
PWMJATENG.COM, Sukoharjo – Kajian Tafsir yang digelar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pekan ini mengungkap makna tersembunyi dalam Surat An-Nazi’at yang membahas tentang kematian, kebangkitan, serta peran para malaikat dalam proses tersebut. Dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Agama Islam (FAI) UMS, Ainur Rha’in, tampil sebagai narasumber utama dalam kajian yang berlangsung pada Kamis (8/5).
“Surat An-Nazi’at berisi sumpah Allah atas jenis-jenis malaikat yang memiliki tugas berbeda,” ujar Ainur saat membuka pemaparannya.
Ia menjelaskan bahwa istilah An-Nazi’at merujuk pada malaikat pencabut nyawa orang-orang kafir. Ruh mereka dicabut dengan keras, bahkan disertai siksaan berupa pukulan ke wajah dan punggung. Sebaliknya, malaikat An-Nasyithat bertugas mencabut nyawa orang-orang beriman dengan lembut dan penuh kasih.
“Ruh orang mukmin akan disambut malaikat yang bercahaya, dibawa dengan kain kafan dari surga dan harum-haruman,” terangnya di hadapan peserta yang hadir secara luring dan daring.
Ainur menambahkan bahwa ruh orang beriman juga akan diiringi barisan malaikat dari langit hingga ke bumi, semuanya dengan wajah berseri. Mereka bertugas menyambut dan mengantarkan ruh menuju alam barzakh dengan ketenangan dan kemuliaan.
Kajian tafsir itu juga membahas makna kata sabihat yang disebut dalam surat tersebut. Menurut sejumlah mufassir seperti Mujahid dan Qurtubi, kata itu dianalogikan sebagai malaikat yang ‘berenang’ turun dari langit. Analogi tersebut menggambarkan betapa cepat dan mudahnya malaikat dalam melaksanakan perintah Allah.
“Perpindahan malaikat dari satu alam ke alam lain diibaratkan seperti berenang yang ringan dan lincah,” jelas Ainur. Ia juga menyebut bahwa Ibnu Asyur menafsirkan kata tersebut sebagai simbol ketaatan penuh para malaikat terhadap perintah ilahi.
Baca juga, Masukhi: Ibadah Haji Bukan Sekadar Ritual Fisik, Melainkan Upaya Spiritual untuk Mencari Rida Allah
Menurut Ainur, ketaatan para malaikat ini menjadi teladan yang patut ditiru umat manusia. Ia mencontohkan Nabi Ibrahim AS yang langsung melaksanakan perintah Allah tanpa ragu atau menunda. “Ketaatan mutlak ini adalah sikap yang membedakan orang-orang saleh,” tambahnya.
Kajian pun berlanjut ke pembahasan tentang tiupan sangkakala, momen penting yang menandai datangnya Hari Kiamat. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai jumlah tiupan tersebut. Ibnu Abbas menyebut hanya ada dua tiupan, sedangkan menurut Ibnu Taimiyah dan Imam Syaukani, ada tiga tiupan.

“Tiupan pertama menyebabkan kepanikan dan kehancuran, kedua menimbulkan kematian, dan ketiga membangkitkan manusia dari kubur,” kata Ainur menjelaskan pendapat mayoritas ulama.
Hari Kiamat digambarkan sebagai hari penuh ketakutan. Manusia bangkit dari kubur dalam keadaan gelisah, tubuh hina, dan wajah hitam legam, terutama bagi orang-orang yang kafir selama hidupnya. Dalam kondisi tersebut, neraka diperlihatkan kepada mereka secara nyata, membuat mereka menyesali segala amal yang sia-sia.
“Tanpa keimanan, sebanyak apapun amal seseorang, tidak akan bernilai di akhirat,” tegas Ainur.
Kajian ditutup dengan pesan dakwah yang menggugah. Ainur mengingatkan bahwa Rasulullah SAW sangat menginginkan keselamatan bagi umatnya. Namun syarat utama untuk memasuki surga adalah keimanan yang tulus kepada Allah dan hari kebangkitan.
“Mengimani takdir dan hari kebangkitan adalah pondasi. Ini bukan hanya ajaran, tapi kenyataan yang harus disiapkan,” pungkasnya.
Kontributor : Yusuf
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha