
PWMJATENG.COM, Surakarta – Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Jawa Tengah, Dwi Jatmiko, menerima sertifikat penghargaan dari Direktur Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Sirojul Falah (Stasifa) Bogor, Selasa (6/5/2025). Penghargaan itu diberikan atas partisipasinya sebagai pembicara dalam kegiatan pelatihan menulis artikel populer.
“Alhamdulillah bisa belajar dan berkolaborasi untuk tergerak, bergerak, dan menggerakkan literasi menulis artikel populer bersama Dr Misno SHI SE SPd MEI MH MPd,” ujar Dwi Jatmiko dengan penuh antusias.
Dalam kesempatan tersebut, Jatmiko menyampaikan keresahannya atas rendahnya minat baca dan tulis masyarakat Indonesia. Menurutnya, lemahnya budaya literasi menjadi akar permasalahan rendahnya daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia.
“Reading literacy kita masih rendah. Akibatnya, SDM kita tidak kompetitif karena kurang penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,” tegasnya.
Ia menambahkan, membaca dan menulis belum menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan masyarakat. Bahkan, belum menjadi budaya bangsa yang mengakar.
Padahal, lanjut Jatmiko, kegiatan literasi merupakan usaha kolektif dan partisipatif. “Literasi di mana pun harus melibatkan semua pihak, terutama warga sekolah seperti peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas, komite sekolah, hingga orang tua,” ungkapnya.
Jatmiko merujuk data dari Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2022 yang menunjukkan peringkat literasi siswa Indonesia berada di urutan 39 dari 41 negara. “Naik peringkat, tapi skor justru turun,” ujarnya prihatin.
Baca juga, Hati-hati dengan Prasangka: Sebab Ia Bisa Membentuk Pola Pikir dan Nasib Manusia
Ia juga mengungkap data Survei Penilaian Integritas (SPI) tahun 2025 oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menunjukkan nilai indeks integritas pendidikan Indonesia pada 2024 hanya 69,50. “Angka ini berada di level korektif,” jelasnya.
Ironisnya, menurut laporan Dinas Pendidikan Buleleng, Bali, masih banyak siswa SMP yang belum lancar membaca, namun sudah mahir menggunakan media sosial. “Ini fakta yang seharusnya membuat kita semua tergerak,” tambahnya.
Dalam forum tersebut, Jatmiko juga memaparkan berbagai keuntungan menulis artikel populer, terutama bagi guru. Ia menyebut menulis dapat membantu pendidik memahami dan menguasai model pembelajaran yang lebih aplikatif.
“Menulis akan menambah wawasan, membuka cakrawala berpikir, dan memberi sudut pandang baru yang berkemajuan,” ujarnya.
Ia pun menekankan pentingnya menulis sebagai wujud pengamalan ilmu dan dakwah, yang juga selaras dengan wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW dalam Surah Al-‘Alaq. “Iqra, bacalah! Itu perintah pertama Allah yang menunjukkan pentingnya membaca dan menulis,” katanya.
Lebih lanjut, Jatmiko menyebutkan bahwa kemampuan menulis bisa membawa dampak positif secara profesional dan finansial. “Jika karya tulis diterbitkan, kita bisa mendapat royalti. Selain itu, tulisan yang diakui bisa menunjang kenaikan pangkat dan derajat,” tutupnya.
Sebagai Dai Champion dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Jatmiko berharap literasi tidak hanya jadi jargon, tetapi juga gerakan nyata dari seluruh elemen bangsa.
Kontributor : Jatmiko
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha