Penyerahan Penghargaan Zayed Award kepada Muhammadiyah: Bukti Kiprah dalam Kemanusiaan dan Perdamaian
PWMJATENG.COM, Abu Dhabi, UEA – Persyarikatan Muhammadiyah meraih penghargaan prestisius Zayed Award 2024, meneguhkan komitmen Persyarikatan dalam menjalankan peran kemanusiaan. Penghargaan ini diterima dengan bangga oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, yang menyebutnya sebagai berkah bagi gerakan Islam terbesar di Indonesia.
Haedar menyampaikan rasa terima kasihnya atas penghargaan ini dan menekankan semangat Muhammadiyah untuk terus bekerja maksimal dalam mendukung kemanusiaan di berbagai tingkatan. “Kami akan terus meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak di tingkat global,” kata Haedar.
Zayed Award, yang juga diberikan kepada Nahdlatul Ulama, dihadirkan sebagai apresiasi terhadap kontribusi Muhammadiyah dalam menciptakan persaudaraan, perdamaian, kebaikan, toleransi, kebijaksanaan, dan kemajuan tanpa diskriminasi. Haedar menegaskan niat Muhammadiyah untuk terus berperan dalam mewujudkan persaudaraan universal dan nilai-nilai kemanusiaan.
“Kami akan terus meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak di tingkat global, khususnya dengan The Higher Community of Human Fraternity (HCHF) dan The Muslim Council of Elders (Majelis Hukama Al-Muslimin) dalam peran persaudaraan universal dan kemanusiaan, khususnya yang mengedepankan kebijaksanaan, keadilan, nilai-nilai dan karakter yang mandiri dan moderat di dunia,” imbuh Haedar.
Sebagai Gerakan Islam sejak 1912, Muhammadiyah menunjukkan dedikasinya pada persaudaraan kemanusiaan dan nilai-nilai moderat Islam. Dengan landasan teologi Al-Ma’un, Muhammadiyah mewujudkan gerakan Islam moderat dengan pola pikir terbuka, toleran, dan berperan aktif dalam lingkungan damai meskipun dihadapkan pada keberagaman agama, suku, budaya, dan kelompok sosial di Indonesia.
Baca juga, Anugrah Zayed Award untuk Muhammadiyah: Bukti Peran Aktif Kemanusiaan dan Perdamaian Semesta
Dalam pandangan Muhammadiyah, dakwah Islam bukan hanya sebagai upaya penerapan Islam dalam kehidupan nyata, tetapi juga sebagai sarana transformasi sosial menuju kemajuan, kebaikan, keadilan, kesejahteraan, dan pemenuhan kepentingan umum. Haedar menekankan, “Dakwah Islam adalah upaya penerapan Islam dalam kehidupan nyata sebagai sarana transformasi sosial menuju kemajuan, kebaikan, keadilan, kesejahteraan, dan terpenuhinya kepentingan umum tanpa memandang ras, suku, kelompok sosial, agama, jenis kelamin.”
Muhammadiyah juga menunjukkan komitmennya pada persaudaraan kemanusiaan melalui berbagai lembaga, seperti lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, kepedulian sosial, pemberdayaan ekonomi, dan upaya lainnya. Gerakan ini dikenal dengan sebutan “Muhammadiyah for All,” yang diimplementasikan di wilayah timur Indonesia, seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur, di mana Muhammadiyah membangun lembaga-lembaga inklusif dan universitas.
Di tingkat global, Muhammadiyah berperan dalam penyelesaian konflik di Filipina bagian selatan dan Thailand bagian selatan. Mereka juga aktif dalam program kemanusiaan di Rohingya dan Cox’s Bazar di Bangladesh. “Muhammadiyah juga membangun Madrasah di Beirut untuk anak-anak Palestina dan satu sekolah di Rahine untuk anak-anak Rohingya. Semua itu dilatarbelakangi oleh rasa kemanusiaan dan kesadaran bahwa dalam peradaban modern, seluruh umat manusia berhak hidup bahagia dan hidup berdampingan secara damai tanpa adanya diskriminasi, penderitaan, dan penindasan,” tutur Haedar.
Dalam penutup sambutannya, Haedar menegaskan bahwa upaya Muhammadiyah untuk memperkuat persaudaraan umat manusia sejalan dengan semangat Islam sebagai agama amal dan pencerahan. “Islam adalah agama yang senantiasa menginspirasi tindakan-tindakan yang memberdayakan, dan memperbaiki kehidupan manusia. Semangat kemanusiaan ini juga dilandasi oleh nilai-nilai Islam sebagai ‘Dīn al-Salām,’ yaitu agama perdamaian, keselamatan hidup manusia, dan persaudaraan manusia untuk semua,” tutupnya.
Editor : M Taufiq Ulinuha