PWMJATENG.COM, Semarang – Seluruh guru dan karyawan SMP Muhammadiyah 1 Alternatif (Mutual) Kota Magelang mengikuti workshop akhir tahun yang bertujuan meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Kegiatan ini berlangsung di Nuwis Hotel Bandungan Semarang selama tiga hari, dari Senin hingga Rabu (24-26/06).
Dalam kesempatan ini, Kepala Sekolah Wasi’un, menyampaikan bahwa fokus workshop tahun ini adalah membahas budaya sekolah unggul sebagai langkah strategis untuk memajukan sekolah. “Nantinya kita akan membagi komisi sebagai langkah menggali ide dan gagasan cerdas untuk SMP Mutual. Ini bagian dari kolaborasi bahwa kemajuan sekolah harus dibangun bersama di tengah arus persaingan ketat. Setiap komisi akan mempresentasikan hasil sidang sehingga menghasilkan gerakan dan budaya unggul di sekolah sebagai indikator kemajuan,” ujarnya dalam sambutan.
Hadir dalam pembukaan workshop Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Magelang, Salamun, selaku sekretaris, dan S. Edy Sucahyo, selaku Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF PDM Kota Magelang. Tema besar workshop tahun ini adalah “Membangun Integritas, Kolaborasi, dan Budaya Sekolah Unggul.”
Baca juga, Segregasi Kepemimpinan: Tantangan dan Solusi
Edy Sucahyo, dalam sambutannya, mengajak semua guru dan karyawan untuk menjadi teladan positif. Menurutnya, SMP Mutual sudah memiliki prestasi yang bagus, namun karakter guru akan tercermin dalam karakter siswa. “Kalau kita ingin menilai dan melihat siswa, maka lihatlah gurunya,” tegasnya.
Edy juga menekankan pentingnya evaluasi internal. Sesuai dengan mars SMP Mutual yang dilantunkan dengan lirik sebagai sekolah para pemenang, ia mengingatkan bahwa keberhasilan membutuhkan kekompakan, arahan, dan jalan yang jelas. “Tetapkan langkah yang jelas, apa yang direncanakan bersama kepala sekolah harus dipatuhi dan menjadi keputusan. Itulah kunci keberhasilan,” pesannya.
Acara dibuka langsung oleh Salamun, dari PDM Kota Magelang. Dalam sambutannya, Salamun menyampaikan ada tujuh ciri indikator sekolah yang akan bangkrut. Pertama, para guru dan karyawan suka menunda pekerjaan. Kedua, karakter guru dan karyawan suka mengeluh. Ketiga, suka menyalahkan keadaan. Keempat, merasa nyaman. Kelima, bangga dengan masa lalu. Keenam, sudah merasa berbuat maksimal, dan ketujuh, selalu tidak akur. “Di manakah diri kita? Jangan sampai itu ada di antara guru SMP Mutual,” tandasnya.
Kontributor : Furry Fariansyah
Editor : M Taufiq Ulinuha