![ICIMS UMS](https://pwmjateng.com/wp-content/uploads/2025/02/Gambar-WhatsApp-2025-02-07-pukul-21.49.45_b6f737e2-780x470.jpg)
PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta kembali menggelar The 5th International Conference on Islamic and Muhammadiyah Studies (ICIMS), bagian dari International Summit on Science Technology and Humanity (ISETH) 2024, Selasa-Rabu (4-5/2/25). Mengusung tema “Memberdayakan Umat Muslim: Peran Kecerdasan Buatan dalam Memajukan Studi Islam Progresif dan Industri Halal di Era Digital,” konferensi ini menyoroti peran kecerdasan buatan (AI) dalam meningkatkan pemahaman dan penerapan ajaran Islam di era modern.
Salah satu presenter utama dalam acara ini adalah Alvin Qodri Lazuardy, Kepala SMP AT-TIN UMP. Ia memaparkan makalah berjudul “Manusia dan Pendidikan: Makna, Jalur, dan Tujuan dalam Perspektif Islam serta Relevansinya terhadap Kompetensi Guru Muhammadiyah.” Prestasi membanggakan diraihnya setelah makalah tersebut berhasil masuk dalam Top 10 Papers dari 100 karya yang terkumpul, membuktikan kualitas dan relevansi gagasannya.
Dalam paparannya, Alvin menegaskan bahwa dalam Islam, manusia (insān) dan pendidikan (ta’dīb) memiliki keterkaitan erat. Konsep ini mengacu pada penciptaan manusia dalam bentuk terbaik dengan akal sebagai anugerah utama dari Allah. Ia mengutip QS. Al-A’raf ayat 172 yang menekankan perjanjian primordial manusia dengan Allah, di mana pendidikan bertugas membimbing manusia tetap dalam jalur pengakuan ketuhanan.
Pakar pendidikan Islam, Syed Muhammad Naquib al-Attas, menyebutkan bahwa pendidikan sejati bukan sekadar akumulasi pengetahuan, tetapi proses pemuliaan manusia melalui konsep ta’dīb. Pendidikan tidak hanya berorientasi pada moralitas, tetapi juga pengakuan terhadap tatanan ilmu dan keberadaan. Insan Adabi, yakni manusia yang telah menginternalisasi adab, menjadi sosok ideal dalam perspektif Islam.
Baca juga, Gerakan Islam Berkemajuan: Muhammadiyah sebagai Pelopor Pembaruan
Sejak awal berdiri, pendidikan Muhammadiyah menekankan keseimbangan antara ilmu dan adab dalam membentuk karakter guru dan peserta didik. Alvin menyatakan bahwa guru Muhammadiyah tidak hanya harus memiliki kemampuan akademis, tetapi juga pemahaman mendalam terhadap aqidah, syariah, dan akhlak.
![](https://pwmjateng.com/wp-content/uploads/2025/02/Gambar-WhatsApp-2025-02-07-pukul-21.50.41_4cd2c2ce-768x1024.jpg)
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan enam kompetensi utama yang harus dimiliki guru Muhammadiyah:
- Pemahaman terhadap visi pendidikan nasional.
- Integritas moral dan spiritual.
- Pemahaman agama yang mendalam.
- Wawasan luas terhadap berbagai disiplin ilmu.
- Profesionalisme dalam mengajar.
- Kemampuan inovasi dalam pendidikan.
Dalam konteks ini, pendidikan Muhammadiyah menjadi model yang relevan dalam membangun generasi cerdas secara akademik sekaligus berkarakter kuat serta berorientasi pada pengabdian kepada Allah dan masyarakat.
Perkembangan AI dalam studi Islam dan industri halal membuka peluang besar bagi pengembangan ilmu keislaman yang lebih progresif. Namun, Alvin menekankan bahwa teknologi harus diiringi dengan penguatan nilai-nilai adab.
“Kita tidak ingin melahirkan generasi yang pintar secara teknologi tetapi kehilangan makna spiritual dan moral dalam hidupnya,” ujar Alvin.
Kontributor : Humas
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha