Editorial

Arruju’ Ila Muhammadiyah (Kembali pada Muhammadiyah)

Oleh : Gus Zuhron Arrofi*

PWMJATENG.COM – Sekitar tujuh tahun terakhir diberi amanah berkeliling Jawa Tengah untuk bertemu dengan para jama’ah dan kader persyarikatan. Sesekali keluar Jawa untuk melihat dan berdialog langsung tentang bagaimana dinamika Muhammadiyah pada level akar rumput hingga kelas menengah. Banyak sekali persoalan yang dapat dijumpai, yang persoalan itu jika diceritakan tentu butuh ratusan bahkan ribuan lembar untuk menuliskannya. Di antara sekian persoalan paling menarik untuk kita diskusikan adalah tentang ideologisasi. Tiga parameter sederhana untuk mengukurnya. Parameter itu diwujudkan dalam bentuk tiga pertanyaan. 1) Sudah berapa lama bergabung dalam persyarikatan Muhammadiyah? 2) Apakah sudah pernah mengikuti perkaderan Baitul Arqom? 3). Sudah pernahkah membaca pikiran-pikiran resmi Muhammadiyah?

Banyak di antara mereka yang menjawab bahwa telah lama bermuhammadiyah, ada yang mengaku sudah 20 tahun, 30 tahun bahkan ada yang sudah 50 tahun menjadi bagian dari Persyarikatan Muhammadiyah. Namun belum pernah membaca pikiran-pikiran resmi Muhammadiyah, termasuk belum pernah mengikuti perkaderan utama berupa Baitul Arqom maupun Darul Arqom. Mereka ada yang loyalitasnya tidak perlu diragukan, tetapi ada pula yang patut dipertanyakan. Bisa dibayangkan bagaimana cara mereka memahami dan menggerakkan Muhammadiyah. Padahal mereka tidak pernah mengikuti perkaderan utama, tidak pernah membaca pikiran-pikiran resmi Muhammadiyah, tidak berlatar belakang Ortom, maka bisa dipastikan akan menjalankan Muhammadiyah sebagaimana seleranya, tidak berlandaskan pada kaidah-kaidah gerakan yang benar.

Tidak heran jika banyak warga bahkan kader persyarikatan yang kepincut alias gumunan ketika muncul wajah baru gerakan keagamaan. Gerakan baru itu tiba-tiba dianggap sebagai magnet yang menarik, seolah terlihat lebih Islami, lebih sunnah, lebih tegas, lebih hitam putih dan seterusnya.  Akhirnya bagi yang tidak tahan akan hengkang dari Muhammadiyah dan memilih rumah baru. Bagi yang pura-pura tahan akan bertahan sekuat tenaga dan diam-diam membawa paham lain ke dalam tubuh Muhammadiyah sambil sesekali melemparkan serangan yang dapat melemahkan organ gerakan. Benalu semacam ini harus segera di atasi dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Sadarkan pemahamannya tentang hakikat Muhammadiyah atau diamputasi secepatnya.

Jika ditelusuri, apa yang ada dalam kelompok keagamaan lain yang mereka kira lebih menjawab beragam persoalan agama yang sedang dicari pada dasarnya sudah ada jawabannya dalam Muhammadiyah. Sayang orang-orang ini tidak pernah menggali khazanah keilmuan yang dimiliki Muhammadiyah. Sebut saja dalam bidang fiqih kita sudah ada Himpunan Putusan Tarjih, Tanya Jawab Agama, Tuntunan Ramadhan, Tuntunan Kurban, Tuntunan Zakat, Tuntunan Haji dan Umroh, Fiqih Air, Fiqih Kebencanaan dan seterusnya. Dengan metode dan pendekatan yang jauh lebih maju, modern dan komprehensif.

Baca juga, Jaga Profesionalitas dan Akuntabilitas, Lazismu Jateng Kembali Diaudit oleh KAP

Dalam bidang usul fiqih Muhammadiyah mempunyai Manhaj Tarjih  yang penjelasannya sangat sederhana dan mudah dipahami. Dalam bidang ideologi ada buku Manhaj Gerakan Muhammadiyah lengkap dengan tafsiran resmi mengenai rumusan-rumusan ideologi yang merupakan putusan organisasi. Dalam persoalan politik ada khitah Muhammadiyah dan ada pula cara pandang mengenai konsepsi negara ideal dalam konteks keindonesiaan sebagaimana rumusan Negara Pancasila Sebagai Daarul Ahdi Wassyahadah. Dalam bidang tafsir Al Qur’an sudah dirintis tafsir At Tanwir dengan kajian dan pendekatan yang sangat menarik.

Keengganan membaca literatur milik sendiri mengakibatkan sebagian warga memandang Muhammadiyah pada sisi yang tidak proporsional, gegabah dan agak dungu. Bayangkan jika ada seorang tokoh yang mengaku penggerak Muhammadiyah membid’ahkan formasi tarawih 4-4-3 yang merupakan putusan resmi tarjih dalam memahami beragam dalil yang berkenaan dengan itu. Tokoh ini ngotot bahwa yang benar mestinya adalah formasi 2-2-2-2-3, selain formasi ini tidak dapat diterima.  Bukankah dalam tarjih keduanya dianggap shohih dan bisa dijalankan tanpa harus dipertentangkan. Lebih jauh tudingan itu disampaikan dengan mengatakan “Muhammadiyah tidak lagi meruju’ pada Al Qur’an dan sunnah, dalil keagamaanya tidak kuat, pemahamanya tidak mengikuti para salafus sholih. 

Dalam konteks keorganisasian gagal pahamnya mereka terhadap aturan main yang ada mengakibatkan mereka memosisikan diri menjadi raja-raja lokal. Jadi kepala sekolah tidak mau diganti, jadi ketua PDM/ PCM melampaui dua periode, menjabat posisi tertentu tanpa mau digeser, menjadikan Muhammadiyah sebagai rumahnya sendiri tanpa boleh disentuh orang lain, melupakan tradisi kolektif kolegial, dan seabrek persoalan lain yang muaranya adalah rendahnya literasi pada khazanah keilmuan Muhammadiyah. Saatnya ajak mereka untuk Arruju’ ila Muhammadiyah agar kembali ke jalan yang benar, jika tidak bersedia segera masukkan dalam museum sejarah.

*Sekretaris MPKSI PWM Jawa Tengah

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close

Tidak bisa menyalin halaman ini karena dilindungi copyright redaksi. Selengkapnya hubungi redaksi melalui email.

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE