Beasiswa Sang Surya Muhammadiyah: Kesempatan Emas bagi Muslim dan Non-Muslim!

PWMJATENG.COM, Semarang – Muhammadiyah melalui LazisMu menginisiasi program beasiswa inklusif yang tidak membedakan agama. Beasiswa yang dikenal dengan nama “Beasiswa Sang Surya” ini memberikan kesempatan setara bagi Muslim maupun non-Muslim untuk melanjutkan pendidikan.
Ketua Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani PWM Jawa Tengah, Hammam Sanadi, mengungkapkan bahwa program ini pertama kali diterapkan pada 2023. Saat itu, sejumlah siswa dari Sekolah Indonesia Kota Kinabalu ingin melanjutkan studi ke Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga.
“Mereka kemudian difasilitasi oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Salatiga untuk tinggal di MBS (Muhammadiyah Boarding School) dekat SMA Muhammadiyah. Awalnya berjumlah 25 orang, tetapi dua diterima di UNS. Sisanya masih belajar di UIN dan tinggal di MBS,” kata Hammam, Senin (3/3/2025).
Beasiswa ini diberikan sebagai bantuan sementara sebelum dana KIP (Kartu Indonesia Pintar) turun. “Selama beasiswa KIP belum turun, LazisMu melalui Beasiswa Sang Surya membantu biaya makan, tempat tinggal, dan kebutuhan sehari-hari,” jelas Hammam yang juga merupakan dosen di UIN Salatiga.
Baca juga, Problem Kader dan Organisasi dalam Mengamalkan Perintah Allah
Menurutnya, Beasiswa Sang Surya memiliki dua kategori penerima. Pertama, siswa SMA dan SMK Muhammadiyah Kota Salatiga. Kedua, mahasiswa UIN Salatiga yang tinggal di Muhammadiyah Boarding School Salatiga.
“Untuk mahasiswa, jumlah penerimanya sekitar 21 orang, terdiri dari 16 Muslim dan 5 non-Muslim,” ujar Hammam.

Ia menegaskan bahwa beasiswa ini terbuka untuk umum, tetapi diprioritaskan bagi mereka yang rentan secara ekonomi. “Kami mengutamakan mereka yang berasal dari keluarga broken home atau putra-putri pekerja migran yang ingin kembali ke Indonesia untuk mendapatkan pendidikan,” tambahnya.
Meski memiliki manfaat besar, program ini menghadapi tantangan utama, yaitu keterbatasan anggaran. Muhammadiyah hanya mampu memberikan beasiswa kepada 20-30 mahasiswa per tahun, meskipun banyak putra-putri pekerja migran Indonesia di Community Learning Center (CLC), Sekolah Indonesia Selangor, dan Sekolah Indonesia Kota Kinabalu ingin kembali ke tanah air untuk berkuliah.
“Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan memiliki keterbatasan dana. Oleh karena itu, beasiswa ini diberikan sesuai dengan kemampuan yang ada,” pungkas Hammam.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha