Doa dari Salatiga Untuk Immawan Randi
PWMJATENG.COM, SALATIGA – Segenap doa danĀ ikhtiar masih diupayakan untuk Rendi, mahasiswa yang menjadi korban keganasan demonstrasiĀ penolakan RUU KUHP yang berlangsung sejak akhir September.
Pada tanggal 01 Oktober 2019, tepat 5 hari setelah meninggalnya Immawan Randi, PC Hikmah IMM Salatiga melaksanakan Salat Ghaib serta refleksi atas demonstrasi yang melahirkan 2 martir demokrasi, kegiatan yang difasilitasi oleh Polres Salatiga. Salah satunya, Immawan Randi mahasiswa Universitas Hulu Oleo Sulawesi Tenggara. Randi yang masih berusia 21 tahun tidak bisa terselamatkan setelah terkena peluru tajam yang ditembakkan aparat kepolisian pasca chaos.
Refleksi dan Solat Ghaib dilaksanakan di Kantor Polres Salatiga. Diimami oleh Pimpinan PDM, Imam Sutomo salat Ghaib dilanjutkan doa kemudian dzikir bersama. Setelah Doa, PDM memberikan kenang-kenangan berupa majalah dan buku kepada Polres Salatiga.
Mahasiswa melanjutkan acara dengan berkumpul bersama di depan gedung Tri Brataāmasih di dalam kawana Polresāmelakukan refleksi atas apa yang terjadi kepada negara pada hari-hari ini.
Immawan Noferi sebagai Pimpinan Bidang Hikmah melanjutkannya dengan orasi. Salah satunya dengan mengingatkan tri kompetensi IMM. āIMM akan berjuang melawan kesewenang-wenangan, dan ketidakadilanā (Noferi)
Orasi dilanjutkan beriringan. Immawan Andri, sebagai pimpinan dua Bidang Hikmah menyatakan
āBeberapa hari yang lalu, teman-teman pasti merasakan rasa sedih, marah, atas apa yang terjadi pada Immawan Randi. Sementara hakikat kita adalah menjadi penyambung lidah masyarakatā
Ā āSiap melawan pemerintah Oligarki?ā āSiap! āHidup mahasiswa! Hidupā
Orasi dilanjutkan dengan menyanyikan lagu darah juang. Tampak beberapa polisi yang ikut menyanyi darah juang.
Tak hanya Immawan, Immawati juga ikut urun suara dalam refleksiĀ malam itu. Immawati Rina dengan lantang membacakan Sumpah Mahasiswa diikuti oleh seluruh Immawan dan Immawati.
Immawan Sulton Muntaha dari komisariat Ibnu Khaldun ikut mengkomunikasikan kegelisahan para mahasiswa atas tindakan represif aparat. Di depan beberapa polisi yang berjaga, Immawan Sulton meneriakkan dengna lantang :
āWahai aparat, kalian seharusnya mengayomiā
Tidak lupa, ketua PDM Salatiga Imam Sutomo yang hadir ikut menyimak refleksi tersebut bersama dengan perwakilan Polres, Kepala Polisi AKBP Gatot Hendro Hartono.
Setelah keluhan disampaikan, lagu Gugur Bunga dinyanyikan bersama.
āIMM Salatiga menyatakan sikap tegas semoga Kapolres Salatiga membantu menfollow up pernyataan bahwa kasus akan diusut tegas. Juga beberapa tuntutan lain termasuk dicabutnya RUU KUHP dan pencabutan jabatan aparat polisi sebab tidak becus menangani kasus tersebut.ā Lanjut Kepala Bidang Hikmah PC IMM Salatiga, Immawan Noferi.
Kepala Polres Salatiga, Gatot Hendro Hartono yang hadir ikut berkontribusi dalam refleksi. Dengan tegas, Kapolres menyatakan sikap,
āSejak demonstrasi 1998 kami tidak pernah menggunakan peluru tajam. Bila ada, maka akan ditindak tegas.ā
Kepala Polres Salatiga, Gatot juga bercerita ia juga merupakan mahasiswa Trisakti yang dulu menjadi korban demonstrasi 1998, 21 tahun yang lalu.
Selain itu, Gatot berpesan banyak kepada Immawan Immawati yang hadir.
ā15 tahun lagi kalian lah yang akan memegang kendali NKRI ini akan seperti apa. Jangan lupa, ada banyak pihak yang ingin memecah belah NKRI kitaā
Refleksi ditutup oleh puisi dari Immawati Marga sambil diiringi nyanyian āKulihat Ibu Pertiwiā. Pimpinan Cabang IMM Salatiga, Immawan Norman Hidayat menutup acara refleksi.
Selamat bertemu ajal, Immawan Randi. Bertemu dengan aktivis kemanusiaan yang lain di surga. Tunai sudah janji bakti. (NIBROS)