Ketentuan dan Keutamaan Puasa Sunnah Syawal
PWMJATENG.COM – Puasa sunnah pada bulan Syawal adalah anjuran yang diberikan kepada umat Islam setelah menjalankan puasa Ramadan. Puasa ini memiliki banyak keutamaan dan hukumnya adalah sunnah.
Dalam Keputusan Munas Tarjih ke-26 di Padang tahun 2003 dan Keputusan Muktamar Tarjih XXI di Klaten tahun 1980 tentang Puasa Tathawu’ disebutkan bahwa dalil puasa Syawal berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ayub Al Anshari, Tsauban, dan Ibn Majah. Hadis dari Abi Ayyub al-Anshari menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa sudah melakukan puasa Ramadan, kemudian menambahkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah ia telah melaksanakan puasa sepanjang masa” (HR Jama’ah ahli hadis selain dan an-Nasa’i).
Hadis dari Tsauban menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa berpuasa Ramadan, maka pahala satu bulan Ramadan itu setara dengan puasa sepuluh bulan, dan berpuasa enam hari sesudah Idul Fitri setara dengan puasa selama enam puluh hari, sehingga semuanya (puasa Ramadan dan enam hari Syawal) adalah genap satu tahun” (HR Ahmad).
Baca juga, Muhammadiyah Melayani Tanpa Cuti
Menurut riwayat Ibnu Majah, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa berpuasa Ramadan dan enam hari sesudah Idul Fitri, maka itu setara dengan puasa genap setahun. Dan barangsiapa melakukan satu kebaikan, maka ia akan memperoleh pahala sepuluh kali lipat.”
Terkait tata cara puasa sunnah Syawal, Tarjih Muhammadiyah membolehkan dilakukan secara berurutan langsung selama enam hari atau acak. Artinya, puasa Syawal dapat dilaksanakan antara tanggal 2 sampai dengan 30 Syawal dan bisa dilakukan secara berturut-turut atau terpisah-pisah sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang dimiliki oleh umat Islam.
Adapun niat puasa sunnah syawal tidak perlu diucapkan melalui lisan, melainkan cukup diniatkan di dalam hati.
Editor : M Taufiq Ulinuha