Kolom

Ber-Idul Fikri pada Hari Buruh

Ber-Idul Fikri pada Hari Buruh

Oleh: Muhammad Fikri Hidayattullah

PWMJATENG.COM – Tanggal 1 Mei yang diperingati sebagai Hari Buruh Sedunia (International Workers’ Day) atau dikenal dengan sebutan May Day merupakan hari yang sakral bagi kaum buruh. Peringatan May Day digelar setiap tahun untuk mengenang perjuangan kelas pekerja pada tragedi Haymarket (Haymarket Affair). Peristiwa yang bermula dari demonstrasi damai pada tanggal 1 Mei 1886 untuk menuntut keadilan, upah yang layak dan jam kerja lebih manusiawi. Tuntutan utama para pekerja cukup sederhana, pemberlakukan jam kerja maksimal 8 jam per hari. Dimana pada akhir abad ke-19, para pekerja di Amerika Serikat umumnya bekerja 12 hingga 16 jam per hari dalam kondisi yang berat dan tanpa perlindungan hukum memadai.

Haymarket Affair

Pada tanggal 3 Mei 1886, terjadi bentrokan antara polisi dan pemogok di pabrik McCormick Reaper Works, yang menyebabkan kematian beberapa pekerja. Sebagai respons, para aktivis buruh mengadakan rapat umum pada malam 4 Mei di Haymarket Square untuk memprotes kekerasan polisi. Saat acara hampir selesai dan cuaca mulai memburuk, polisi datang untuk membubarkan kerumunan. Tiba-tiba, seseorang melemparkan bom ke arah polisi, menewaskan satu petugas di tempat dan melukai puluhan lainnya. Polisi kemudian melepaskan tembakan ke arah massa, menyebabkan kematian dan luka-luka di kedua belah pihak.

Setelah insiden tersebut, delapan tokoh buruh dan anarki ditangkap, meskipun tidak ada bukti langsung yang mengaitkan mereka dengan pelemparan bom. Mereka adalah August Spies, Albert Parsons, Adolph Fischer, George Engel, Louis Lingg, Michael Schwab, Samuel Fielden, dan Oscar Neebe. Pengadilan mereka dianggap tidak adil, dengan bukti lemah dan lebih menitikberatkan pada pandangan politik yang dianut dibanding tindakan nyata. Empat dari aktivis buruh tersebut dijatuhi hukuman mati.

Tragedi Haymarket menjadi simbol perjuangan buruh internasional. Pada Kongres Sosialis Internasional tahun 1889 di Paris, tanggal 1 Mei ditetapkan sebagai Hari Buruh Internasional untuk mengenang perjuangan para pekerja dan tragedi Haymarket.

Wahai Para Buruh, Mari Ber-Idul Fikri!

Salah satu hari raya tahunan dalam tradisi Islam adalah Idul Fitri. Hari raya yang dirayakan setahun sekali setelah selesai menjalankan puasa Ramadan selama satu bulan penuh. Idul Fitri tersusun dari dua kata yaitu ‘id (عِيدُ) dan fithr (فِطْر). Di dalam kamus Lisan al-‘Arab, kata ‘id secara etimologi berasal dari kata ‘ada – ya’udu (عَادَ-يَعُودُ) yang memiliki arti kembali. Sedangkan kata al-fithr bermakna berbuka. Oleh karena itu, idul fitri secara harfiah diartikan kembali berbuka.

Adapun Idul Fikri (عيد الفكر) tersusun dari kata ‘id (عِيدُ) dan fikr (فِكر). ‘Id berarti kembali, dan fikr bermakna pemikiran atau perenungan. Sehingga Idul Fikri dapat dimaknai sebagai hari untuk kembali merenung atau berfikir.

Peringatan 1 Mei selayaknya menjadi momen idul fikri bagi para buruh. Momen untuk kembali merenungkan nasibnya yang sering tidak mendapatkan kepastian. Ironisnya, dalam peringatan modern Hari Buruh, banyak negara, termasuk Indonesia, terjebak dalam bentuk-bentuk perayaan yang justru menjauh dari makna perjuangan historisnya. Alih-alih menjadi ruang kritik terhadap ketimpangan dan ketidakadilan dalam dunia kerja, Hari Buruh seringkali diisi dengan lomba-lomba yang bersifat rekreatif, seperti lomba karaoke, joget, senam, karnaval busana, bazar, hingga pameran kuliner.

Seremonial semacam itu tentu bukan hal yang keliru dalam konteks membangun solidaritas sosial. Namun, persoalan muncul ketika acara-acara ini mengaburkan realitas keras yang masih dihadapi kaum buruh, misalnya upah minimum yang tidak layak, PHK massal tanpa kompensasi, bentuk-bentuk kerja kontrak yang eksploitatif, dan keterbatasan hak berserikat.

Baca juga, Hati-hati dengan Prasangka: Sebab Ia Bisa Membentuk Pola Pikir dan Nasib Manusia

Bahkan seringkali perayaan Hari Buruh pun masih kental dengan nuansa eksploitatif. Para buruh diminta mengenakan aneka kostum aneh layaknya badut dalam kompetisi yang diadakan oleh perusahaan atau instansinya. Sebenarnya semua ini adalah bentuk penenggelaman terhadap kesadaran perjuangan kelas pekerja. Maka tidak aneh, jika Hari Buruh berubah menjadi perayaan kosmetik yang steril dari semangat perjuangan sosial.

Membangun Kesadaran Kelas

Manusia adalah kasta tertinggi dalam spesies makhluk hidup. Berbeda dengan hewan, melalui akal budi yang dimilikinya manusia mampu merancang gagasan. Ayam bisa memenuhi kebutuhan akan makanannya, namun ayam tidak mengenal konsep bertani dan menyimpan gabah. Kerbau dipaksa bekerja membajak sawah dari pagi hingga malam akan selalu menurut, tidak pernah terpikirkan untuk melakukan aksi mogok kerja dan menuntut perlakukan lebih baik. Kerbau tidak memiliki rencana dan proyeksi jangka panjang jika dirinya sudah tua dan tidak bisa bekerja lagi. Karena tidak memiliki proyeksi dan perencanaan hidup, kerbau harus siap kapan saja untuk disembelih jika tidak dibutuhkan bekerja di ladang. Itulah hewan yang tidak mampu berpikir dan merancang gagasan. Untuk itu, layakkah kita manusia kelas pekerja hidupnya diperlakukan seperti hewan?

Kaum buruh atau kelas pekerja harus memiliki ideologi. Ideologi yang dimaksud adalah kesadaran diri. Buruh yang memiliki kesadaran kelas tidak hanya berpikir untuk mendapatkan upah bulanan saja. Pikirannya jauh lebih matang dalam memahami relasi kerja yang ada. Dirinya sadar bahwa roda produksi tidak mungkin berjalan tanpa kehadiran buruh. Oleh karena itu, jika suatu saat terjadi perlakukan yang tidak adil terhadap para buruh, mereka dapat menekan balik karena memiliki posisi bargaining yang diperhitungkan. Kesadaran semacam ini jika tumbuh akan lebih memberikan jaminan dan keamanan terhadap nasib buruh.

Hal semacam ini tentu akan berbeda jika sedari awal yang tertanam di alam pikiran kaum buruh adalah posisi mereka sebagai kasta terendah dalam roda industri. Ditambah lagi perasaan wajib bersyukur karena telah diterima bekerja dan mendapatkan imbalan gaji bulanan. Tidak perlu berpikir dan bertindak neko-neko. Tentu saja imbasnya jika terjadi perlakuan-perlakuan tidak semestinya terhadap para buruh mereka akan lebih memilih bersikap apatis. Karena memang sejak awal di pikirannya tidak tumbuh kesadaran kelas.

Selain itu, idealnya para buruh belajar untuk melakukan pengembangan diri. Tujuannya sebagai bekal di masa mendatang agar hidup lebih baik lagi. Tidak selamanya bekerja sebagai buruh dengan penghasilan standar upah minimum. Namun kapan para buruh bisa melakukan pengembangan diri jika waktunya habis diperas untuk bekerja dari pagi hingga sore. Ketika pulang kerja pun yang tersisa hanya rasa capek dan lelah.

Sejatinya kita semua yang bekerja mengikuti instruksi orang lain adalah kaum buruh. Bedanya para pekerja yang bermodalkan ijazah dan titel akademik lebih sering disebut karyawan, meski sebenarnya buruh juga. Buruh menengah-atas lebih tepatnya. Istilah asingnya white collar worker (pekerja kerah putih). Sedangkan para buruh menengah-bawah disebut blue collar worker (pekerja kerah biru). Gaji yang diperoleh buruh menengah-atas biasanya lebih tinggi, di atas upah minimum. Terkadang mereka dapat melakukan investasi dan perencanaan masa depan dengan sisa-sisa gaji bulanan yang diperolehnya. Namun, sebagai sesama buruh yang terbiasa disuruh-suruh seringkali juga buruh menengah-atas mendapatkan perlakukan tidak adil dari atasan atau pimpinannya. Hegemoni pimpinan seperti belenggu yang mengekang dan menciptakan hierarki yang tidak sehat. Para pekerja diposisikan layaknya mesin yang selalu harus siap menerima instruksi kerja kapan pun dan dimana pun. Oleh karena itu kesadaran kelas harus tumbuh di dalam sanubari seluruh kaum buruh. Takbir!

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE