilah pentingnya muhasabah (introspeksi). Ulama salaf sering menyembunyikan amal baik mereka, bahkan dari orang-orang terdekat. Sebaliknya, kita hari ini justru merasa belum berbuat kebaikan jika belum sempat mengunggahnya.

Islam tidak melarang publikasi amal, tetapi membingkai amal dengan motivasi eksistensial digital dapat merusak esensi ibadah itu sendiri. Maka, setiap Muslim perlu menata ulang orientasi amalnya di era ini. Apakah benar amal itu untuk Allah atau hanya untuk validasi sosial?

Dalam surah Al-Kahfi ayat 110, Allah berfirman:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110)

Ayat ini menjadi pengingat bahwa amal saleh harus bersih dari syirik, termasuk riya yang tersembunyi.

Kesimpulannya, digitalisasi amal bukan persoalan haram atau halal, tetapi tentang niat dan kesadaran. Apakah kita menampilkan amal untuk menginspirasi atau untuk dipuji? Apakah kita mengunggah demi dakwah atau sekadar mencari impresi?

Di tengah dunia digital yang penuh sorotan, menjaga keikhlasan adalah jihad tersendiri. Dan mungkin, di zaman ini, amal yang paling bernilai justru yang tak terlihat oleh kamera, tetapi tercatat jelas di sisi Allah.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE