PWMJATENG.COM, Surakarta – Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali mencetak sejarah dengan meluluskan doktor ke-45 dalam Program Studi Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI). Jiyanto, lulusan terbaru ini, berhasil menyelesaikan studinya dengan predikat cumlaude setelah menuntaskan disertasi yang mengupas isu mendalam mengenai dekandensi moral di Indonesia.
Prosesi yudisium berlangsung khidmat di Ruang Amphitheater FAI UMS, Kamis (21/11). Dalam disertasinya yang berjudul “Evaluasi Kurikulum Iman dan Al-Qur’an pada Kuttab Ibnu Abbas Surakarta”, Jiyanto menyoroti keresahan terkait menurunnya moralitas di tengah masyarakat.
“Di dunia maya maupun nyata, kita sering menyaksikan dekandensi moral. Salah satu penyebab utamanya adalah kurang optimalnya sistem pendidikan dalam menanamkan nilai akhlak dan adab,” jelas Jiyanto saat memaparkan temuannya.
Jiyanto menilai, solusi untuk mengatasi krisis moral ini adalah dengan menghadirkan kurikulum yang berorientasi pada pembentukan adab, seperti yang diterapkan di Kuttab Ibnu Abbas Surakarta. Lembaga ini mengutamakan pendidikan berbasis adab sebagai landasan utama pembelajaran.
Dalam penelitiannya, Jiyanto melakukan evaluasi terhadap kurikulum iman dan Al-Qur’an yang diterapkan di Kuttab tersebut. “Secara keseluruhan, kurikulum di Kuttab Ibnu Abbas sudah sangat baik. Namun, masih ada beberapa aspek yang perlu ditingkatkan, terutama dalam implementasinya,” tambahnya.
Ia juga menemukan bahwa kurikulum di Kuttab ini dikembangkan secara internal, tidak bergantung pada instruksi eksternal. Hal ini memungkinkan kurikulum tersebut lebih adaptif terhadap kebutuhan institusi. Dalam penerapannya, pendekatan tematik yang mirip dengan kurikulum 2013 pada sekolah dasar menjadi salah satu keunggulan.
Baca juga, Baldatun Thayyibatun dan Kemakmuran Bangsa: Membangun Negeri yang Diridai Allah
Yudisium ini disaksikan oleh sejumlah akademisi terkemuka, termasuk Kaprodi Doktor PAI UMS, Waston, yang juga bertindak sebagai promotor, serta Dekan FAI UMS, Syamsul Hidayat, yang berperan sebagai ko-promotor. Wakil Dekan 1 FAI UMS, Mohamad Ali, turut hadir memberikan apresiasi.
Syamsul Hidayat membacakan hasil yudisium yang menetapkan Jiyanto sebagai doktor baru. “FAI UMS memutuskan bahwa Promovendus Jiyanto dinyatakan lulus dengan IPK 3,75 dalam waktu empat tahun, sehingga meraih predikat cumlaude,” ungkapnya.
Waston, dalam sambutannya, memberikan pesan kepada Jiyanto sebagai doktor baru. Ia menekankan bahwa pencapaian gelar ini membawa tanggung jawab besar, terutama dalam pengembangan keilmuan Islam.
“Gelar doktor ini bukan sekadar capaian pribadi, tetapi tanggung jawab untuk memajukan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Keilmuan agama Islam sering dikritik karena dianggap stagnan, hanya bergulat pada romantisme masa lalu,” ujar Waston.
Ia mengajak Jiyanto untuk menjadikan gelar ini sebagai landasan kontribusi nyata terhadap permasalahan masa kini. “Saat ini, ilmu agama Islam ditantang untuk memberikan solusi konkret bagi berbagai isu kontemporer,” tambahnya.
Dengan kelulusannya, Jiyanto resmi menjadi doktor ke-45 dari Program Studi Doktor PAI UMS. Prestasi ini sekaligus menegaskan kualitas akademik UMS dalam mencetak intelektual unggul di bidang Pendidikan Agama Islam.
Dalam suasana penuh haru, Jiyanto mengungkapkan rasa syukur atas dukungan dari berbagai pihak selama perjalanan akademiknya. Keberhasilan ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi pengembangan pendidikan berbasis moralitas di Indonesia.
Kontributor : Maysali
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha