
PWMJATENG.COM, Surakarta – Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modern di Indonesia terus menunjukkan peran strategisnya dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam Kajian Ramadan yang diadakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) se-Solo Raya, Bendahara Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Sofyan Anif, menegaskan bahwa Muhammadiyah harus semakin memperkuat identitasnya. Menurutnya, melalui Risalah Islam Berkemajuan (RIB), Muhammadiyah dapat memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa dan negara.
Pada kesempatan tersebut, Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu menggarisbawahi salah satu pilar utama dalam RIB, yaitu Wasathiyah. Konsep ini merujuk pada sikap moderat yang menyeimbangkan antara nilai-nilai spiritual dan sosial dalam Islam. Ia merujuk pada QS. Al-Baqarah ayat 143, yang berbunyi:
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَٰكُمْ أُمَّةًۭ وَسَطًۭا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًۭا ۗ
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”
Sofyan Anif menjelaskan bahwa wasathiyah dalam konteks Muhammadiyah dapat diartikan sebagai sikap adil, unggul, dan menjadi teladan bagi umat. Menurutnya, warga Muhammadiyah tidak boleh hanya menjadi penonton dalam kehidupan sosial, tetapi harus aktif berkontribusi dalam berbagai aspek, baik di bidang pendidikan, ekonomi, maupun kesejahteraan sosial.
Dalam pemaparannya, Sofyan Anif juga menekankan pentingnya partisipasi aktif warga Muhammadiyah dalam kegiatan organisasi. Ia mengingatkan agar jangan sampai malas ketika diajak menghadiri rapat atau kajian keislaman. Jika sikap pasif ini dibiarkan, maka akan terjadi stagnasi dalam pengetahuan dan pemahaman keislaman.
Menurutnya, menjadi bagian dari Muhammadiyah tidak hanya sekadar identitas formal, tetapi harus diwujudkan dengan komitmen nyata dalam kehidupan sehari-hari. Komitmen tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk keterlibatan aktif dalam kegiatan sosial, pendidikan, dan dakwah.
“Jangan sampai kita hanya berlabel sebagai warga Muhammadiyah, tetapi tidak mengasah hati dan pikiran untuk memahami serta mengamalkan nilai-nilai Islam yang berkemajuan,” pesannya dalam kajian tersebut.
Baca juga, Tafsir: Ramadan Harus Menjadi Kurva Naik dalam Spiritualitas Seseorang
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang memiliki fondasi teologis kuat dalam mengelola sumber daya yang diberikan Allah untuk kemaslahatan manusia. Dalam Islam, kekayaan alam dan potensi manusia adalah amanah yang harus dioptimalkan, bukan hanya untuk kepentingan akhirat, tetapi juga untuk kesejahteraan dunia.
Sofyan Anif menegaskan bahwa pemahaman ini selaras dengan ajaran Islam yang tidak memisahkan antara aspek spiritual dan sosial. Ibadah bukan hanya soal ritual, tetapi juga soal kontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, Muhammadiyah terus berkomitmen untuk menjadi organisasi yang tidak hanya berfokus pada dakwah, tetapi juga pada pengembangan pendidikan, ekonomi, dan sosial.
Secara historis, Muhammadiyah merupakan gerakan yang terinspirasi dari Islam Reformis, sebuah gerakan pemikiran Islam yang berkembang di Mesir dan dipelopori oleh para intelektual Muslim seperti Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afghani. Pemikiran mereka menekankan pentingnya pendidikan, rasionalitas, dan kemajuan dalam beragama.
Dari semangat ini, Muhammadiyah mengembangkan berbagai program pendidikan dan sosial yang kompetitif dan berkualitas, seperti pendirian sekolah-sekolah, universitas, rumah sakit, serta panti asuhan. Lembaga-lembaga ini menjadi bukti konkret bahwa Muhammadiyah bukan sekadar organisasi keagamaan, tetapi juga gerakan sosial yang memiliki dampak luas di masyarakat.
Dengan prinsip Islam Berkemajuan, Muhammadiyah terus menunjukkan identitasnya sebagai organisasi yang mampu menjawab tantangan zaman, baik dalam bidang pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Konsep wasathiyah yang dijunjung tinggi juga menjadikan Muhammadiyah sebagai teladan dalam membangun peradaban Islam yang inklusif dan berdaya saing.
Sebagai organisasi yang telah berusia lebih dari satu abad, Muhammadiyah diharapkan terus menguatkan peran strategisnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Aktivisme sosial, pemikiran progresif, dan komitmen terhadap dakwah Islam adalah tiga pilar utama yang harus terus dijaga demi mewujudkan masyarakat Islam yang berkemajuan.
Kontributor : Maysali
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha